Drama di luar lintasan Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat, kembali mencuat. Kali ini dipicu olok-olok pengguna medsos ke seorang pawang hujan lokal bernama Damai Santoso, alias Amaq Daud. Sang pawang menjadi sasaran ejeken netizen, ketika gelaran balap motor World Superbike (WSBK) pada 19-21 November 2021 rutin diguyur hujan.
Sesi satu balapan untuk hari Sabtu pekan lalu terpaksa ditunda, akibat hujan yang teramat deras, dikhawatirkan mengganggu keselamatan para pebalap.
Damai ternyata tidak terima menyaksikan berbagai olok-olok tersebut, karena mengaku bukan yang bertugas menghalau hujan saat WSBK berlangsung. Dia melaporkan beberapa akun media dan perorangan di Twitter, terutama yang melampirkan fotonya bersama Presiden Jokowi di Sirkuit Mandalika. Warga Dusun Sangkung itu lantas melapor ke Polsek Lombok Tengah pada Senin (22/11) lalu, seperti dilaporkan viva.co.id.
“Saat balapan IATC dan WSBK di Sirkuit Mandalika bukan saya pawangnya. Kenapa foto saya yang dipajang dalam berita?” ujarnya saat dikonfirmasi media.
Dia pun menambahkan hanya disewa jasanya oleh panitia Sirkuit Mandalika saat Presiden Joko Widodo berkunjung pada 12 November 2021 untuk peresmian. Dia mengklaim pekerjaannya sebagai pawang saat RI-1 hadir meninjau kesiapan sirkuit itu terlaksana dengan baik. “Saat itu tidak hujan. Malah terik matahari sangat panas,” tandas Damai.
Untuk negera tropis yang cuacanya kadang tak menentu seperti Indonesia, sosok pawang hujan seperti Damai banyak dicari. Para pawang biasanya banjir order menjelang akhir dan awal tahun. Sudah jadi rahasia umum bahwa panitia acara luar ruangan, mulai dari konser, balapan, hingga outbond perusahaan lazima menganggarkan biaya menyewa pawang hujan.
Kumparan melaporkan jika keberatan Damai terhadap beberapa netizen dan akun media tersebut menggunakan delik pencemaran nama baik. Kanit 1 SPKT Polres Lombok Tengah, Inspektur Polisi Dua (Ipda) Supardi mengaku laporan sang pawang telah diterima oleh pihaknya. “Tinggal kita tindak lanjuti untuk kita sampaikan ke pimpinan,” ujar Supardi.
Sepanjang dua hari gelaran WSBK akhir pekan lalu, panitia balapan merujuk laporan Tirto.id, mengandalkan rekayasa cuaca alih-alih pawang. Melalui pesawat Casa N212 milik TNI Angkatan Udara, garam natrium klorida (NaCl) sebanyak tiga ton sebetulnya telah disebar di awan sekitaran Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Harapannya, kemungkinan muncul gugusan awan bermuatan hujan bisa dicegah. Apa daya, hujan ternyata tetap mengguyur deras sirkuit anyar kebanggaan Indonesia itu, 12 menit menjelang sesi balapan perdana.
Dikonfirmasi terpisah, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ternyata juga dimintai bantuan panitia WSBK untuk merekayasa cuaca di sekitar Pulau Lombok sebelum sesi balapan resmi. Namun, waktu untuk mencegah pembentukan awan hujan terlalu mepet dengan jadwal balapan. Sepekan terakhir, Lombok memang sudah diramal akan mengalami hujan rutin.
“Kami sudah berupaya seoptimal mungkin dengan waktu persiapan yang terlalu sempit dan dukungan yang ada. Mohon maaf jika belum bisa memberikan hasil yang diharapkan,” kata Budi Harsoyo, selaku Peneliti Madya Kelompok Pelaksana Fungsi Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN saat dikonfirmasi CNN Indonesia.
Hujan deras itu bukan cuma mengganggu jalannya balapan, namun juga menimbulkan kubangan di beberapa lokasi sirkuit. Foto-foto banjir selama gelaran WSBK dibagikan netizen ke medsos, serta memicu perdebatan mengenai kesiapan sirkuit tersebut menjadi tuan rumah ajang balap skala internasional. Mandalika dijadwalkan menjadi lokasi seri MotoGP pada 20 Maret 2022.
Sebelum kasus pawang hujan lokal tak terima diejek dan foto-foto, Sirkuit Mandalika sudah tertimpa beberapa “drama”. Contohnya, seri balap motor Idemitsu Asia Talent Cup (ATC) 2021 yang seharusnya digelar pada 14 November terpaksa digeser sepekan. Pasalnya, petugas marshall yang memenuhi kualifikasi untuk mengamankan balapan disinyalir belum sesuai jumlah ideal.
Sehari sebelumnya, Kepala Divisi Operasional Mandalika Grand Prix Association (MGPA) Dyan Dilato dipecat oleh manajemen karena berkata kasar tentang pegawai lokal sirkuit, yang dia anggap etos kerjanya minim.