Berita  

Model Myanmar Jadi Orang Pertama Dibui 6 Tahun Gara-Gara Bikin OnlyFans

model-myanmar-jadi-orang-pertama-dibui-6-tahun-gara-gara-bikin-onlyfans

Seorang model di Myanmar divonis enam tahun penjara karena kedapatan memposting foto tanpa busana di platform OnlyFans. 

Pada 5 Agustus lalu, polisi menangkap mantan dokter bernama Nang Mwe San atas tuduhan menjual foto dan video vulgar yang dianggap telah “merusak martabat dan nilai budaya Myanmar”. Media yang dikelola junta kemudian mengumumkan pada malam penangkapan, pengadilan militer telah mengajukan tuntutan terhadap Nang Mwe San dan aktris Thinzar Wint Kyaw yang juga mengunggah konten dewasa di media sosial dan Exantria, platform mirip OnlyFans.


Pengadilan militer menyatakan, Selasa (27/9), Nang Mwe San terbukti melanggar Pasal 33 (A) Undang-Undang Transaksi Elektronik negara itu. Perempuan yang berusia 34 diketahui mendukung demonstrasi anti-junta di Myanmar, sehingga banyak pihak curiga ada alasan lain di balik hukumannya. Nang Mwe San diyakini sebagai orang pertama di Myanmar yang dipenjara akibat OnlyFans.

Nang Mwe San ditangkap ketika Myanmar berada dalam situasi darurat militer, sehingga dia tidak mendapat pendampingan dari pengacara selama proses hukum yang tertutup di pengadilan militer. Pakar hukum dan aktivis HAM di Myanmar mengecam keras perlakuan yang dialami olehnya.

Aung Kyaw Moe selaku penasihat hak asasi untuk Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar, gabungan anggota parlemen sipil yang terbentuk setelah kudeta militer pada Februari 2021, mengutuk hukuman tersebut sebagai “pelanggaran berat HAM dan hak-hak perempuan”. Dia curiga pengadilan “sengaja” menjebloskan Nang Mwe San ke penjara.

“Dia seleb pertama yang memperjuangkan hak-hak Rohingya tepat setelah kudeta terjadi,” terangnya. “[Jika] model seperti Nang Mwe San tidak dapat menggunakan haknya menjual foto seksi, maka perempuan lain juga tidak bebas menggunakan haknya. Harus ada desakan lebih besar dari dunia internasional agar junta bertanggung jawab dan melindungi kaum perempuan di Myanmar.”

Totalnya ada 347 foto dan 74 video yang telah Nang Mwe San unggah ke profil OnlyFans miliknya. Saat diwawancarai VICE World News pada Desember 2020, model itu mengaku telah memperoleh lebih dari $20.000 (Rp304,7 juta) dalam tiga bulan saja.

Pengacara veteran yang diwawancarai Radio Free Asia (RFA) menyebut putusan pengadilan “tidak adil”. Dia mengklaim belum ada definisi jelas tentang konten yang dianggap “merusak” budaya dalam UU tersebut. Pengacara yang tidak mau menyebutkan namanya juga menduga ada maksud tersembunyi dari penangkapan Nang Mwe San.

“Tindakan hukum ini hanyalah alasan. Saya yakin ada alasan lain yang disembunyikan oleh pengadilan,” tandasnya.

Pasalnya, Nang Mwe San turun ke jalan bersama ribuan warga Myanmar untuk memprotes kudeta militer yang terjadi pada 1 Februari 2021. Melalui akun media sosialnya, perempuan itu juga mengkritik tindakan keras junta terhadap para demonstran. Komentar tersebut membahayakan keselamatannya, sehingga dia bersembunyi pada Maret 2021 usai mendapat ancaman akan ditangkap atas pencemaran nama baik terhadap negara. RFA melansir, Nang Mwe San telah menandatangani perjanjian bersama pihak berwenang untuk mengizinkannya kembali ke rumah. Namun, dia kembali ditangkap pada 5 Agustus.

Nang Mwe San bukan satu-satunya warga Myanmar yang diadili pengadilan militer pekan ini. Pada Selasa, produser lepas BBC Htet Htet Khine dijatuhi hukuman penjara tiga tahun lantaran berhubungan dengan program radio pro-demokrasi yang telah dilarang siaran. Sebelumnya, dia diperintahkan kerja paksa tiga tahun berdasarkan undang-undang yang mengkriminalisasi komentar yang dianggap menimbulkan ketakutan di masyarakat atau menyebarkan “berita palsu” tentang militer.

Asosiasi Dukungan untuk Tahanan Politik mencatat hampir 16.000 ribu orang ditangkap polisi karena menentang kekuasaan junta di Myanmar. Banyak di antara mereka anggota parlemen, aktivis, jurnalis dan selebritas. Sedikitnya 117 tahanan telah divonis hukuman mati. Pada Juli, junta melakukan eksekusi pertamanya sejak 1980-an kepada dua tahanan politik terkemuka di Myanmar.

Follow Gavin Butler di Twitter.