Berita  

Menurut Pakar, Orang yang Tak Punya Akun Medsos Lebih Berpeluang Dapat Gebetan

menurut-pakar,-orang-yang-tak-punya-akun-medsos-lebih-berpeluang-dapat-gebetan

Bagi kebanyakan orang, wajib hukumnya kepo akun media sosial orang yang match di aplikasi kencan online pada tahap perkenalan. Tujuannya untuk memastikan mereka bebas dari “red flag” dan sesuai tipe. Kalian mungkin akan membuka akun Twitter mereka dan mengecek apakah mereka pernah menulis twit semacam “dear cewek/cowok…” atau menggunakan emoji berlebihan.

aBisa juga kalian nge-scroll profil Instagram mereka untuk melihat seperti apa estetika fotonya. Apakah mereka tipe yang suka mengunggah foto pemandangan, atau pamer motor gede? Dengan adanya media sosial, kalian bisa mendapat gambaran kasar tentang kepribadian seseorang, bahkan sebelum bertemu langsung.


Namun, terkadang pencarian kalian selama berjam-jam tidak membuahkan hasil sama sekali. Tidak ada profil Facebook penuh foto candid nge-blur, akun Twitter yang isinya hanya “who unfollowed me”, maupun akun Instagram yang foto-fotonya pakai filter jadul. Profil LinkedIn bahkan hanya menunjukkan mereka bekerja di mana. Itu pun sudah lima tahun tidak di-update, tak ada foto profil pula…

Tetapi anehnya, ketidakhadiran mereka di dunia maya justru semakin menggelitik rasa penasaran, setidaknya bagi orang-orang yang VICE hubungi untuk artikel ini. Jejak online yang sangat minim memberi kesan misterius dan meningkatkan ketertarikan untuk mengenal mereka lebih dalam.

Kebanyakan orang yang saya ajak ngobrol sepakat tidak main medsos menandakan kepercayaan diri. Dengan kata lain, kalian tidak melihat “diakui dunia” sebagai suatu keharusan. Kalian tidak peduli apa kata orang. Kalian tidak butuh like dan follow mereka. Kalian hanya fokus menikmati hidup. Hal ini menunjukkan sikap harga diri dan rasa percaya diri yang kuat — kualitas yang dianggap atraktif oleh banyak orang.

“Itu artinya mereka nyaman menjadi dirinya sendiri, semacam rasa percaya diri yang sangat atraktif. Mereka tidak perlu mengikuti apa yang orang lain lakukan,” Sarah Murray, 23 tahun, berpendapat.

“Sebagai pribadi yang gampang FOMO dan mengikuti tren agar tidak kudet, saya menghargai dan mengagumi keputusan untuk tidak mengindahkan ekspektasi. Itu artinya kalian juga tidak akan menemukan foto memalukan mereka, sehingga mereka tampak lebih misterius.”

Daniel Boydon sepemikiran dengan Sarah. Lelaki 29 tahun itu tertarik pada orang-orang yang jarang online “karena memberi kesan ‘gue gak peduli dengan semua ini’… dan menyingkirkan rasa sulit percaya yang sering muncul. Faktor misterius juga bermain, kayak ‘Kita harus ngobrol biar bisa mengenal satu sama lain.’”

Tom Rassmussen, 30 tahun, beranggapan kurangnya kehadiran online sering kali mengindikasikan seseorang memiliki kehidupan batin, karier dan sosial yang kaya. Kalian pasti pernah, kan, bersenang-senang sampai lupa untuk foto-foto? Beginilah kira-kira kehidupan orang yang jarang atau tidak pernah main medsos. “Saya berpikir kalian keren jika tidak memusingkan hal-hal kurang penting yang mengganggu pikiran kita semua,” terangnya. “Di dunia yang sangat bergantung pada media sosial, sikap ini mengagumkan.”

Pakar kencan James Preece menjelaskan, sebagian besar orang pada umumnya tertarik dengan misteri dalam hal percintaan — dan ini meluas ke media sosial. “Kalian semakin ingin tahu jika tidak bisa nge-stalk atau menguntit orang [di internet],” ujarnya. “Segala jenis misteri atau ketidaktersediaan sontak menjadi kualitas yang menarik.”

Pakar percintaan Hayley Quinn mengatakan hal serupa. “Misteri sering kali lebih menguntungkan dirimu daripada orang yang (secara keliru) mengira tahu segalanya tentangmu,” ungkapnya. “Kalian bisa memancing ketertarikan seseorang untuk mengenal dirimu lebih baik di dunia nyata jika tidak punya medsos atau akunnya digembok.”

Tak ada yang bisa dinilai apabila seseorang jarang atau tidak pernah online. Pernahkah seseorang membuatmu ilfeel hanya karena foto-foto di Instagram mereka tak sesuai selera kalian, atau mereka sering pakai emoji lidah menjulur? Rasanya memang jahat memandang orang sebelah mata kayak begitu, tapi nyatanya kita sering tanpa sadar melakukan itu. Dengan minimnya jejak online, tak ada kesempatan bagi kalian untuk menghakimi mereka.

“Tak jarang orang mencari-cari alasan untuk tidak berkencan dengan seseorang,” Preece membeberkan. “Jadi misalnya kalian mengecek profil seseorang dan kebanyakan fotonya bagus. Tapi kemudian ada satu foto yang menurut kalian ‘aneh’, dan akhirnya kalian berpikir ‘enggak deh, gue enggak suka – bye.’”

“Saat tidak ada alasan untuk melakukan itu, kalian hanya bisa memberinya kesempatan. Kalian tidak terpaksa untuk menolak mereka.”

Secara realistis, jumlah selfie dan seberapa aktif seseorang di dunia maya takkan memengaruhi daya tarik kalian di dunia nyata. Kalian hanya mengandalkan konten media sosial untuk menilai kepribadian mereka, tanpa memberikan mereka kesempatan untuk menunjukkan diri mereka yang sesungguhnya.

“Untuk membangun hubungan romantis apa pun, kalian membutuhkan seseorang yang terbuka dan bersedia meluangkan waktu mereka untuk mengenal dirimu,” tegas Quinn. Dengan kata lain, sosok yang misterius atau jarang online mungkin akan menumbuhkan ketertarikan, tapi sepertinya tidak akan relevan jika menyangkut kecocokan jangka panjang.

@daisythejones