Liputan4.com,Jeneponto_ Mukhtar Tompo (MT) merasa terpanggil untuk melihat kondisi lansia yang hidup serba kekurangan di Kel. Bontotangnga Kec. Tamalatea, Kab.Jeneponto, Jumat 13 Mei 2022.
Adapun dua orang lansia yang ditemui oleh MT adalah Sauda, laki-laki umur 70 tahun warga Lingkungan Borongtammatea, Kel. Bontotangnga, Kec. Tamalatea. Kondisinya sangat memprihatinkan.
Sauda tinggal sendiri di rumah setengah jadi tanpa penerangan lampu. Keberadaannya bahkan seakan-akan belum tertangani oleh pemerintah.
Selanjutnya, Rahmatia perempuan berusia kira-kira 70 tahun, warga Lingkungan Sarroanging, Kel. Bontotangnga, Kec. Tamalatea itu tinggal sendiri di rumah kemenakannya, kondisinya pun tidak jauh berbeda dengan Sauda.
Pada mulanya, MT mendengar kabar tentang dua orang lansia itu dari beberapa orang yang menemuinya. Atas kabar yang diterima, mantan Anggota DPR RI itu langsung berkoordinasi dengan pemuda Bontotangnga dan segera menemui mereka di rumah masing-masing.
“Saya mendapat informasi tentang kondisi Bapak Sauda dan Ibu Rahmatia. Rupanya mereka berdua tinggal sebatangkara. Sauda tiap hari bekerja sebagai pemulung atau mengais sampah dos dan botol air kemasan,” ujar MT.
Mantan legislator dari Jeneponto itu menambahkan, “Rata-rata penghasilan Sauda tiap hari antara 30 ribu hingga 40 ribu, itu pun belum terhitung biaya transpor sebesar 10 rinu-12 ribu ke lokasi pekerjaannya. Hanya saja, tiga belakangan ini beliau jatuh sakit sehingga tidak mampu mencari uang.”
Politisi yang kini berkarier di PAN itu juga mengungkapkan kecemasannya. Ia berkata, “Ini baru satu orang. Mungkin di luar sana jumlahnya masih banyak, dengan kondisi yang sama atau bahkan lebih parah. Jika masih ada yang seperti ini, tolong catat dan sampaikan kepada saya. Kita carikan jalan keluar yang terbaik. Bentuknya bisa bantuan pribadi, bisa juga bantuan Pemerintah Daerah.
MT berharap apa yang dialami oleh Sauda tidak terjadi lagi atau tidak menimpa orang lain. Apalagi di Butta Turatea yang sangat kental dengan tradisi pacce. Ia juga berharap agar para pemuda bersedia mendata warga dengan kondisi seperti Sauda, kemudian melaporkannya kepada pemerintah setempat agar mendapat perhatian dan bantuan. Selain itu, budaya sirik na pacce mesti ditumbuhkan oleh warga agar peduli pada nasib sesama.
Hal serupa didapati oleh MT ketika menemui Rahmatia, sepuh yang menetap di Sarroanging, Bontotangnga, itu tampak agak pucat. Beberapa hari lalu ia memang menderita sakit. Ia bertahan hidup hanya dengan menantikan belas kasihan keluarga dekat serta tetangga. Terkadang untuk membayar listrik saja dengan nilai 10 ribu-20 ribu pun beliau tidak mampu.
Mengetahui hal itu, MT yang balihonya tengah marak di wilayah Jeneponto langsung berdiri di depan meteran listrik. Ia menguraikan bahwa inilah problem atau masalah besar yang sangat mengiris jiwa. “Kita hidup di Jeneponto, daerah yang berada di tengah-tengah pusat energi, tetapi masih ada warga yang kesulitan menikmati energi listrik. Kenapa permasalahan ini tidak menjadi perhatian? Harusnya ada banyak kebijakan terkait masalah seperti ini. Coba kita duduk bersama dengan perusahaan energi di Jeneponto,” imbuh MT.
Menyikapi kondisi yang ia temui, MT menegaskan bahwa untuk itulah mengapa ia kembali ke Butta Turatea. Pemimpin, dalam level apa pun, tidak boleh buta informasi dan data. “Maka dari itu, insya Allah, sejak dini saya coba bersama masyarakat dan akan mengajak masyarakat untuk bersama-sama menuntaskan kemiskinan. Caranya, pertama-tama dengan bergotong-royong mengumpulkan data dan informasi, baik dalam permasalahan sosial maupun potensi daerah untuk mengatasi masalah itu,” ucapnya dengan tegas dan tandas.
Ia menutup harapannya dengan berkata, “Hanya dengan bergotong royong kita bisa mengeluarkan Jeneponto dari belitan kemiskinan.”
Berita dengan Judul: Merasa Prihatin Terhadap Warga, Mukhtar Tompo Blusukan Di Tamalatea, MT : Paccea Ciniki pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com. oleh Reporter : Basir Hasgas
