Pada 24 April 2021, terjadi kekacauan dan bentrokan di Yerusalem Timur antara sekelompok pemuda Palestina dengan Israel. Puluhan orang dari kedua belah pihak ditangkap polisi. Kubu Israel digerakkan oleh kelompok Yahudi garis keras. Sementara pemuda-pemuda Palestina itu juga berasal dari kelompok sayap kanan.
Massa berkumpul di Gerbang Damaskus, kawasan kota tua Yerusalem pada Sabtu malam, dan sudah bersiap bentrok. Sebelum perang antar pemuda terjadi, polisi Israel datang duluan dan membubarkan mereka. Yang terjadi kemudian justru kekacauan skala luas.
Polisi menembakkan gas air mata, menembakkan meriam air, dan mengerahkan petugas berkuda untuk menghalau ratusan orang dari kedua sisi Gerbang Damaskus. Menurut Palang Merah cabang Palestina, ada 105 warga sipil Palestina terluka akibat insiden ini.
Provokasi insiden ini dilakukan oleh Lehava. Kelompok Yahudi garis keras ini menggelar pawai dari kawasan barat Yerusalem, sambil meneriakkan slogan “matilah orang-orang Arab.”
Pawai mereka digelar sebagai respons atas beberapa video yang beredar di TikTok. Video provokatif itu menunjukkan belasan warga Palestina menyerang penganut Yahudi Ortodoks di pinggiran Yerusalem secara acak. Tidak jelas siapa pembuat video tersebut.
Dalam bentrokan ini, lebih dari 20 personel kepolisian cedera saat melerai kedua belah pihak. Sementara ada lebih dari 50 orang ditahan akibat kekacauan di malam minggu tersebut.
Suasana Yerusalem selama ramadan 2021 memang tegang, khusus di sekitar Masjid Al-Aqsa. Kepolisian Israel, yang secara de-facto menguasai kota suci tiga agama tersebut, dituding menghambat penduduk dari kawasan mayoritas mulism beribadah di Al-Aqsa. Barikade juga makin banyak terpasang di komplek-komplek orang Islam. Namun pengamanan ini diklaim polisi terkait pandemi, bukan untuk mendiskriminasi umat muslim menjalankan ibadah ramadan.
The crowds of Palestinians and far-right Jewish supporters clashed with police several hundred metres apart. Arab demonstrators used firecrackers and set rubbish bins on fire, and the ultra-nationalist Jewish groups chanted anti-Arab slogans, and threw stones and bottles. Windows of parked cars and homes nearby were smashed in the process.
Moshe Lion, Wali Kota Yerusalem dari sisi Israel, turut memprovokasi warga. Saat jadi narasumber wawancara radio, dia mengecam polisi dari negaranya sendiri karena justru seakan-akan membela gerombolan pemuda Palestina. Moshe mengklaim pawai yang digelar kelompok sayap kanan sebagai “aktivitas legal”.
“Kedua belah pihak sama-sama terlibat kekerasan,” ujarnya.
Sementara Otoritas Palestina meminta semua pihak menahan diri. Selain itu, lembaga internasional diminta terlibat menengahi ketegangan di Yerusalem. “Kami meminta hak warga Palestina sebagai penghuni ibu kota sah di Yerusalem Timur dilindungi semua pihak,” demikian keterangan tertulis resmi dari PLO.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE World News