Berita  

Melepas Stres Sambil Minum Kava, Miras Ajaib Kebanggaan Penduduk Negeri Pasifik

melepas-stres-sambil-minum-kava,-miras-ajaib-kebanggaan-penduduk-negeri-pasifik

Kava adalah minuman bubuk yang terbuat dari akar tanaman asal kepulauan Pasifik Selatan. Bukti menunjukkan minuman ini pertama kali diperkenalkan di Vanuatu sekitar 3.000 tahun silam. Dan kini, kava biasa disajikan secara seremonial dan kasual di seluruh Asia Pasifik.

Fotografer Amerika yang sekarang tinggal di Selandia Baru, Todd Henry, mencicipi kava pertamanya pada 2004. Dia merasa lebih rileks setelah meminumnya. Pikiran Henry pun tidak kacau sama sekali. Dia menjadi peminum kava sejak menetap di Tonga bersama istrinya, sebelum pindah ke Selandia Baru.


Henry mengabadikan tradisi minum kava di kepulauan Pasifik dalam seri foto terbarunya, Tau ‘Alu Faikava. Kami meminta sang fotografer membagikan sedikit pengalaman dan wawasannya seputar budaya minum-minum ini.

Lelaki mengangkat sekantong kava bubuk

VICE: Kapan kamu mulai minum kava?

Todd Henry: Ketika mengunjungi Selandia Baru untuk keperluan pekerjaan, saya menyempatkan diri jalan-jalan ke Fiji. Saya dengar penduduk desa akan memberikanmu minuman ini. Meskipun sempat khawatir akan mengacaukan akal sehat, saya tetap minum dua mangkuk. Saya masih ingat betapa rileksnya diriku setelah menenggak kava.

Apa yang kamu rasakan?

Kava tidak memberikan sensasi apa pun, dan membuatmu merasa lebih lepas. Kava menghilangkan stres dan rasa cemas. Berbeda dari alkohol yang menimbulkan efek mabuk, kava bikin tubuh lebih rileks. Pikiran juga lebih tenang.

Papan bertuliskan Kava Tonga $30

Apakah rasanya seperti lumpur?

Orang minum kava bukan karena rasanya. Ada lebih dari 100 kultivar kava di luar sana, dan rasanya berbeda-beda. Akan tetapi, orang lebih menikmati efek yang ditimbulkan kava. Minuman yang efeknya ringan bagus dikonsumsi sambil ngobrol, sedangkan yang lebih berat bagus untuk relaksasi dan membantu tidur.

Dalam suasana santai, apakah orang minum kava layaknya minum-minum alkohol?

Kava bisa dikonsumsi dalam acara penting seperti upacara tradisional, atau dalam suasana santai. Kebanyakan fotoku bersifat kasual. Orang-orang Tonga biasanya menikmati kava sambil lesehan di lantai.

Dua laki-laki menuang cairan ke dalam baskom

Bagaimana dalam acara resmi?

Kita ambil contoh kegiatan seremonial di Samoa. Kava sangat penting bagi penduduk di sana, tapi jarang dikonsumsi dalam konteks kasual. Misalnya seperti saat kepala desa [disebut Matai] tiba bandara Auckland. Dia disambut dengan upacara minum kava pada saat itu juga. Semua orang yang menyambut kedatangannya mengenakan pakaian untuk kegiatan seremonial. Mereka berbicara dalam bahasa Samoa. Dia dan beberapa pejabat minum semangkuk kava. Dalam konteks ini, mereka tidak merasakan efek apa-apa karena cuma untuk upacara penyambutan.

Lelaki berpose di atas baskom

Dalam konteks kasual, apakah tujuannya untuk mabuk?

Tidak. Menurut peminum lama, kalian menikmati kava dengan cara yang salah jika tujuannya untuk lupa diri. Kava sering dikelirukan sebagai depresan seperti alkohol. Minuman ini kurang lebih mirip obat tidur ringan.

Kalian takkan langsung tertidur, tapi riset menunjukkan otak lebih cepat memasuki kondisi tidur REM setelah minum. Kava bukan obat depresi. Perasaan cemasku memang berkurang, tapi saya tidak menyebutnya obat mujarab.

Adakah stigma mengenai tradisi minum kava? Atau sudah diakui sebagai bagian dari budaya?

Masih ada stigma, khususnya di Selandia Baru. Sebagian besar Kiwi [sebutan orang Selandia Baru] pasti pernah minum kava, terutama jika mereka pernah mengunjungi Fiji. Tapi mereka seperti, “oh, itu mah minumannya orang pulau”.

Seorang lelaki di hadapan wadah penuh kava

Maksudnya stereotipe?

Ya, maksudnya stereotipe. Pernah ada perempuan Pakeha [orang Selandia Baru berdarah Eropa] yang ngomong, “kava itu alkohol yang biasa diminum orang Pulau sebelum memukuli orang”. Ucapan semacam itu sering dilontarkan kepadaku, tanpa mengetahui hubungan saya dengan komunitas Tonga. Mereka kaget setelah mendengar penjelasan sebenarnya.

Seseorang menuang kava ke dalam mangkuk

Tau ‘Alu Faikava masih akan terus berlanjut. Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?

Saya akan terus mendokumentasikan budaya kava ke manapun saya pergi. Saya dan istri membuka bar kava di Auckland. Saya akan mengabadikan perkembangannya dari apa yang telah kami ciptakan. Tempat itu akan menarik banyak peminum kava baru.

Follow Gabriela Caeli Sumampow dan Todd Henry di Instagram.

Lelaki berkumpul dalam sebuah ruangan untuk menikmati kava

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia