Tiga minggu terakhir merupakan masa-masa paling absurd dan sulit bagi Marwa Elselehdar. Namanya mendadak jadi topik perbincangan media sosial, tak lama setelah kapal kargo Ever Given nyangkut di tepian setelah cuaca buruk awal April 2021, lalu memblokir Terusan Suez, Mesir.
Kapten kapal perempuan pertama di Mesir ini terseret dalam lautan berita palsu seputar insiden tersebut. Dia dituduh sebagai nahkoda yang tidak becus bekerja, sehingga kapalnya jadi sumber kemacetan yang mengganggu arus perdagangan global.
“Dari pengamatan saya, berita palsu tentangku muncul beberapa jam setelah Ever Given terjebak,” kata Elselehdar saat dihubungi VICE World News dari Kairo. “Faktanya, saat kejadian saya sedang naik kapal AIDA IV di pesisir Kota Alexandria pada saat itu. Saya malah tahu postingan [Ever Green nyangkut] dari teman.”
“Saya tidak kenal para troll medsos ini, tapi mereka bilang insiden di Suez akibat kesalahanku. Entah kenapa mereka melakukan itu kepadaku,” katanya. “Perundungan online [yang dihadapi] menunjukkan mereka belum bisa menerima perempuan bekerja di industri ini, padahal aslinya kami sangat profesional dan berpengalaman.”
Pada 24 Maret, Elselehdar membuat video klarifikasi di Instagram untuk meluruskan pemberitaan tentang dirinya. “Saya memutuskan angkat suara [seputar rumor ini] dan memberikan dukungan kepada seluruh perempuan di luar sana, bukan hanya yang bekerja di industri kelautan,” dia melanjutkan. Data Organisasi Maritim Internasional menunjukkan dari 1,2 juta pelaut di dunia, hanya dua persen perempuan yang menjadi pelaut. Di antara mereka, 94 persennya bekerja di industri pelayaran.
“Saya ingin menunjukkan perempuan bisa melakukan apa saja,” imbuhnya. “Kita bukan makhluk yang sempurna, tapi itu bukan kesalahanku. Saya berjuang memulihkan reputasiku.”
Sejumlah media Mesir menuding penyebar hoaks tentang Elselehdar telah bersikap “anti-feminis”. Usut punya usut, disinformasi berawal dari tajuk utama artikel Arab News pada 22 Maret yang memprofilkannya sebagai kapten kapal perempuan pertama di Mesir. Berita palsu lalu mengubahnya jadi, “Kapal kargo kandas di Terusan Suez. Kapten perempuan Arab Lloyd pertama terlibat dalam insiden.”
Setelah itu, muncul akun Twitter palsu yang mengaku sebagai Elselehdar. Akun tersebut diikuti banyak orang setelah memposting suatu kebohongan.
Pada kenyataannya, perempuan 30 tahun itu tidak punya akun Twitter sama sekali. Hoaks telanjur tersebar luas ketika dia membuat akun baru untuk memberi klarifikasi. Berita palsunya mengumpulkan ribuan tanggapan, termasuk stigma perempuan tidak pandai menyetir.
“Berita biasanya menyebar dengan cepat di Mesir,” ujar Elselehdar. “Berhubung postingan palsu itu berbahasa Inggris, beritanya terdengar sampai ke negara lain sehingga sulit melacak penyebarannya. Saya awalnya memilih diam saja karena postingan tersebut sangat jahat. Untung saja saya berubah pikiran.”
Elselehdar sudah 10 tahun menekuni profesi ini. Dia satu-satunya perempuan di antara 1.200 pelajar laki-laki yang berkuliah di perguruan tinggi kelautan Mesir. “Teman sejurusan kaget karena cuma saya yang perempuan,” kenangnya. “Tapi saya tidak terintimidasi oleh mereka. Saya bekerja keras karena bagiku ini kesempatan langka.”
Harus diakui, dia memang pernah berlayar melalui Terusan Suez. “Tapi saya tidak naik Ever Given dan bukan tahun ini,” tegasnya. “Kejadiannya pada 2015 ketika saya bertugas sebagai perwira kedua di kapal AIDA IV.”
Elselehdar menjadi kapten kapal perempuan Mesir pertama dan termuda yang menyusuri Terusan Suez yang baru diperluas. Dia menerima penghargaan dari presiden Mesir Fattah El-Sisi pada Hari Perempuan Internasional 2017.
Dia mengatakan Mesir punya banyak sekali perempuan hebat yang pantas dijadikan panutan. “Sejujurnya saya jarang melihat perempuan di sekitarku diserang seperti ini,” ungkapnya. “Tapi saya tahu sikap ini banyak terjadi di seluruh dunia.”
Terlepas dari berbagai komentar seksis yang memenuhi medsosnya belakangan ini, dia juga menerima banyak sekali dukungan dari segala penjuru. “Para perempuan tanpa henti mendukungku melalui cobaan berat ini. Saya mulai berkomunikasi dengan perempuan dari berbagai negara,” tutur Elselehdar. “Mereka membuatku bahagia dan membantuku melupakan peristiwa ini.”
Lebih parah lagi, Elselehdar menjadi bahan konspirasi QAnon di Amerika Serikat. Penganut konspirasi sayap kanan ini mengklaim Ever Given dikendarai oleh Hillary Clinton dan mengangkut anak-anak yang akan dijadikan budak seks. Dalam kasus Elselehdar, dia disebut-sebut mirip Monica Lewinsky yang dirumorkan memiliki hubungan gelap dengan Bill Clinton. “Saya belum pernah lihat teori konspirasi itu, tapi [perbandingannya] konyol sekali,” simpulnya sambil tertawa.
Follow Pallavi Pundir di Twitter.