Siapa yang tidak kenal Lionel Messi? Atlet 34 tahun kelahiran Argentina diagung-agungkan sebagai salah satu pesepakbola terbaik di dunia. Dia sudah tujuh kali memenangkan penghargaan bergengsi Ballon d’or atas kehebatannya di lapangan hijau, sehingga bukan hal yang aneh apabila dia kerap mendapat julukan “Dewa Sepakbola” setelah Maradona. Messi juga terkenal dermawan lewat yayasannya yang fokus meningkatkan kesejahteraan anak-anak.
Baru-baru ini, Messi ditunjuk menjadi duta pariwisata Arab Saudi, salah satu rezim paling opresif di dunia.
Menteri Pariwisata Arab Saudi Ahmed Al-Khateeb mengumumkan di Twitter pada Mei 2022, pihaknya telah memilih sang atlet mempromosikan sektor pariwisata negaranya. Dalam twit itu, rombongan dari Arab Saudi tampak menyambut kedatangan Messi di kota pelabuhan Jeddah.
Messi kemudian mengunggah foto dirinya menikmati pemandangan matahari terbenam dari atas kapal. Postingan Instagram yang disponsori Visit Saudi itu disertai caption “Discovering the Red Sea #VisitSaudi”. Dia membuat postingan baru dengan tagar yang sama beberapa hari setelahnya. Kali ini, dia mengunjungi Al-Balad, yang merupakan situs warisan UNESCO di Jeddah.
Namun, keterlibatan Messi dalam pariwisata Arab Saudi mendapat banyak penolakan di dalam negeri, khususnya dari kalangan aktivis hak asasi.
Jurnalis hingga pegiat HAM menilai kerja sama ini sebagai contoh nyata “sportswashing”. Dipopulerkan oleh Amnesty International, istilah tersebut biasanya menggambarkan upaya memanfaatkan olahraga untuk mendongkrak reputasi yang telah ternodai.
Lina Al-hathloul mengecam lawatan Messi yang menurutnya akan membantu meningkatkan citra rezim Putra Mahkota Mohammed Bin Salman (MBS) yang tangannya berlumuran darah orang Arab. Lina lantang menyuarakan pembebasan saudaranya Loujain Al-hathloul, aktivis yang dipenjara pada 2018 akibat mengampanyekan pencabutan larangan mengemudi bagi perempuan.
“Dia bertindak seperti tirai yang menyembunyikan represi rakyat, penyiksaan, pembantaian dan pembunuhan yang dilakukan negara,” tandas Lina saat dihubungi VICE World News.
Jurnalis investigasi Karim Zidan menyebut keputusan Arab Saudi memilih Messi menggarisbawahi evolusi lanjutan dari strategi sportswashing kerajaan.
“Saudi sekarang tak sebatas membeli tim sepakbola dan menjadi tuan rumah acara olahraga bergengsi, tetapi juga menggaet atlet dan para penggemarnya,” Zidan memberi tahu VICE World News. “Messi punya ratusan juta pengikut di Instagram, yang berarti satu postingannya di media sosial jauh lebih berharga daripada menggunakan jasa biro iklan terbaik di sektor bisnis ini.”
VICE World News berulang kali menghubungi pihak Messi melalui Fundación Leo Messi, klub sepakbolanya Paris-Saint Germain (PSG) dan UNICEF – Messi menjadi duta UNICEF di Argentina – untuk mendengar komentarnya, tapi kami tak kunjung menerima tanggapan darinya.
Menjadikan pemain PSG ini sebagai duta pariwisata berpotensi membantu Arab Saudi meningkatkan hubungan diplomatiknya dengan Qatar. Kedua negara kembali membuka hubungan pada 2021, empat tahun setelah Arab Saudi memotori negara-negara lain, seperti Mesir, Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA), untuk memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar, yang dituding mendanai aksi terorisme.
Organisasi HAM yakin gelaran olahraga ini dimaksudkan untuk menampilkan wajah baru Arab Saudi yang lebih progresif dan berorientasi bisnis.
Setelah mengambil alih kerajaan, MBS merilis “Visi 2030” yang ambisius pada 2016. Dia menargetkan diversifikasi ekonomi agar negaranya tidak terlalu bergantung pada sektor minyak, dan mulai meningkatkan investasi ke sektor swasta. Penciptaan industri olahraga profesional termasuk dalam tujuan yang ingin dicapai negara.
Akan tetapi, visi yang diproyeksikan sebagai cara Arab Saudi membuka diri kepada dunia tak dapat mengesampingkan fakta negara itu telah melakukan berbagai pelanggaran HAM.
Laporan intelijen Amerika Serikat mengungkap keterlibatan MBS dalam pembunuhan jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi pada 2018.
Perang Arab Saudi di Yaman telah menewaskan lebih dari 100.000 jiwa, yang 12.000 di antaranya warga sipil. Para pengamat memperkirakan setidaknya dua pertiga dari kematian ini dikaitkan dengan serangan udara yang dipimpin Arab Saudi.
Sejak MBS berkuasa, ada lebih dari 300 orang yang ditahan karena mengkritik pemerintahannya. Beberapa telah dieksekusi atau dibunuh ‘secara misterius’ dalam tahanan, sedangkan yang lain tak jelas bagaimana kabarnya. Para tahanan dilaporkan mengalami penganiayaan secara fisik maupun psikologis, serta penangkapan sewenang-wenang.
Loujain mengaku telah disiksa secara brutal dan menerima ancaman pelecehan seksual selama mendekam di penjara. Menurutnya, dia disetrum, diintimidasi dengan cara waterboarding (tangan dan kaki diikat, lalu kepalanya disiram air), diisolasi berkepanjangan dan dihilangkan secara paksa. Loujain akhirnya dibebaskan tahun lalu, tapi setiap tindakannya diawasi oleh otoritas. Dia juga dilarang bepergian dan mengekspresikan dirinya secara bebas.
Pada Februari 2021, Lina bersama anggota keluarga tahanan lainnya menandatangani surat yang mendesak agar Messi dan Cristiano Ronaldo menolak tawaran bernilai €6 (Rp94 juta) dari Visit Saudi. Hanya CR yang mundur dari kesepakatan tersebut.
Selain Lina, ada Areej al-Sadhan yang menandatangani surat tersebut. Saudara laki-lakinya, Abdulrahman al-Sadhan, menjadi korban penghilangan paksa pada 2018 gara-gara twitnya yang mengkritik ekonomi negara. Padahal, dia menyampaikan opininya pakai akun anonim.
“Dia disiksa dengan sengatan listrik, pemukulan, larangan tidur, dan digantung dengan posisi terbalik. Dia juga mengalami pelecehan verbal, fisik dan seksual,” ungkap Areej.
“Parahnya lagi, mereka sengaja mematahkan tangan dan kukunya sambil mengatakan ‘Ini tangan yang kamu gunakan untuk ngetwit’. Mereka nyaris membunuhnya.”
Abdulrahman divonis hukuman 20 tahun penjara dan larangan bepergian selama 20 tahun pada April tahun lalu.
Bagi Areej dan Lina, yang keluarganya dipersekusi karena mengkritik pemerintah, keputusan Messi menerima tawaran Visit Saudi sama saja artinya dengan mewakili rezim MBS yang kejam.
“Sekarang orang akan teringat Messi saat memikirkan Saudi. Mereka akan mengingat olahraga dan hal-hal menyenangkan dari negara ini, sedangkan siksaan yang dihadapi kakakku akan terlupakan,” tandasnya.
Follow Rimal Farrukh di Twitter.