Oleh : Sofyan Mohammad**
LIPUTAN4.COM, Salatiga- KH Ahmad Muwafiq atau yang akrab disapa Gus Muwafiq dikenal sebagai ulama muda NU, yang tersohor sebagai seorang Kyai sekaligus da’i yang berdakwah bukan hanya di belahan Indonesia, namun hingga juga sampai diluar negeri.
Ceramah Gus Muwafiq sangat bernas dan mencerahkan bagi Umat sebab beliau menggunakan diksi hikayat dan sejarah untuk mentakwilkan tanda tanda kehidupan masyarakat dalam peradaban dunia.
Gus Muwafiq terkenal sebagai Kyai yang menguasai sejarah nusantara dan peradaban dunia. Konten ceramahnya selalu dapat menggugah kesadaran umat terkait sebab mampu menafsirkan makna filosofi atas hal hal sederhana dalam kehidupan kita sehari hari.
Gus Muwafiq sangat piawai dalam berceramah sebab didasari pada kedalaman ilmu dan kesalehan diri yang sudah tidak dapat diragukan lagi. Disebutkan jika beliau adalah seorang Kyai yang sudah ditempa dengan proses keilmuan yang sangat memadai baik didalam dunia pesantren maupun jenjang pendidikan formal. Bahkan konon dikisahkan beliau juga sebagai seorang aktifis pada saat berstatus mahasiswa yang tergabung didalam organisasi Kemahasiswaan besar di Indonesia. Beliau juga tercatat sebagai salah satu tokoh pendiri Organisasi Kepemudaan (OKP) yang masih eksis hingga sekarang.
Proses keilmuan Gus Muwafiq juga diperkuat dengan referensi bacaan buku yang memadai sebab beberapa santrinya menyampaikan jika koleksi buku ilmiah Gus Muwafiq mencapai ribuan eksemplar dengan berbagai bahasa dan dari berbagai spektrum keilmuan mulai dari Sejarah, Sastra, Novel hingga jurnal Ilmiah. Selain itu juga terdapat koleksi berbagai kitab kitab klasik yang masih tertata rapi hingga kini, kata salah satu santrinya.
Kedalaman ilmu Gus Muwafiq nampaknya bukan hanya bersumber di ruang pesantren salaf atau bangku pendidikan formal saja. Namun dikisahkan beliau juga mendalami ilmu dalam lenskap ruang spiritualitas yang disiplin dan istiqomah sejak muda.
Proses riyadhoh yang beliau jalani konon berangkat dari tuntunan para Kyai Kyai Khos sebagai gurunya yang berasal dari berbagai daerah di Nusantata. Sehingga sanad mata rantai keilmuan beliau sangat jelas dan sistematis.
Gus Muwafiq adalah salah satu sosok cendikiawan, budayawan, da’i sekaligus seorang ulama muda yang mampu secara presisi dan tepat didalam mempresentasikan identitas Jamiyah Nahdlatul Ulama sebab Gus Muwafiq memiliki sudut pemikiran yang komprehensif kaitannya dengan sejarah dan peradaban dunia, yang dikorelasikan dengan pola hubungan relasi antara Agama dan Negara.
Gus Muwafiq dalam setiap ceramahnya mampu secara brilian menyajikan pintu jalan tengah antara kecenderungan aqli (rasionalis) dan naqli (skripturalis). Sehingga mampu mengidentifikasi Al-Qur’an dan Sunnah selanjutnya menganalisa dengan kemampuan rasionalitas atas realitas empiris.
Dalam setiap sudut ceramahnya nampak Gus Muwafiq senantiasa mengajak umat untuk mencapai keshalehan diri maupun kesholehan sosial. Gus Muwafiq mengajak umat untuk mencintai negara dan bangsa, agar masyarakat dapat senantiasa aktif mengambil bagian dalam pembangunan bangsa untuk menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. Umat yang notabene nya adalah warga NKRI maka harus menjadi warga negara yang senantiasa menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945
Gus Muwafiq meski masih tergolong berusia muda namun kekeramatan beliau sebagai seorang ulama sudah sering disaksikan langsung oleh beberapa santri. Kyai yang berpenampilan gondrong ini seperti banyak disampaikan oleh santri santrinya memiliki beberapa karomah diantaranya diceritakan, Gus Muwafiq saat masih muda berusia sekitar 15-16 tahun, beliau mendapatkan amanah dari gurunya untuk ziarah ke Makam Walisongo di tanah Jawa yang harus ditempuh dengan cara berjalan kaki.
Dikisahkan setelah menjalani beberapa hari saat itu Gus Muwafiq merasa kecapean hingga berniat untuk naik bus, namun ketika hendak naik bus tiba tiba Gus Muwafiq merasa ditempeleng oleh sang guru. Karena hal tersebut Gus Muwafiq lantas membatalkan niat naik bus dan akan melanjutkan perjalanan ziarah dengan cara berjalan kaki dengan waktu tempuh selama 3 bulan.
Sebelum melanjutkan perjalanannya Gus Muwafiq pulang terlebih dahulu ke Pondok Pesantren. Sebab beliau akan berangkat lagi melanjutkan ziarah dengan berjalan kaki dimulai dari Pondok. Singkat cerita setelah Gus Muwafiq balik ke pondok dan langsung start berangkat memulai rihlah berjalan kaki untuk ziaroh keliling Jawa.
Dikisahkan tiga hari terhitung sejak keberangkatanya Gus Muwafiq ternyata sudah kembali lagi ke Pondok Pesantren dan diterima secara baik oleh Sang Kyai sebab selama tiga hari tersebut Gus Muwafiq sudah benar benar menjalankan amanah Ziarah Wali Songo di Tanah Jawa.
Para santri lain benar benar merasa heran Gus Muwafiq yang mendapatkan amanah Ziarah Walisongo dengan cara berjalan kaki yang nalarnya harus berlangsung paling singkat selama 3 (tiga) bulan, ternyata Gus Muwafiq dapat menempuhnya hanya dengan waktu selama 3 (tiga) hari saja. Sama sama berjalan kaki tidak menggunakan moda kendaraan apapun.
Demikian satu diantara kekeramatan atau karomah yang dimiliki oleh Gus Muwafiq yang bisa melipat waktu tiga bulan menjadi hitungan tiga hari. Keistimewaan dimaksud sering disebut dengan ilmu melipat bumi. Karomah yang diberikan oleh Allah SWT untuk hambanya yang tidak semua orang bisa memilikinya dan hanya orang tertentu yang diberikan.
Ilmu ini sering dikisahkan dimiliki oleh Nabi Khidir AS hingga Gus Dur, bahkan sejumlah ulama terdahulu juga memiliki ilmu melipat bumi yang merupakan karomah yang diberikan oleh Allah SWT untuk hambanya. Sehingga tidak semua orang bisa memiliki ilmu melipat bumi dan hanya orang tertentu yang diberikan keistimewaan ini dan Gus Muwafiq diyakini salah satu diantaranya.
Terkait dengan karomah ilmu melipat bumi sudah lumrah diketahui oleh banyak orang seperti kisah tokoh Nabi Khidir AS hingga Gus Dur. Bahkan sejumlah ulama terdahulu juga memiliki ilmu melipat bumi seperti banyak riwayat mengisahkan seorang Kyai diketahui sedang nenunaikan sholat di Mekah namun beberapa menit kemudian ada yang menyaksikan pula jika sang Kyai tersebut sedang melakukan aktifitas dirumah yang terletak di Indonesia.
Sebenarnya para ulama tidak memamerkan keistimewaan yang mereka miliki tersebut, adapun hal itu diketahui atau disadari orang lain secara tidak sengaja ( kamangnungsan). Sebab para ulama justru sering menampilkan keteladanan akhlak seperti kedermawanan, keluasan ilmu dan lainnya, hal ini seperti telah disampaikan Gus Muwafiq pada saat berdiskusi dengan beberapa santrinya.
Seperti dawuh beliau “cukuplah ilmu menjadi sebuah keutamaan saat orang yang tak memiliki mengaku-ngaku memilikinya dan merasa senang jika dipanggil dengan gelar ilmuwan”
Semoga bermanfaat
Lahul Fatihah
————————————————————————————
* Esai yang ditulis dalam paparan diksi ngaji dengan Romo Kyai Ahmad Muwafiq di Ndalem Ayem Muncar, Susukan, Kab. Semarang.
Referensi bersumber pula dari wawancara mendalam dengan para santri penderek (pengikut) Romo Kyai Ahmad Muwafiq
** Penulis adalah Santri Kilat sehari hari tinggal di Desa.
Bersambung………..
Berita dengan Judul: Meneladani Keilmuan Gus Muwafiq pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com. oleh Reporter : Jarkoni