Para ilmuwan akan mengirim jamur lendir yang disebut Blob ke Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk mempelajari bagaimana organisme bersel satu bertahan hidup pada kondisi minim gaya gravitasi.
Bernama ilmiah Physarum polycephalum, makhluk yang menyerupai jamur berwarna kuning ini merupakan topik penelitian yang sangat menarik karena bisa membuat keputusan, tidur, belajar dan melewati labirin meski tidak punya otak. Blob bahkan mampu beradaptasi dan menyalurkan pengetahuannya ke jamur lendir lain.
Blob akan diberangkatkan dalam misi layanan pasokan komersial ke-16 Northrop Grumman pada 10 Agustus 2021. Eksperimen lainnya juga akan berlangsung di ISS.
Eksperimen ini merupakan hasil kerja sama Pusat Studi Luar Angkasa Nasional Prancis dengan Pusat Penelitian Ilmiah Prancis dan Badan Antariksa Eropa.
Setibanya di ISS, astronot Badan Antariksa Eropa Thomas Pesquet bertanggung jawab membangunkan Blob dengan beberapa tetes air. Tujuan eksperimennya yaitu untuk mengamati bagaimana gaya gravitasi rendah memengaruhi perilaku Blob terhadap makanan berupa gandum dan lingkungannya. Keseharian makhluk di luar angkasa akan direkam secara otomatis, lalu pelajar berusia 10-18 dari 5.000 sekolah akan membandingkannya dengan sampel Bumi.
Dr. Audrey Dussutour selaku direktur riset di Pusat Penelitian Ilmiah Prancis berujar, pertumbuhan dan perilaku Blob akan diamati selama tujuh hari dan setelahnya akan memasuki keadaan tidak aktif dan tetap berada di ISS.
Selain mempelajari apa yang akan terjadi pada gumpalan tanpa otak itu, eksperimennya juga bertujuan meningkatkan minat pelajar terhadap sains dan memperagakan cara ilmuwan melakukan penelitian di luar angkasa.
“Tujuan kami yaitu menyelidiki efek microgravity pada perilaku jamur lendir, terutama perilaku suka bereksplorasi dan juga pertumbuhannya,” kata Dr. Dussutour dalam koneferensi pers pada Senin. “Tapi tujuan utama dari proyek ini adalah melibatkan anak-anak dalam eksperimen ilmiah yang menarik dan seru.”
“Blob adalah pengalaman unik yang merangsang rasa ingin tahu pelajar tentang tema-tema seperti dampak lingkungan pada organisme dan pertumbuhan organisme hidup,” kata Evelyne Cortiade-Marché, kepala divisi edukasi CNES, melalui siaran pers.
Misi Redwire Regolith Print juga akan dilaksanakan di sana. Penelitian itu bertujuan mendemonstrasikan pencetakan 3D di stasiun luar angkasa menggunakan bahan-bahan yang menyerupai regolith, atau tanah gembur yang ditemukan di planet-planet seperti Bulan.
Eksperimen lain di atas misi Northrup akan melihat bisa tidaknya microgravity digunakan untuk meneliti sarkopenia, atau hilangnya massa otot secara bertahap yang telah puluhan tahun terjadi di Bumi, sejak microgravity mempercepat prosesnya.
Ini adalah eksperimen terbaru yang dilakukan di laboratorium luar angkasa.