LIPUTAN4.COM, Semarang – Malam itu didalam Gedung Olah Raga (GOR) Desa Klero, Kec.Tengaran, Kab. Semarang akan dilangsungkan acara malam puncak Hari Ulang Tahun (Harlah) Pencak Silat Nahdlatul Ulama PAGAR NUSA ke 36, Sabtu, (8/1/2022). Kegiatan diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Pagar Nusa Kabupaten Semarang. Acara itu sekaligus malam pengukuhan atau khotaman. Semacam wisuda bagi sekitar 200 an santriwan dan santriwati yang telah selesai menempuh pendidikan pencak silat.
Diluar gedung hujan deras masih berlangsung. para sahabat Banser dengan mengenakan jas hujan sambil menenteng tongkat menyala lampu berwarna merah sangat sibuk mengatur lalu lintas di pinggir jalan yang macet dan semprawut. Anggota Banser lainnya juga sibuk mengatur parkir dihalaman depan bangunan Pendopo. Bunyi peluit, bunyi klakson kendaraan dan bunyi dentang guyuran air hujan yang jatuh di genteng gedung yang terbuat galvalum saling beradu menciptakan suasana bising. Suasana terlihat sangat riuh, diantara jejeran motor dan mobil terparkir penuh sesak di area parkir yang cukup luas.
Didalam pendopo Balai Desa Klero yang luas, tampak para pendekar Pagar Nusa maupun para sahabat Ansor – Banser telah memenuhi bangunan pendopo. Aktifitas swa foto, selfie atau saling bercengkrama dengan cara bergerombol menjadikan ruang pendopo malam itu terlihat sangat sesak.
Di teras menuju pintu masuk GOR, para panitia sibuk melayalani para tamu. Para wali santri antre untuk melakukan registrasi melalui proses prosedur kesehatan (Prokes) sebelum memasuki Gedung. Didalam Gedung, kursi tamu yang di sediakan telah penuh ditempati oleh para tamu Wali Santri.
Para santriwan dan santriwati mengenakan seragam sakral pagar nusa berwarna hitam telah memenuhi tempat duduk dilantai yang beralaskan tikar. Santriwan dan santriwati duduk bersila secara terpisah yang tersusun rapi dalam formasi memanjang hingga sampai ujung tembok Gedung.
Jam dinding menunjukan pukul 20.05 WIB, acara masih belum dimulai. Diujung gedung bagian depan samping kiri panggung utama, tertata rapi beberapa kursi tamu VVIP. Di belakangnya tertata kursi plastik yang bersebelahan dengan area operator soundsystem. Salah satu kursi plastik tersebut telah duduk seorang pria berusia sekitar 55 tahun dengan mengenakan sarung, berbaju batik lengan panjang dan bersongkok hitam. Pria itu duduk sendirian tanpa ada orang lain yang menyapa. Orang orang yang berada diluar maupun didalam gedung, tidak ada yang mengenal pria tersebut.
Panitia atau petugas di pintu masuk tidak ada yang mengenal siapa pria itu. Sehingga pria itu tidak ada yang menyambut. Tidak ada yang menempatkan agar duduk di kursi yang telah disediakan. Atau dipersilahkan dahulu berada diruang transit yang sudah disediakan. Pria itu benar benar tidak ada yang mengenalinya. Hingga gedung sudah mulai penuh sesak oleh para tamu undangan dari berbagai daerah. Termasuk santriwan santriwati yang akan dikukuhkan sebagai pendekar Pagar Nusa.
Sesaat sebelum acara dimulai, ada salah seorang tamu yang mengenali pria yang duduk sendirian itu. Kemudian langsung memberitahukan via telepon kepada Gus Rofani selaku ketua PC Pagar Nusa Kab. Semarang, jika seorang tamu VVIP telah datang namun tidak dikenal oleh Panitia. Sehingga tidak dipersilahkan untuk menuju ruang transit yang telah disediakan.
Dari pintu masuk GOR, Gus Rofani lari tergopoh gopoh dengan muka yang terlihat cemas menuju sudut ruangan tempat operator Soundsystem. Gus Rofani membungkukkan badan dengan penuh takdzim mencium tangan pria yang duduk sendirian di kursi plastik tersebut. Lantas, memohon kepada pria tersebut agar mau didereake ke ruang transit yang terletak di samping pendopo balai Desa Klero. Beberapa sahabat Banser dan Pendekar Pagar Nusa, melakukan pengawalan.
Sesaat setelah itu, Gus Rofani kembali ke tempat register dan berbicara pada panitia yang bertugas dan langsung menghardik dengan rentetan pertanyaan bernada menyelidik.
“Kamu semua tahu tidak yang barusan adalah Romo Yai Muzammil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah.!
Kenapa saat beliau rawuh memasuki gedung tidak ada yang memberi tahu saya?
Apa beliau sudah lama rawuh.?
Mana petugas yang seharusnya mengawal beliau? ”
Kenapa beliau dibiarkan sendiri duduk di tempat operator soundsytem?
Demikian, beberapa pertanyaan ditujukan kepada panitia petugas registrasi.
Para panitia yang rata rata santriwati muda Pagar Nusa tidak ada satupun yang menjawab. Kecuali hanya menyampaikan “mohon maaf Gus kami semua tidak tahu”.
Malam itu, diluar event acara ada pelajaran berharga yang dapat diteguk kemanfaatanya yaitu sikap ketawadhuan dari pada Romo KH. Drs. Muzammil sebagai sikap yang harus menjadi teladan bagi kita semua.
Romo KH. Drs. Muzammil sendiri merupakan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah periode 2018-2023, mendampingi KH Ubaidullah Shodaqoh dalam Konferensi Wilayah XV NU Jawa Tengah. Beliau malam itu, menunjukan pengamalan ilmu ahlaq untuk dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Satu pelajaran tentang perilaku manusia yang memiliki watak rendah hati, tidak sombong atau merendahkan diri agar tidak terlihat sombong.
Sikap Romo Kyai Muzamil sebagai seorang pemimpin umat, telah mengajarkan sikap tawadhu. Bukan hanya sekadar tata krama belaka. Namun perilaku yang memiliki makna jauh lebih dahulu dari pada sopan santun, yaitu sikap batin yang menjelma dalam praktik lahiriyah secara wajar dan bijaksana.
Malam itu, Romo Kyai Muzammil telah mengajarkan ahlaq mulia. Meskipun sebagai pemimpin bagi jutaan umat “nahdliyin” di wilayah Jawa Tengah. Namun, beliau tetap rendah hati. Tidak jadi masalah ketika orang orang yang notabenenya merupakan jamiyah dibawah struktur kepimpinnya, sama sekali tidak mengelaninya secara langsung.
Romo Kyai Muzammil, malam itu telah mampu memberikan pelajaran kepada umat untuk berkomitmen menjaga muru’ah ulama assalafu shalih. Sikap beliau merupakan implementasi dari muru’ah yang merupakan aplikasi dari akhlak terpuji dalam segala aspek kehidupan. Mampu menjauhkan dari sikap yang tercela. Sehingga seseorang senantiasa dapat hidup sebagai orang terhormat dan penuh kewibawaan.
Sikap Romo Yai Muzammil saat itu adalah cermin dari
Salafus Shalih. Sesuatu yang dapat menjadi teladan bagi kita semua dalam kehidupan sehari-hari. Salafus Shalih tidak menyukai akhlak tercela seperti dusta dan khianat. Akan tetapi, saling berlomba-lomba untuk menegakkan kebenaran dan bersungguh-sungguh menjalankan tugas untuk kepentingan masyarakat.
Menurut kitab Risalatul Muawanah wal Mudhaharah wal Muwazarah karya Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad, menyebutkan tanda -tanda orang yang memiliki sifat tawadhu. Ialah mereka yang lebih senang tidak dikenal daripada menjadi orang terkenal. Bersedia menerima kebenaran dari siapapun, baik dari kalangan orang terpandang maupun dari kalangan orang yang rendah kedudukannya. Mencintai fakir miskin dan tidak segan-segan duduk bersama mereka. Selalu bersedia mementingkan kepentingan orang lain dan senang ketika dimintai pertolongan.
———————————————
Semoga Romo Yai Muzammil senantiasa diberi kesehatan agar istiqomah membimbing dan menjadi panutan umat untuk mewujudkan muru’ah ulama assalafu shalih.
Oleh : Sofyan Mohammad
** Penulis adalah anggota NU yang tinggal di Desa
Berita dengan Judul: Meneladani Ketawadhuan KH. Drs. Muzammil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com oleh Reporter : Jarkoni