Pada Selasa, 20 Juli 2021, salah satu kota paling padat penduduk di Tiongkok mengalami hujan deras sejak pagi hingga malam. Akibatnya, banjir pun melanda Kota Zhengzhou, yang turut berdampak pada jaringan subway (kereta bawah tanah) rute 5. Dalam insiden tersebut, ratusan penumpang terjebak banjir yang masuk hingga gerbong, karena terowongan MRT sudah terlanjur penuh air.
Penumpang yang selamat mengaku terjebak di dalam kereta selama lebih dari dua jam. Ketika air keruh itu mulai naik hingga lutut, sebagian penumpang menangis. Situasi hiruk pikuk, dengan beberapa orang berebut mencari oksigen darurat yang tersedia di atap gerbong.
“Aku langsung mengirim pesan ke ibu, “mama, aku sepertinya tidak akan selamat. Aku takut sekali,” ujar salah satu penumpang yang membagikan pengalaman horor itu di Weibo, platform serupa Twitter di Tiongkok. “Aku sudah sepenuhnya pasrah jika harus mati.”
Mayoritas kereta di sistem MRT itu berhenti mendadak pukul 18.00 waktu setempat. Menurut salah satu satpam yang bertugas di stasiun, saat diwawancarai Southern Weekly, sebetulnya sudah ada upaya memompa air dari rel. Namun, karena listrik padam akhirnya upaya evakuasi dan pemompaan terkendala.
Sementara merujuk laporan China Youth Daily mayoritas penumpang masih terjebak dalam gerbong hingga pukul 21.00 waktus setempat. Di momen itu, gerbong sudah nyaris terendam air ukuran perut orang dewasa.
Beberapa penumpang ada yang berhasil memecahkan kaca dengan tabung pemadam api dan kabur lebih dulu. Baru sejam kemudian tim evakuasi berhasil membuka pintu bagian depan untuk menyelamatkan sisa penumpang, termasuk ibu-ibu hamil dan lansia yang sudah nyaris kehabisan napas. Total, diperkirakan 500 orang terjebak dalam jaringan MRT yang kebanjiran.
Menurut laporan pemkot Zhengzhou, sebanyak 25 orang tewas akibat insiden banjir tempo hari, dengan 12 di antaranya meninggal terjebak di jaringan kereta bawah tanah. Berbagai pengakuan korban selamat, serta foto dan video yang beredar di medsos, membuat masyarakat setempat mengkritik kesiapan pemkot menghadapi bencana di fasilitas transportasi umum.
Zhengzhou adalah ibu kota Provinsi Henan. Kawasan itu mengalami curah hujan amat tinggi sejak akhir pekan sebelumnya. Intensitas hujan yang tidak normal ini menurut badan metereologi setempat, “hanya terjadi seribu tahun sekali.”
Selain MRT, berbagai fasilitas umum lainnya di Zhengzhou lumpuh. Termasuk rumah sakit pusat yang sedang menangani 10 ribu pasien, yang mengalami pemadaman listrik akibat air bah masuk ke kawasan RS. Karena proses evakuasi masih terus berjalan hingga artikel ini dilansir, jumlah korban tewas akibat banjir tersebut masih bisa bertambah.
Pakar dan warga tidak sekadar menyalahkan hujan deras. Kebijakan pemkot mengizinkan pembangunan di kawasan perbukitkan diduga memperparah efek hujan deras tempo hari. Selain itu, sistem drainase di provinsi kawasan tengah Tiongkok tersebut turut dikritik, karena justru membuat kawasan permukiman dan niaga jadi laut dadakan di tengah cuaca buruk.
Peneliti menilai insiden serupa bisa terulang di masa mendatang, mengingat efek Perubahan Iklim berdampak pada anomali cuaca di Tiongkok. Banjir tersebut makin ironis, karena Zhengzhou sebetulnya kota percontohan yang ramah lingkungan, mendapat kucuran dana hingga 53 miliar Yuan untuk mengembangkan infrastruktur yang diklaim bisa tahan menghadapi badai sepanjang 50 tahun sekalipun.
Follow Viola Zhou di Twitter.