Basbas, nama aliasnya, memutuskan tetap meneruskan ajang Makassar Fight Club meski polisi menangkap koleganya satu per satu. Semalam ia tampil di depan publik. Lewat siaran langsung, Basbas mengabari pengikut Instagram Makassar Fight Club bahwa ajang tarung bebas buat pemuda yang didirikannya akan tetap diadakan sesuai jadwal, akhir pekan ini.
Siaran itu satu jam lamanya. Selesai acara, ia menyapa VICE dan bilang bersedia ngobrol. Sebelumnya permintaan wawancara kami ditolak mentah-mentah. Obrolan ini kata Basbas untuk meluruskan kesalahan informasi yang disebar oleh, mengutip istilahnya, “media korporat lokal”.
VICE: Apa yang coba kalian sampaikan lewat fight club ini?
Basbas: Akun ini bisa jadi wadah untuk para anak muda Kota Makassar. Selama ini kami melihat banyak kejadian tak lazim seperti insiden anak panah dan busur yang kerap terjadi di Makassar. Kami mau mendobrak stigma dan ketakutan masyarakat terhadap anak panah dengan membuat pertarungan tangan kosong yang memiliki aturan.
Kami sudah melihat respons dari masyarakat yang begitu positif terhadap kami. Salah satunya, “Daripada perang kelompok mengganggu masyarakat serta merugikan, mending begini, lebih aman untuk masyarakat.”
*Catatan redaksi: Di Makassar kerap terjadi kasus penyerangan dengan anak panah yang dilakukan orang tak dikenal. Korbannya beragam, pernah menyasar remaja, juru parkir, suporter bola, sampai wartawan.
Jadi, daripada melukai diam-diam, kolektif ini menyediakan tempat untuk menyelesaikan masalah secara ksatria?
Iya, kurang lebihnya menyelesaikan masalah pribadi. Bahkan, [terbuka juga bagi yang] hanya ingin melakukan olahraga gabut.
Kami mendengar ada empat orang tertangkap, lalu ada juga berita yang bilang delapan orang dari kalian sudah tertangkap.
Untuk yang ditangkap itu [mayoritas] adalah penonton yang tidak mendengarkan aba-aba dari kami. Kami sudah memberi tahu mereka soal aturan penonton. Jangan ada yang berkumpul di pinggir jalan, datang ke arena langsung masuk biar tidak terlihat oleh patroli. Jadi itu konsekuensi mereka masing-masing.
Sejak kapan Makassar Street Fight diselenggarakan? Kami mendapat informasi ini baru diselenggarakan sebulan lalu.
Makassar Street Fight diselenggarakan baru sekali [yang kemarin viral]. Akun Instagram itu [@makassarstreet_fight, kini sudah di-report] besok baru genap seminggu dibuat. Banyak hoax berkeliaran, mulai dari hadiah serta aturan.
Selama pertandingan kemarin, apakah ada yang sampai sekarat dan tewas? Apa penyelenggara menyediakan penanganan medis?
Kami menyediakan medis jalanan, bisa dipanggil [secara] solidaritas untuk para petarung yang terluka. Kami memiliki wasit yang memimpin jalannya pertandingan [untuk meninjau kondisi peserta selama bertanding].
Kemarin wasit kami sempat ingin menghentikan pertarungan [karena melihat kondisi], tetapi para petarung melarang, jadi kami lanjut saja sampai ada yang mengalah.
Ada standar petarung? Atau perempuan dan anak-anak juga boleh ikutan?
Kami tidak menerima petarung di bawah umur 19 tahun. Yang kami post dan sebar itu bukan biodata asli. Yang tahu biodata asli hanya penantang. Ini untuk menjaga identitas kami. Tidak ada fighter perempuan, sebab kami takut ada kasus pelecehan di dalam arena. Sebab, penonton kebanyakan kaum laki-laki, jadi kami tidak menerima fighter perempuan.
Lawan dikonfirmasi oleh para pendaftar. Jadi, bukan kami yang menentukan lawan untuk mereka, tapi mereka yang memilih lawan [dan sepakat].
Postingan petarung berumur 17 tahun itu jadi sebenarnya sudah berusia di atas 19?
Sudah 20, tapi tubuhnya memang kecil.
Kamu bilang banyak hoax soal aturan dan hadiah. Apakah informasi dari polisi ini benar: tiket harga Rp15 ribu, biaya registrasi Rp50 ribu, dan hadiah pemenang Rp1,5 juta?
Untuk harga tiket kemarin [gelaran pertama] hanya Rp10 ribu, itu pun tidak kami terima semua. [Uang yang terkumpul] tidak kami [penyelenggara] terima semua, ada yang kami [bagikan sebagai] imbalan [kepada petarung], dan [bayaran] untuk medis kami. Imbalan [pemenang] pun tidak sampai segitu.
Di video [viral] itu memang banyak penonton, tapi kami tidak memungut biaya dari mereka semua. Kebanyakan tanpa tiket. [Hasil] penjualan tiket hanya mencapai Rp700 ribu saja. Pendaftaran kemarin itu cuma Rp20 ribu saja buat peserta, bukan Rp50 ribu.
Imbalan pemenang yang benar berapa banyak?
Imbalan itu sekitar Rp300 ribuan dan sebelum [petarung] mendaftar, kami sudah memberi tahu mereka [soal nominal imbalan].
Kalian saat ini kan sedang dikejar polisi, mengapa tidak takut dan tetap berniat bikin acara lagi?
Bukan tidak takut, kami sebenarnya sangat takut. Tapi, sampai kapan kita diam, sementara kita semakin tak punya ruang. Seharusnya mereka [polisi] berterima kasih kepada kami karena mengurangi tindakan kriminal di jalan-jalan Makassar.
Kami sudah mengevaluasi aksi kemarin, kami akan melarang perekaman atau pemotretan.
Tak punya ruang? Ruang apa?
Ruang kerja. Pemberhentian sepihak para buruh. Mungkin [ajang pertarungan] ini bisa menghasilkan bagi para pejuang rupiah yang telah diberhentikan [dari pekerjaannya]. Kami tidak mengharapkan ini jadi mata pencaharian, tapi setidaknya membantu sedikit masalah keuangan. Kondisi sekarang lapangan kerja sangat susah, ditambah aturan Covid-19 tai tanpa solusi dari pemerintah.
Kalau begitu, kegiatan tarung akan dibuat mingguan?
Untuk hari tarung kami tidak bisa memberitahukan demi keamanan di arena.
Untuk penjualan tiket nanti, bagaimana cara kalian memastikan yang beli bukan polisi? Kalau COD lalu yang beli polisi kan kalian bisa langsung ditangkap?
Kami akan pakai cara video call dan pemantauan dari jauh dulu.
Untuk yang Sabtu besok, sudah berapa penonton yang memesan tiket?
Mungkin ratusan. Kami memiliki aturan penjualan tiket hanya berlangsung selama 24 jam [sejak Jumat] dan tidak ada penjualan di arena.
Kalau dari warga sekitar sendiri, bagaimana tanggapan mereka?
Di arena kemarin, pihak keamanan rumah di samping arena sudah mengizinkan kami. Jadi, kami juga punya sopan santun yang kami bawa.
Minta izinnya gimana?
Kami ngomong jujur aja. Satpam bilang yang terpenting tidak merusak bagian rumah karena itu juga bukan tanahnya. Itu tanah kosong.
Di aturan, kalian bilang menyediakan peralatan. Ini peralatan apa?
Peralatan seperti medis, bukan peralatan untuk bertarung. Semua media lokal sudah salah soal itu. Aturan kami sudah melarang adanya senjata tajam.
Berita apa lagi dari media yang menurut kalian salah?
Berita seperti imbalan dan [tuduhan] mengganggu keamanan. [Kemarin] pertarungan masih seru-seru saja sebelum ACAB [polisi] datang.
Pertarungan kemarin yang viral itu dibubarkan polisi?
Ya, itu sudah pertarungan kedua. [Dalam satu pertemuan, ada beberapa kali pertandingan.]
Cuma empat yang tertangkap?
Itu cuma empat. Kabar media delapan orang itu tidak benar adanya.
Apakah kalian takut empat orang ini akan membocorkan sesuatu?
Takut sih, salah satu teman dekat yang menjadi fighter malam itu ditangkap saat subuh tadi (4/8). Katanya kabar dari teman, besok (5/8) baru keluar, tapi ada juga yang bilang akan jalani hukuman selama tiga bulan.
Meski takut, tapi kalian tetap lanjut terus untuk minggu ini?
Tetap tenang walaupun takut. Kami lanjut. Tidak ada yang selesai, semuanya berlanjut.
Banyak yang mendukung, tapi banyak juga yang tidak. Apa pesan yang ingin kalian sampaikan kepada mereka yang ingin kalian berhenti?
Harusnya mereka [masyarakat] berterima kasih kepada kami. Sebab, tidak ada lagi bentrok dan tawuran senjata tajam yang ada di jalan. Untuk lokasi, kami ambil jauh dari pemukiman warga. Di arena kemarin misalnya, hanya ada satu rumah di sekitar arena.
Sebelumnya, akun yang jadi wadah petarung Makassar Street Fighter kan @makassarstreet_fight, kok sekarang udah enggak ada?
Akun itu dilaporin dan dinonaktifkan selama 30 hari.
Saya menemukan ada dua akun lain yang mengatasnamakan akun Anda. Bagaimana saya tahu Anda adalah yang asli?
Saya sendiri wasitnya.
*Basbas mengirimkan tangkapan layar permohonan peninjauan kembali ke Instagram terhadap akunnya yang dilaporkan. Lalu, kami melakukan video call, Basbas menunjukkan dirinya tengah memakai jaket dengan logo AK-47 di punggung. Jaket ini adalah jaket yang dipakai “wasit” pada video yang viral tempo hari.