Mari berkenalan dengan “cacing darah”, hewan melata sepanjang 38 centimeter yang memiliki tubuh transparan dan rahang logam. Kami jamin kalian semua akan bermimpi buruk setelah melihat penampakan cacing satu ini.
Karakteristik taringnya yang unik telah menjadi misteri bagi para ilmuwan. Entah dari mana cacing yang bernama ilmiah Glycera dibranchiata memperoleh tembaga berbisa untuk menyerang mangsa.
Setelah sekian lama diselidiki, teka-teki itu akhirnya terjawab dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Matter pada Senin (25/4). Dipimpin oleh William Wonderly, mahasiswa pascasarjana University of California Santa Barbara (UCSB), ilmuwan menemukan “ketahanan aus” rahang cacing yang luar biasa berasal dari tembaga yang dipanen dari lingkungan sekitar.
Setiap makhluk hidup membutuhkan unsur logam dalam tubuhnya, namun jumlah tembaga yang membentuk rahang cacing darah “sangat signifikan (hingga 10 persen menurut beratnya)”. Menariknya lagi, meski bentuknya sekilas mirip cacing biasa pada umumnya, hewan melata ini tergolong ganas. Keluar dengan cara membalikkan sistem pencernaan, keempat taring cacing darah yang berbisa mampu menembus moluska dan krustasea bercangkang keras. Gigitannya bahkan dapat menimbulkan reaksi alergi parah pada tubuh manusia.
Tak hanya itu saja, cacing darah disebut-sebut sangat temperamental. “Cacing ini mudah terprovokasi,” ungkap Herbert Waite, penulis senior dan ahli biokimia UCSB, dalam keterangan pers. “Cacing darah menjadikan taringnya sebagai senjata ketika bertemu cacing lain.”
Tim peneliti Wonderly menggunakan metode transkriptomik, yang menganalisis serangkaian sampel spesimen Glycera dibranchiata yang diperoleh dari toko umpan Bloodworm Depot di AS, untuk mempelajari proses pembuatan rahang tembaga.
Para peneliti berhasil menemukan protein yang berperan penting dalam menarik dan mengolah tembaga dari lingkungan sekitar. Sebagaimana dijelaskan dalam studi, protein yang dikenal sebagai multi-tasking protein (MTP) “menjalani peran pembentuk, pengatur dan pembuat—suatu prestasi pemrosesan yang sangat relevan dengan produksi otonom dari komposit, campuran dan/atau jaringan polimer lain.”
Temuan terbaru memang meningkatkan pemahaman kita mengenai proses terciptanya rahang tembaga cacing darah, tapi sayangnya, masih banyak rahasia yang belum terungkap tentang predator ini — termasuk peran tembaga dalam mengatalisasi bisa cacing.