Berita  

Menguji Khasiat ‘Tapping’, Teknik Pijat yang Konon Bisa Mengobati Patah Hati

menguji-khasiat-‘tapping’,-teknik-pijat-yang-konon-bisa-mengobati-patah-hati

Berusaha terlihat tegar saat patah hati sangatlah sulit. Prosesnya lama sampai kita siap menata kembali hati yang hancur berkeping-keping. Perasaan terluka juga dapat menyeret kita ke jurang keputusasaan, serta membuat kita mengasihani diri sendiri. Menjalani hari-hari bahkan terasa begitu berat.

Saya diputusin pacar awal tahun ini, tepat dua hari sebelum pindahan. Hal sepele macam menggotong kasur saja sambil diselingi isak tangis. Perasaanku super kacau. Tak ada satu pun kata-kata mutiara di Instagram yang mampu menghibur hatiku.


Tanpa disangka-sangka, teman membelikanku panduan online mengatasi patah hati dalam 21 hari. Judulnya agak aneh: “Heartbreak to Soulmate With the Magic of Tapping”. Apa yang dimaksud “tapping”? Bagaimana coba caranya ketukan mengobati patah hati? Walau skeptis, kupikir tak ada salahnya dicoba. Saya butuh sesuatu yang dapat mengembalikan semangat hidup, yang mampu mengalihkan pikiran dari mantan.

Biasa disebut Teknik Kebebasan Emosional (EFT), terapi alternatif tapping dipercaya dapat mengatasi segala bentuk tekanan emosional hanya dengan menekan bagian tubuh tertentu (kepala, tulang selangka, tulang rusuk, dada, ketiak, dll.) sambil mengucapkan dengan lantang semua yang mengganggu pikiran. Setelah itu, kamu wajib menggantinya dengan hal-hal positif tentang dirimu. Contohnya: “Meski aku merasa seperti orang paling menyedihkan sedunia…” – ketuk, ketuk, ketuk – “Aku sebenarnya cakep dan pantas dicintai.” Metodenya kurang lebih mirip terapi perilaku kognitif (CBT) yang dipadukan pengobatan tradisional dari Tiongkok, tapi kita bisa melakukannya sendiri di rumah.

Kedengarannya kelewat simpel untuk menangani masalah psikis serius, tapi banyak yang mengakui khasiatnya. Studi yang mendalami efek tapping bahkan menunjukkan peningkatan 90 persen pada pasien yang menjalani terapi alternatif ini, sedangkan pasien CBT mengalami peningkatan 63 persen saja. Orang bahkan cukup mengikuti tiga sesi tapping, tak seperti CBT yang rata-rata membutuhkan 15 sesi terapi.

Lauren Frontier sudah tiga tahun mempraktikkan metode tapping. Warga AS yang berusia 32 ini merasa dirinya lebih lepas dan bebas setelah mengusir ketakutan dan keraguannya dengan menanamkan pikiran positif. “Tapping membantu kamu mencerna perasaan seutuhnya, bukan menguburnya dalam-dalam,” tuturnya.

Carla Carolina Watson, 29 tahun, merasakan hal serupa selama lima tahun menekuni terapi alternatif itu. “Tapping membangkitkan kembali kekuatan yang tertidur atau ‘terjebak’ jauh di dalam diriku,” ungkap perempuan berkebangsaan Inggris. “Suara-suara optimis tumbuh di dalam hatiku, membakar semangat yang kumiliki. Saya semakin berani menghadapi apa pun, dan terkadang hanya itu yang saya butuhkan.”

Perkataan Carla cukup menjanjikan. Saya semakin penasaran metode ini benar-benar bisa menyembuhkan patah hati atau tidak.

Pengalamanku menerapkan metode tapping selama 21 hari begitu kompleks. Awalnya saya merasa seperti orang bego yang mengetuk kepala sambil meracau seperti “Hidupku ngenes banget. Gak ada orang yang mau sama aku”, lalu menggantinya dengan “Itu bohong! Jodoh tak ke mana! Aku pasti akan menemukannya suatu hari nanti! Aku hebat karena gak gampang menyerah!”

Akan tetapi, suasana hatiku perlahan-lahan membaik berkat tindakan konyol ini. Metode ini ibarat psikologi terbalik yang bergerak ke arah positif. Rasanya geli menyebutkan hal-hal menyedihkan tentang diriku dengan lantang. Saya terdengar lebay saat melakukannya. Berkat cara inilah saya menyadari kalau ternyata memang benar, saya berhak bahagia dan mendapat cinta yang tulus.

Saya memasuki proses yawning dua minggu kemudian. Menurut Stephanie Dodds – praktisi EFT yang menyediakan kursus 21 hari – jika kita mulai merasakan dorongan untuk menguap, menghela napas dan tertawa saat mengetuk anggota tubuh, itu artinya kita berhasil mempraktikkan tapping. Apakah ini karena pikiran negatif menguap setiap kali saya mengetukkan jari? Atau bisa juga kuapku menandakan saya sudah bosan bersedih hati dan memukul kepalaku sendiri. Entahlah. 

Saya juga tidak sibuk mencari teman kencan baru selama menjalani terapi alternatif ini. “Saya sangat tidak menganjurkan orang berkencan jika mereka belum merampungkan sesinya,” Stephanie memperingatkan. “Kita mesti membuat pola baru, bukannya mengulangi pola lama. Kita harus bisa masuk alam bawah sadar agar diri kita siap mengatasi masalah yang mengganggu pikiran.”

Lama-lama saya memahami apa yang dimaksud Stephanie. Saya dulu terbiasa kencan sana-sini setelah putus, sebuah kedok menutupi kesedihan. Saya berpura-pura kalau saya baik-baik saja dan tetap bahagia meski sudah tidak bersama mantan. Saya mengubur rasa sakit karena tidak siap menghadapinya. Dengan menekuni tapping, saya memiliki lebih banyak waktu memproses semua kesedihan ini.

Testimoni Carla mungkin agak hippie, tapi menariknya, saya merasakan apa yang ia rasakan. Saya tidak punya rencana menjadikan tapping rutinitas harian, tapi jujur… tidak ada salahnya mencoba. Mengetuk kepala sambil mengucapkan kata-kata dramatis jauh lebih baik daripada nge-thrist trap mantan di InstaStory.

@elizabethmccaf