Berita  

Muncul Tren Tolol Makan Daging Mentah Hampir Busuk Biar Dapat Efek Kobam

muncul-tren-tolol-makan-daging-mentah-hampir-busuk-biar-dapat-efek-kobam

Variasi kuliner yang populer belakangan ini semakin absurd saja. Kita bisa ambil contoh air goreng, “daging ayam” vegan atau es krim daging marmut yang bikin banyak orang ketagihan, meski entah rasanya beneran enak atau tidak. Terlepas dari komposisinya yang membuat kita mengernyitkan alis, ketiga hidangan ini setidaknya masih aman dikonsumsi.

Lalu ada tren-tren yang patut dipertanyakan keamanannya, macam “high meat” alias daging mentah yang sudah tidak segar sama sekali.


Orang sengaja membiarkan daging membusuk selama beberapa bulan atau bertahun-tahun untuk kemudian dimakan mentah-mentah. Katanya mereka merasakan efek nge-high atau sensasi euforia setelah mengonsumsi daging hampir busuk. Pakar kesehatan tentu saja tidak menganjurkannya.

Walaupun sering dibahas di forum online dan blog tentang diet paleo, hampir tidak ada informasi atau penelitian ilmiah yang mendukung manfaat “high meat”. Dan selama sepekan terakhir, makanan kontroversial ini kembali mendapat perhatian di Twitter.

Bagi netizen yang baru mendengar tentang “high meat”, mereka sontak mual melihat bentuk hidangannya.

Naras Lapsys, konsultan diet di Singapura, menduga efek nge-high yang dirasakan sebenarnya berasal dari kawanan bakteri yang tumbuh subur di daging mentah.

Menurutnya, bakteri apa saja bisa tumbuh pada daging yang didiamkan untuk waktu lama. “Beberapa bakteri itu mungkin memiliki sifat kimiawi yang membuat kalian mabuk, berhalusinasi atau merasakan euforia,” Lapsys memberi tahu VICE.

Masih “untung” jika efeknya sebatas mabuk saja, karena ada risiko lebih besar dari memakan daging busuk — seperti keracunan.

“Kalian tidak akan tahu bakteri apa yang tumbuh [ketika membiarkan daging membusuk]. Mungkin itu salmonella, shigella atau E. coli yang sulit dihancurkan di dalam tubuh,” lanjutnya. “Pertanyaan yang muncul saat kita memakan makanan busuk adalah: mampukah asam lambung membunuh bakteri supaya kita tidak keracunan? Jawabannya sering kali tidak bisa.”

Lapsys berujar, kasus keracunan yang buruk dapat menyebabkan diare, muntah-muntah, dehidrasi dan kerusakan pada usus besar. Dia juga memperingatkan keracunan parah dapat menimbulkan masalah kesehatan langka dan berpotensi fatal, seperti botulisme yang bisa menyebabkan penglihatan kabur, kelelahan, dan kesulitan bicara.

Sejumlah video di YouTube menunjukkan, tren ini sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Video-videonya bahkan telah ditonton hingga puluhan ribu kali.

Vlogger satu ini memamerkan stoples daging yang didiamkan “di tempat gelap dan sejuk selama empat bulan” hingga “berubah warna menjadi abu-abu dan sedikit berlendir”, serta mengeluarkan bau “yang sangat intens”. Rasa daging itu mirip keju yang “asam dan busuk” dengan tekstur berlendir.

YouTuber Belanda KasumiKriss mengaku sudah tiga kali makan “high meat”, tapi hanya dua kali mengalami efek euforia.

“Saya merasa gembira saat pertama kali memakannya. Saya juga mengalami perubahan persepsi kecil. Warna, musik dan suara di sekitar saya terasa lebih kuat,” kenangnya. “Pada pengalaman kedua, suasana hati saya menjadi sangat riang setelah gigitan pertama.”

KasumiKriss menyebut alasannya makan daging mentah yang sudah lama didiamkan bukan karena ingin mengikuti tren, melainkan tertarik dengan kebiasaan suku Inuit yang memfermentasi ikan. Daging yang dimakan olehnya telah difermentasi selama lima minggu, jadi tidak dibiarkan membusuk begitu saja. Dia yakin “high meat” kaya akan probiotik dan memiliki “efek positif bagi mikrobioma usus” seperti makanan fermentasi lainnya.

YouTuber Frank Tufano mengklaim dalam videonya, dia merasakan euforia yang sama seperti saat berjemur di bawah matahari atau makan hati segar dan telur ikan.

Masalahnya adalah tidak ada bukti ilmiah atas klaim tersebut. Efek mabuk dan euforia hanya diceritakan oleh orang-orang yang mengonsumsinya. KasumiKriss telah mengakui kekurangan ini.

“Pengalaman pribadi saya selalu positif sejauh ini, tapi bukan berarti tidak ada risiko sama sekali. Saya tidak memberikan rekomendasi menyeluruh, bahwa semua orang harus mengonsumsi ‘high meat’,” tuturnya.

“Saya menganjurkan agar orang dewasa membuat keputusannya sendiri dan mempelajari baik-baik tentang ‘high meat’. Mereka harus melaporkan pengalamannya seakurat mungkin, terutama jika ada reaksi negatif.”

Follow Koh Ewe di Instagram.