Berita  

Meneladani Keilmuan Gus Muwafiq Sebagai Seorang Ulama Yang Mewartakan Keislaman dan Keindonesian

meneladani-keilmuan-gus-muwafiq-sebagai-seorang-ulama-yang-mewartakan-keislaman-dan-keindonesian

#Part 5

Meneladani Keilmuan Gus Muwafiq Sebagai Seorang Ulama Yang Mewartakan Keislaman dan Keindonesian


Oleh : Sofyan Mohammad**

LIPUTAN4.COM, Salatiga- Gus Muwafiq yang berpenampilan gondrong dengan rambut yang mulai memutih. Berfashion sederhana dengan mengenakan baju koko putih, bersarung dan bersongkok hitam terkadang sesekali berbalut sorban yang dilingkarkan di leher.

Itulah pakaian sehari hari Gus Muwafiq baik sedang dirumah mengaji dengan para santri, menemui tamu bahkan dengan penampilan seperti itu pula Gus Muwafiq tampil dalam tabligh akbar di hadapan ribuan Jamaah bahkan di hadapan para pejabat hingga Presiden sekalipun.

Penampilan Gus Muwafiq selain merupakan ciri khas santri dan ulama nusantara maka penampilan tersebut juga merupakan cermin sikap teladan kesederhanaan beliau sepeti ajaran Rasulullah SAW kepada umatnya yaitu agar lebih memilih kesederhanaan sebagai cassing kehidupan sehari-hari.

Ajaran ini bukan berarti suatu larangan bagi umat Islam untuk membeli dan memiliki pakaian atau barang yang berharga mahal, namun memiliki makna bahwa menampakkan kesederhanaan itu bagi seorang muslim, jauh lebih mulia daripada menampilkan kemewahan dan hedonisme.

Dibalik penampilan casing Gus Muwafiq yang sederhana ternyata didalamnya terdapat pesan pesan keteladanan terhadap umat yang menyangkut aspek kemanusiaan.

Seperti sering disampaikan oleh Gus Muwafiq dalam ceramahnya jika didalam Alquran telah menerangkan bahwa awal kehidupan manusia di dunia ini adalah satu umat dan satu aqidah, mereka taat kepada Allah SWT. Kemudian seiring bertambah banyaknya populasi manusia, mereka selanjutnya saling berselisih dengan banyak sebab hingga akhirnya di antara mereka ada yang menjadi musyrik terkait dengan hal ini dapat dilihat dalam Qs. Yunus Ayat 19.

Kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk mempelajari kisah-kisah sejarah umat terdahulu yang bertujuan agar kita bisa meneladani sesuatu hal yang baik dan menghindari sesuatu hal yang buruk dari perilaku mereka. Allah SWT mengisyaratkan pentingnya belajar sejarah tersebut dalam Firman Nya “Tunjukkanlah kami kepada jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7).

Dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan umat manusia untuk meneladani jalan lurus yang ditempuh oleh orang-orang yang mendapat nikmat dan menghindari kesesatan orang-orang yang dimurkai oleh Allah SWT.

Kajian sejarah yang sering disampaikan oleh Gus Muwafiq merupakan representasi dari perintah Allah SWT yang memerintahkan agar umat manusia mengunjungi tempat-tempat bersejarah, meneladani kisah kisah hikmah dan mengambil pelajaran betapa berat akibat yang ditimpakan kepada mereka yang tidak mematuhi ajaran Allah dan para rasul.

Ceramah Gus Muwafiq yang berkonten sejarah adalah untuk kepentingan kehidupan umat yang dapat buktikan dengan banyaknya ayat-ayat Alquran yang berisi tentang kisah-kisah kesejarahan. Dalam ayat-ayat Alquran yang membicarakan tentang sejarah atau kisah-kisah umat terdahulu itu dua kali lipat lebih banyak dari pada ayat-ayat yang membicarakan tentang hukum halal haram.

Mencermati materi ceramah Gus Muwafiq tentang sejarah, kita jadi tahu tentang sejarah bangsa ini sehingga dapat mengantarkan kita pada kesadaran diri untuk menumbuhkan motivasi dan kekuatan jiwa agar selalu patuh dan taat pada perintah Allah yang diamanatkan pada para Rasul. Sebab sejarah adalah cermin kehidupan masa lalu agar menjadi pelajaran dan teladan bagi generasi setelahnya.
Seperti dalam ceramah Gus Muwafiq yang menyampaikan Islam mengajarkan agar setiap manusia untuk menyayangi sesama seperti menyayangi dirinya sendiri. Tanpa perlu melihat latar belakang suku dan agamanya. Ajaran ini berpedoman pada Al Qur’an, seperti yang terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 256, bahwa kebebasan memilih agama Islam atau selainnya, adalah hak asasi setiap orang.
Bangsa Indonesia yang dijadikan dan ditakdirkan oleh Allah SWT sebagai sebuah Negara Merdeka “Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa” sangat mejemuk suku-bangsanya, budayanya, warna kulitnya, adat-tradisinya, agamanya dan lain sebagainya itu, adalah suatu realita yang harus diakui, dihormati keberadaan dan eksistensinya.

Dari kajian sejarah yang disampaikan oleh Gus Muwafiq maka umat dapat tersadarkan jika bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah dan berbudi pekerti luhur. Indonesia adalah bangsa yang lahir dari peradaban besar di mana jejak sejarahnya dapat dilihat dari peninggalan peradaban masa lalu, baik yang berwujud benda maupun non benda. Peninggalan benda, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Mendut dan bangunan lainnya, menggambarkan luhur dan tingginya peradaban yang telah dicapai generasi berabad abad yang lalu.

Peradaban manusia tidak hanya berbentuk fisik tetapi bisa berbentuk non fisik seperti keramahan tamahan penduduk, sifat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan gotong-royong adalah budaya yang menjadi fondasi kehidupan masyarakat yang rukun dan harmonis.

Gus Muwafiq selalu mengingatkan pada umat jika para pendiri bangsa telah berhasil menggali keluhuran Indonesia yang kemudian dituangkan dalam kristalisasi nilai berupa Pancasila. Pancasila pada hakikatnya merupakan jatidiri bangsa yang telah berlangsung mewarnai sikap, karakter dan watak bangsa.

Pancasila bukan merupakan hal baru yang sengaja dimunculkan oleh para pendiri bangsa, melainkan sesuatu yang digali langsung dan otentik dari watak dan jatidiri bangsa. Dengan penuh kecermatan dan kebijaksanaan, para pendiri memahami jati diri bangsanya untuk kemudian dirumuskan nilai-nilainya agar tetap lestari dan mudah untuk dilaksanakan.

Dari Pancasila seharusnya kita dapat memahami jika bangsa Indonesia memiliki jatidiri kehidupan luhur yang berketuhanan, menjunjung tinggi kemanusiaan, mengutamakan persatuan, suka bermusyawarah dan menjunjung tinggi nilai keadilan. Bila generasi terkini bangsa Indonesia senantiasa menjaga, merawat, dan melestarikan sifat luhur bangsanya, maka akan semakin menuntun pada kejayaan menuju peradaban agung.

Cara berdakwah Gus Muwafiq adalah mengajak umat untuk dapat merawat keluhuran bangsa sebab kesadaran ini harus tumbuh mengakar dalam setiap sanubari anak bangsa. Berbagai tantangan tentu menghadang di depan mata, sebuah perjuangan besar akan selalu menghadapi tantangan yang besar pula.

Bangsa Indonesia yang sangat majemuk, baik dari segi etnis maupun agama, memiliki dimensi perekat dan juga dari sudut pandang negatif dapat menjadi sumber pemecah belah. Bangsa Indonesia yang ditakdirkan mayoritas penduduknya beragama Islam dan pengakuan atas keberadaan eksistensi agama selain Islam, telah ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu”
Cara dakwah yang disampaikan oleh Gus Muwafiq adalah metode dakwah Keislaman dan Keindonesiaan sebab dalam konten materi ceramahnya Gus Muwafiq sering menyampaikan jika Islam dengan sistem ajarannya dimanapun wajib bagi setiap pemeluknya untuk menciptakan suasana kehidupan yang ramah, tenang, tentram, rukun, aman dan damai. Bukan saja kepada sesama umat manusia, tapi juga terhadap alam lingkungannya. Pengingkaran terhadap hal-hal tersebut, berarti pengingkaran terhadap kehendak dan ciptaan Allah.

Dengan mendengar materi ceramah Gus Muwafiq maka kita dapat menyadari jika hakikatnya setiap orang seharusnya berusaha membangun sejarah masa depan, apalagi sebagai seorang pemimpin. Berbicara sejarah, umumnya tertuju pada pembicaraan masa lalu. Pembicaraan masa lalu sebenarnya juga penting, sebagai modal untuk menghadapi masa depan yang kaya tantangan, baik jenis dan bentuknya yang beraneka ragam. Akan tetapi berbicara masa lalu tanpa dilanjutkan untuk membuat sejarah masa depan tidak terlalu banyak gunanya.

Hidup ini tidak akan kembali atau mengulang masa lalu, melainkan menatap masa depan yang penuh tantangan. Orang yang selalu melihat masa depan dan kemudian memahaminya dengan baik, akan bisa menjalani hidup dengan baik pula.

Berbagai hal yang akan terjadi, sekalipun tidak persis, sudah diketahui terlebih dahulu. Orang yang demikian itu tidak akan gelagapan menghadapi hidupnya. Segala sesuatu yang mungkin terjadi sudah diperhitungkan dan bahkan dipersiapkan. Orang terbiasa melihat masa depan, akan mampu berpikir di depan zamannya. Seseorang yang memiliki kemampuan seperti itu, tidak akan tertinggal oleh perubahan zaman, tetapi justru akan berhasil mengendalikan apa yang akan terjadi.
Di hadapan para santri santrinya Gus Muwafiq disela sela menyantap buah durian yang merupakan buah favoritnya beliau menyampaikan pesan dengan mengutip kata kata KH. Hasyim Asy’ari “Agama juga nasionalisme merupakan 2 kutub yang tidak berlawanan, karena nasionalisme merupakan bagian dari agama dan keduanya saling menguatkan.”
Semoga bermanfaat
Lahul Fatihah
Bersambung….
————————————————————————————
* Esai yang ditulis dalam paparan diksi ngaji dengan Romo Kyai Ahmad Muwafiq di Ndalem Ayem Muncar, Susukan, Kab. Semarang – Jateng
Referensi bersumber pula dari wawancara mendalam dengan para santri penderek (pengikut) Romo Kyai Ahmad Muwafiq
** Penulis adalah Alumni Pesantren Kilat sehari hari tinggal di Bantaran Kali Serang, Muncar, Susukan, Kab. Semarang.

Berita dengan Judul: Meneladani Keilmuan Gus Muwafiq Sebagai Seorang Ulama Yang Mewartakan Keislaman dan Keindonesian pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com. oleh Reporter : Jarkoni