Pada 12 April 1961, kosmonot Yuri Alekseyevich Gagarin menjadi manusia pertama yang melakukan perjalanan ke luar angkasa. Dia dengan penuh semangat berseru “Поехали!” (“Ayo pergi!”) ketika menunggu pesawat Vostok 1 meluncur.
Setiap tanggal 12 April, yang tahun ini jatuh pada Senin, pencinta astronomi di seluruh dunia merayakan Hari Penerbangan Luar Angkasa Manusia Internasional yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memperingati pencapaian besar ini. Di Rusia sendiri, berbagai acara bertajuk astronomi diadakan untuk mengenang jasa Gagarin, yang merupakan kebanggaan negara.
Puluhan tahun kemudian, komunitas antariksa telah menghasilkan berbagai kemajuan, seperti program kru komersial pertama, spacewalk yang seluruh anggotanya perempuan, dan Studi Kembar yang mempelajari efek genetik, fisiologis dan kognitif luar angkasa pada tubuh astronot kembar identik Scott dan Mark Kelly ketika menjalani misi terpisah. Mark tetap di Bumi, sedangkan Scott ada di luar angkasa.
“Manusia selalu mengejar ketidakterbatasan. Perjalanan luar angkasa adalah cara paling konkret mewujudkan pencarian ini untuk menemukan alam semesta fenomenal kita,” ujar Clément Fortin, Profesor Praktik di Pusat Luar Angkasa Institut Sains dan Teknologi Skolkovo (Skoltech) di Moskow, melalui email. “Prestasi Gagarin membuka jalan kepada berbagai macam kemungkinan, betapa pun sulitnya untuk dicapai secara konkret.”
Penerbangan luar angkasa berawak telah menjadi misi yang begitu sukses selama 60 tahun terakhir. Pergi ke luar angkasa kini tak lagi menjadi angan-angan semata. Siapa saja bisa melakukannya selama ada kemauan dan tekad yang kuat. Jauh sebelum tim ekspedisi pertama tiba di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada 2 November 2000, sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengirim manusia ke luar angkasa.
Stasiun luar angkasa Rusia Mir, yang mengorbit Bumi selama 1986-2001, memelopori penerbangan luar angkasa berawak durasi panjang. Kosmonot Mir masih memegang tiga rekor teratas untuk penerbangan luar angkasa berawak terlama sepanjang sejarah.
Namun, sebelum misi Gagarin 60 tahun lalu, tak ada satu pun manusia yang bisa keluar Bumi. Program Soviet mungkin telah mengirim hewan ke luar angkasa—anjing Laika adalah hewan pertama yang mengorbit Bumi—tapi Gagarin menghadapi tantangan yang sama sekali baru. Banyak yang dipertaruhkan, dan misi ini sepenuhnya mengubah jalannya sejarah penerbangan luar angkasa, tak peduli misinya berjalan lancar atau tidak.
“Teknologi roket di awal tahun 60-an belum sempurna. Meski sudah diuji coba berulang kali, roket pada saat itu [cenderung mudah] meledak,” Anton Ivanov selaku direktur Pusat Luar Angkasa Skoltech mengungkapkan. “Terhitung ada beberapa peluncuran yang gagal sebelum misi Gagarin. Dia bagaikan mengendarai bom. Berhubung kosmonot memahami statistik, dibutuhkan keberanian besar untuk menaiki Vostok 1 dan menjalankan misi.”
Keberanian tim Gagarin membuahkan hasil. Setelah menunggu beberapa jam di atas landasan, pesawat Vostok 1 mulai meninggalkan Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan pada pukul 6:07 UTC. Gagarin tetap tenang dan berpikiran positif selama 108 menit penerbangan.
Kabin Vostok 1 adalah modul bulat yang terbuat dari logam paduan aluminium yang dilapisi bahan ablatif. Tak seperti wahana modern, pesawatnya tidak dirancang untuk mendarat dengan aman. Gagarin harus mengaktifkan opsi eject hingga tubuhnya terlempar keluar, lalu melayang sampai parasut terbuka untuk turun ke permukaan. Vostok 1 mendarat secara terpisah.
Setelah satu kali mengelilingi Bumi, Vostok 1 masuk kembali ke atmosfer dan Gagarin berhasil keluar dari palka terbuka. Dia turun secara perlahan menuju daerah pedesaan Kazakhstan.
Pengalaman Gagarin mampu membuat siapa saja bergidik ngeri. Melalui email, Anastasia Ilina selaku koordinator proyek Pusat Luar Angkasa Skoltech menggambarkan misinya sebagai “penerbangan ke antah-berantah tanpa jaminan” akan selamat.
“Selama penerbangan Yuri Gagarin, sempat terjadi kesulitan menutup palka pesawat. Setelah meluncur, pesawatnya terbang ke orbit yang lebih tinggi daripada yang direncanakan,” tutur Ilina. “Saat pesawat kembali, sistem penggerak rem memberikan dorongan yang tidak lengkap sehingga menyebabkan torsi dan pesawat sulit mendarat.”
“Selalu ada kesulitan teknis dan dapat diatasi,” imbuhnya. “Penerbangan pertama ini mengajarkan seluruh tim (kosmonot, instruktur dan teknisi) untuk bekerja secara harmonis dan merawat perlengkapan di luar angkasa.”
Sepanjang hidupnya, perempuan kelahiran Star City — kota kecil dekat Moskow yang memiliki Pusat Pelatihan Kosmonot Yuri A. Gagarin — telah menenggelamkan diri dalam warisan Gagarin. Dia menantikan pencapaian besar berikutnya di luar angkasa.
Gagarin membuktikan siapa saja dapat menaiki kapsul logam kecil dan mengubah masa depan penjelajahan luar angkasa manusia. Dia membuat apa yang sebelumnya mustahil, menjadi sesuatu yang mungkin dan dapat diwujudkan. Dalam satu dekade sejak misi luar biasanya, tim astronot Apollo berhasil mendarat di Bulan — sebuah prestasi untuk Amerika Serikat selama Perang Dingin yang dipicu oleh keberhasilan Soviet dalam Perlombaan Antariksa.
Meski masih ada ketegangan geopolitik antar negara yang menjalani misi luar angkasa, penerbangan antariksa berawak telah berkembang menjadi upaya yang lebih kooperatif saat ini. ISS telah dikunjungi berbagai astronot dari 18 negara, sedangkan kolaborasi internasional macam Program Artemis yang dipimpin NASA berusaha mengirim manusia ke Bulan. Munculnya penerbangan antariksa berawak komersial juga membentuk kembali penerbangan luar angkasa manusia, menandai era baru pariwisata antariksa di cakrawala.
Penerbangan luar angkasa sangat menantang, berbahaya dan mahal bagi manusia. Akan tetapi, bagi Gagarin dan semua orang yang terinspirasi olehnya, risiko ini sepadan dengan pencapaiannya. Kemajuan misi antariksa selama 60 tahun terakhir benar-benar mencengangkan. Kita bisa membayangkan kemajuan apa saja yang akan terjadi dalam enam dekade mendatang.
Misalnya, Program Artemis NASA berambisi mendaratkan kru manusia di Bulan dalam kurun 10 tahun, serta menerbangkan astronot perempuan pertama ke satelit alami Bumi. NASA juga berencana membangun “Lunar Gateway” di sekitar Bulan sebagai pos terdepan awak pesawat. Upaya ini dimaksudkan untuk membangun jalur menuju misi manusia ke Mars, yang diharapkan dapat terwujud paling cepat pada 2030-an.
Eksplorasi manusia di Mars atau benda angkasa lain mungkin baru bisa terwujud beberapa puluh tahun kemudian, tapi banyak komunitas penerbangan luar angkasa yang berharap impian menjadi kenyataan di waktu yang tepat. Seperti prestasi Gagarin, impian perjalanan antarplanet tak hanya tentang penjelajahan alam semesta yang sangat luas di luar planet kita, melainkan juga tentang menemukan kesamaan di Bumi.
“Saya yakin penjelajahan Bulan dan Mars akan memberikan andil penting bagi peradaban manusia,” kata Ivanov. “Kita sudah punya teknologinya, dan negara-negara harus bersatu untuk mewujudkannya.”