Rombongan keluarga gajah melakukan migrasi dari barat daya Tiongkok menuju kawasan utara, mendekati perbatasan Mongolia dan Rusia. Sepanjang perjalanan tersebut, gajah-gajah ini merusak lahan pertanian, mencari makan dengan memasuki perkampungan manusia, tapi akhirnya membuat netizen dari berbagai negara jatuh hati pada mereka.
Rombongan gajah ini berasal dari kawasan cagar alam Xishuangbanna di Provinsi Yunnan. Ilmuwan menyatakan mereka mulai melakukan migrasi sejak akhir 2020. Namun, sejak Mei lalu rombongan ini mendapat perhatian dunia internasional, karena perjalanan mereka yang sudah menempuh 482 kilometer sering mendekati kawasan permukiman manusia.
Awalnya, ada 14 gajah yang berada dalam rombongan tersebut. Ternyata satu gajah betina hamil, lantas melahirkan pada akhir Maret 2021. Total, kini ada 15 gajah yang melakukan migrasi ke kawasan utara Tiongkok. Pada 27 Mei, rombongan ini dilaporkan memasuki halaman sebuah dealer mobil, untuk mencari air minum. Beberapa hari sebelumnya, seorang lelaki mengaku dua gajah dewasa masuk ke rumahnya, juga untuk mencari air segar.
Saat artikel ini dilansir, rombongan gajah tersebut dilaporkan meninggalkan pinggiran Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan yang dihuni 8,5 juta manusia. Untuk mengamankan gajah-gajah itu dari interaksi dengan manusia, aparat Tiongkok menerjunkan ratusan personel keamanan dan mengerahkan lebih dari 10 drone buat memantau pergerakan mereka.
Salah satu foto dari pantauan drone itu lantas viral di Internet, karena merekam momen rombongan tersebut istirahat sejenak di hutan Provinsi Yunnan. Gajah gajah dewasa di sekitar gajah yang masih muda.
Ilmuwan Tiongkok masih belum memahami alasan rombongan gajah itu bermigrasi ke wilayah utara, apalagi gajah biasanya tidak memiliki kebiasaan pindah tempat di musim tertentu. Namun ada spekulasi bahwa rombongan gajah tersebut merasa wilayah utara lebih aman untuk mencari makan.
“Kami menduga mereka tersesat saat mencari makan,” kata Becky Shu Chen, pakar biologi dari the Zoological Society of London, saat dihubungi VICE World News. “Dari pola pergerakannya, mereka sekadar mencari lokasi yang lebih lapang untuk mencari makan.”
Jumlah gajah di balai penangkaran Yunnan sebetulnya meningkat, dari tersisa hanya 150-an ekor pada dekade 1960-an, menjadi lebih dari 300 ekor pada survei tahun lalu. Namun, seperti banyak problem satwa liar lain, gajah-gajah di Yunnan kesulitan mencari makan lantaran hutan mereka digunduli oleh manusia dan makin terkepung peradaban modern.
Oleh sebab itu, gajah-gajah tersebut tidak punya pilihan lain kecuali keluar dari kawasan pengkaran yang mulai sesak dan mencari tempat tinggal baru. Gajah-gajah ini juga sudah tidak takut pada manusia dan justru sengaja mencari makan dari kawasan permukiman padat penduduk.
“Jangan lupa, gajah punya kecerdasan setara anak manusia usia delapan tahun,” kata Chen. “Mereka cerdas sekali dan tahu di mana harus mencari makanan atau minuman.”
Pemerintah Tiongkok, atas saran ilmuwan, memutuskan untuk membiarkan rombongan ini berjalan ke mana mereka mau. Sebab, jika dipaksakan membawa mereka kembali ke cagar alam, dikhawatirkan gajah dewasa akan mengamuk.
Pemerintah Tiongkok berjanji akan memberi ganti rugi bagi warga yang rumah atau ladangnya dirusak oleh rombongan gajah tersebut. Namun, alih-alih marah, netizen di Tiongkok maupun berbagai negara lain jadi terharu saat melihat foto udara rombongan gajah itu tidur.
“Ini pertama kalinya aku melihat gajah tidur, ternyata seperti itu cara tidur mereka,” tulis salah satu netizen di Weibo yang viral. Berdasarkan penelitian, mayoritas gajah sebetulnya tidur dengan tetap berdiri, namun kadang memang mereka bisa berbaring.
Ilmuwan berharap foto-foto migrasi yang viral itu akan menyadarkan masyarakat soal ketegangan ekologi antara manusia dan satwa. Terutama agar penduduk Tiongkok bersedia memikirkan ekosistem yang lebih sehat bagi gajah.
Di sisi lain, Chen berharap pemerintah setempat memberi edukasi ke warga bahwa gajah bukan hewan jinak, hanya karena foto mereka tidur tampak imut. “Gajah tetaplah salah satu mamalia paling kuat di Bumi saat ini,” ujarnya. “Jangan sampai masyarakat menganggap mereka hewan yang lembut. Siapapun harus menjaga jarak dan menghormati wilayah pergerakan gajah.”
Follow Viola Zhou di Twitter.