Sumut Liputan4.Com – Medan, Jejak sejarah Pejuang Kemerdekaan dan Seniman musik Lily Suheiri masih berdiri kokoh di Stasiun Kereta Api Desa Araskabu, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara. Bangunan gedung stasiun itu, menjadi saksi saat gerbong kereta api yang lagi berhenti, diberondong peluru dari pesawat Sekutu pada tahun 1944 lalu.
Mengenang peristiwa itu sebagai upaya membangkitkan semangat nasionalisme para generasi muda, FOSAD (Forum Sastrawan Deliserdang) menyelenggarakan renungan seni “Panggung Sejarah Araskabu”, Minggu (14/8), menyongsong 77 tahun Kemerdekaan Indonesia.
Pembina FOSAD Tengku Zaenuddin dalam pengantarnya pada acara tersebut, mengatakan
Pemerintah memang giat membangun secara fisik, namun pembangunan spiritual juga jangan dilupakan. Gedung Stasiun lama Araskabu berada diantara gedung baru stasiun yang megah. Gedung tersebut merupakan warisan sejarah yang layak dijadikan cagar budaya. Pantas kita selamatkan mengingat gedung ini artefak sejarah yang hampir dilupakan. “Ini akan saya komunikasikan kepada pihak-pihak terkait apalagi didalamnya ada seniman besar Lily Suhery dan kawan-kawannya” kata Zainuddin.
Mewakili Pemkab Deliserdang, Suryadi, mengatakan pihaknya memang telah mencatat Stasiun Araskabu diteliti sebagai warisan cagar budaya. Karenanya, Pemkab Deliserdang sangat mengapresiasi acara yang diselenggarakan FOSAD ini untuk mendukung gedung Stasiun Araskabu sebagai gedung yang punya catatan sejarah. “Nilai sejarah melawan Sekutu merupakan nilai-nilai patriotisme dan dapat mengobarkan kebangkitan nasional,” ujar Suryadi.
Sementara itu Kepala Stasiun Araskabu, Ali Putra Harahap, menyatakan pihaknya mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan FOSAD. “Kita mendukung kegiatan ini dan diharapkan tidak hanya sekali,” kata Ali Harahap.
Sedangkan Kepala Polsek Beringin diwakili Wakapolsek Iptu Sulino mengakui, semangat nasionalisme masyarakat mulai luntur. “Untuk mengibarkan bendera saja warga sudah sulit. Kiranya kegiatan yang dibuat FOSAD, ke depannya terus kita dorong,” papar Iptu Sulino.
Turut hadir dalam acara itu para tokoh masyarakat dan pemuda Araskabu, para pejabat setempat dan DHD’45 serta Mutiara Coffe. Sedang dari kalangan seniman tampak hadir Jaya Arjuna, Prof Umar Zein, Jon Triono, Iwan Amri, Heru Winarto, Agus Widodo, Sukisno, Amruzal, Hidayat Banjar, Sulaiman Sambas, Mansur Nasution, Sumargi Gunarto, Bambang Triogo, Nasib Ts dan anak-anak Sanggar Rowo serta lainnya.
Acara diwarnai tabur bunga, dan dalam kesempatan itu para undangan berkesempatan menyaksikan pameran lukisan oleh anak-anak Sanggar Rowo. Dilanjutkan dengan dramatisasi “Araskabu” oleh anak MAN 1 Deliserdang dipimpin Rosid SAg, pembacaan puisi diantaranya oleh Prof Umar Zein, Sulaiman Sambas, Bung Kamal Nasution dan para mahasiswa.
Terpisah, pengurus Bidang Sosial Budaya Dewan Harian Daerah 45 (DHD 45) Sumut. Harun Al Rasyid, mengatakan sangat mendukung acara yang diprakarsai FOSAD. Apalagi peristiwa pengeboman kereta api yang ditumpangi seniman-seniman asal Sumut itu kini nyaris terlupakan. “Kita mendorong kemungkinan gedung stasiun lama Araskabu dijadikan museum dan agar peringatan semacam ini bisa membangkitkan nasionalisme generasi muda,” ujar Harun.
Pada acara ini, Harus bersama puluhan pengunjung lainnya terpaksa harus duduk di trotoar karena tak kebagian kursi.
Ketua Panitia Panggung Sejarah Araskabu, Kamal Nasution, menjelaskan peristiwa Lily Suheiry terjadi tahun 1944 ketika rangkaian gerbong kereta api yang membawa rombongan seniman dari grup sandiwara “Kinsei Gekidan” yang dipimpin Lily Suheiry berangkat dari stasiun kereta api Medan menuju Pematang Siantar. Di stasiun kereta Araskabu, kereta api yang ditumpangi Lily Suheiry beserta rombongan berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Saat itulah pesawat terbang Mustang milik sekutu tiba-tiba muncul dan langsung memberondong orang-orang yang ada di stasiun kereta itu.
Dalam peristiwa berdarah tersebut, selain warga sipil, sejumlah seniman rekan Lily Suheiry terluka bahkan tewas. Di antaranya Miss Rubiah, Ani Kinsei, Zubaidah Rahman, Hasan Ngalimun, Hasim Ngalimun, Nunung S dan lainnya. Seorang biduan wanita bernama Miss Diding tewas di tempat. Berdasarkan peristiwa tragis itulah Lily Suheiry menciptakan komposisi lagu, “Araskabu.”
“Sayang, peristiwa berdarah dalam perjalanan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, yang terjadi di stasiun Araskabu itu bukan hanya luput dari catatan sejarah, tapi bahkan nyaris dilupakan,” ujar Kamal. (Abdi)
Berita dengan Judul: Mengenang Seniman Musik Lily Suheiry, FOSAD Deliserdang Gelar Renungan *Panggung Sejarah Aras Kabu* pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com. oleh Reporter : Abdi Sumarno