Filipina tidak termasuk negara penghasil wine terbaik di dunia. Alasannya tentu karena kondisi tanah di negara kepulauan ini kurang cocok untuk menanam varietas anggur yang nantinya diolah menjadi wine. Namun, fakta tersebut tak menghentikan bangsa Filipina mengolah hasil bumi negaranya menjadi minuman keras.
Ada yang berpendapat istilah “wine” khusus menggambarkan minuman keras yang terbuat dari hasil fermentasi anggur. Sementara itu, orang lain menyebut minuman keras yang terbuat dari bahan selain anggur (buah-buahan lain, sayuran, bunga dan rempah-rempah) sebagai “country wine”.
Layak tidaknya minuman non-anggur disebut wine, aku tidak peduli dengan semua itu. Aku cuma kepengin minum-minum sekarang. Mumpung aku punya tiga jenis wine non-anggur di rumah, aku berpikir tak ada salahnya mencicipi.
Aku menantang diri untuk melihat seberapa banyak gelas yang bisa kutenggak sampai mabuk. Kalau dilihat dari keterangan di botol, kebanyakan memiliki kadar alkohol 14 persen—jauh di atas rata-rata 11,6 persen (kadar alkohol dalam wine berkisar antara 5,5 hingga 15 persen). Jika benar, seharusnya aku akan cepat mabuk. Aku sudah mempersiapkan pengukur mabuk ala-ala demi artikel ini.
Sebelum kita memulai percobaan ini, perlu diingat aku bukan ahli wine. Aku hanyalah lelaki biasa yang penasaran dengan pilihan lokal, dan kayaknya aku lumayan jago membedakan wine enak dengan yang tidak enak. Aku juga yakin ada banyak merek wine non-anggur lain di luar sana. Tapi berhubung yang ada di rumah hanyalah ketiga merek ini, maka pilihanku terbatas pada tiga botol itu saja.
Wine Sirsak
Aku membeli wine berbahan sirsak ini di toko online. Alasanku memilihnya murni karena produk tersebut menduduki posisi teratas dalam pencarian. Ini juga satu-satunya wine “putih” yang aku minum, meski kalau boleh jujur, warna putihnya tidak seperti white wine pada umumnya. Warna wine ini agak kekuningan mirip bir. Aromanya juga sangat kuat.
Minuman ini memiliki konsistensi seperti jus mangga kaleng yang disiram liquor dan disajikan tanpa dikocok atau diaduk. Rasa awalnya lebih manis daripada sirsak asli, mengingatkanku akan jus buah. Tapi setelah itu, rasa fruity mendadak berubah jadi liquor. Sayangnya aku tidak bisa menentukan jenisnya.
Aku tidak perlu minum banyak karena kadar alkoholnya 14 persen. Kebetulan aku belum makan, jadi mulai merasa mabuk ketika hampir menghabiskan segelas.
Kadar mabuk: 3/10
Wine Manggis
Aku suka makan manggis, makanya aku benar-benar tidak sabar mencicipi wine satu ini. Warnanya yang gelap mirip anggur merah asli.
Aku tak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya, tapi rasanya hampir seperti wine sirsak. Sedangkan wine sirsak kayak mangga, wine ini memiliki rasa fruity cranberry.
Kadar alkoholnya juga 14 persen, dan aku mabuk setelah menenggak sedikit. Rasanya enak banget sampai-sampai aku berpikir wine manggis kayaknya cocok dijadikan sangria.
Kadar mabuk: 6/10
Wine Buni (Bignay)
Aku ingin membuat pengakuan: wine ini dikasih teman. Dia sering menasihatiku, betapa pentingnya bersikap jujur. Maka dari itu, aku takkan berbohong demi menyenangkan hatinya. Aku juga sudah lumayan mabuk, dan biasanya orang mabuk jauh lebih jujur daripada saat mereka sadar.
Buni atau bignay adalah jenis beri liar yang umumnya tumbuh di daerah pegunungan. Warna wine buni hampir tak ada bedanya dengan anggur merah. Minuman ini bahkan memiliki leg yang menetes perlahan ke bawah gelas. Aku orang awam, jadi kurang paham apa maksudnya untuk wine non-anggur.
Wine ini sangat menggoda. Tekstur mungkin agak encer dan lebih mirip air, tapi rasanya begitu lezat dan bold. Meski ada sentuhan fruity, rasanya tidak seperti jus buah. Perpaduan rasa buah dan alkoholnya pun lebih menyatu, alias tidak terpisah seperti dua jenis wine sebelumnya.
Intinya, rasa minuman ini sangat mantap. Seriusan. Aku mengatakan ini bukan karena ingin menyenangkan hati teman yang menghadiahkannya.
Entah berapa kadar alkohol dalam wine ini, tapi sekarang rasanya aku teler banget. Waktunya menuang segelas lagi!
Kadar mabuk: 8/10
Follow Romano Santos di Instagram.