Orang telah bermimpi dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam sekejap sejak ratusan tahun lalu. Lebih dikenal sebagai tabung pneumatik, sistem ini dapat mendorong wadah silinder melalui jaringan tabung dengan kompresor atau vakum parsial. Sudah berulang kali orang berusaha mewujudkan konsep sistem transportasi berkecepatan tinggi, tapi tak ada satu pun dari upaya tersebut yang membuahkan hasil.
Sekarang kita berada di era kelima, di mana para pengusaha teknologi mengusulkan sesuatu yang jauh lebih canggih. Ide Hyperloop pertama kali digagas pada 2013, ketika Elon Musk menerbitkan Hyperloop Alpha. Menariknya, Elon tak sekali pun menyinggung soal konsep-konsep yang telah dikemukakan sebelumnya. Namun, Hyperloop Alpha mendorong para pengusaha lain untuk menciptakan versi kendaraan cepat mereka sendiri.
Hyperloop One hanyalah satu dari berbagai startup yang menyanggupi tantangan ini. Didirikan oleh mantan engineer SpaceX Brogan BamBrogan, perusahaan tersebut sempat mandek ketika pendirinya hengkang pada 2016. (BamBrogan lalu mendirikan perusahaan lain bernama Arrivo, yang menjanjikan sistem kereta luncur anti-macet yang dapat memindahkan mobil di atas rel. Sayangnya, perusahaan ini gulung tikar pada 2018.) Tahun berikutnya, pengusaha Richard Branson berinvestasi untuk Hyperloop One, yang kemudian diganti namanya menjadi Virgin Hyperloop One.
Namun, setelah lima tahun bekerja keras mewujudkan mimpi besar tersebut, Virgin Hyperloop One memecat setengah stafnya dan mengumumkan akan fokus mengembangkan alat angkut khusus kargo. Perubahan haluan ini sudah bisa ditebak dan tidak mengejutkan sama sekali. Jika ada yang bisa kita ambil dari sejarah panjang transportasi tabung pneumatik, konsep semacam ini ujung-ujungnya akan gagal juga.
Gagasan meningkatkan kecepatan perjalanan dengan mengurangi hambatan udara dalam pengaturan tabung terkontrol beberapa kali diusulkan di awal abad ke-19. Contoh yang paling menonjol adalah karya ilmiah berjudul “Calculations and Remarks, Tending to Prove the Practicability, Effects and Advantages of A Plan for the Rapid Conveyance of Goods and Passengers Upon An Iron Road Through a Tube of 30 Feet in Area, By the Power and Velocity of Air” yang diterbitkan pada 1812 oleh George Medhurst.
Ledakan ide transit tabung pneumatik terjadi sekitar 30 tahun kemudian. Kali ini, konsepnya lebih sering disebut “atmospheric railway” atau “transportasi rel atmosfer”. Dublin mengoperasikan Dalkey Atmospheric Railway yang memiliki kecepatan maksimal 64 kmh—tak lebih cepat dari kereta biasa pada masa itu—sepanjang 1844-1854. Gerbong kecil datang setiap setengah jam sekali dan melewati rel yang panjangnya tak sampai 3,2 kilometer. Dua proyek ambisius lainnya ditemukan di London dan Devon, Inggris, tapi kemudian menjadi terbengkalai karena masalah teknis yang sulit diatasi dan pembengkakan biaya. Ada banyak eksperimen dan uji coba lain di sekitar waktu ini, tapi yang paling terkenal adalah jalur Beach Pneumatic Transit, tabung 91 meter yang dibangun secara diam-diam di bawah tanah Broadway, Manhattan. Namun, eksperimen itu dihentikan lantaran investor skeptis dengan proyeknya dan krisis keuangan yang terjadi di akhir abad ke-19 membuat pendanaan ekspansi mustahil dilakukan.
Tapi tetap saja, tidak ada kata menyerah untuk mewujudkan ide memindahkan manusia dengan kecepatan supersonik melalui tabung bertekanan rendah. Pada awal abad ke-20, mahasiswa Robert Goddard menerbitkan cerita pendek yang membayangkan kereta bergerak melalui tabung vakum VacTrains. Ilmuwan Emile Batchelet mengusulkan hal serupa, begitu juga dengan profesor Rusia Boris Weinberg. Sayang sekali, itu hanya menjadi mimpi. Tidak ada yang bereksperimen langsung.
Era keempat dimulai pada periode pascaperang, di kala orang siap bermimpi tinggi lagi. Pada 1969, kontraktor bernama Lawrence Edwards, yang mengerjakan studi kelayakan Vactrain bersama Lockheed dan Kementerian Pertahanan AS, mendirikan Transit Tube Corporation. Dia mengusulkan rencana “sistem transit hampa gravitasi” di daerah perkotaan Bay Area, California. Robert Salter dari RAND Corporation mempromosikan konsep serupa dalam serangkaian artikel. Sekitar waktu yang sama, sekelompok penemu Eropa mendirikan Swissmetro yang kurang lebih mirip Transit Tube Corporation. Proyek-proyek ini jalan di tempat.
Di era kelima seperti sekarang, pengusaha teknologi setidaknya lebih berani menggelontorkan dana untuk bereksperimen dengan ide mereka. (DP World merupakan investor terbesar Virgin Hyperloop One. Perusahaan logistik pelabuhan di Dubai itu bernilai puluhan miliar Dolar.)
Saya tidak bermaksud mengatakan era kelima sudah gagal, tapi iming-iming yang diberikan pengusaha terlalu fantastis untuk bisa sukses. Bayangkan saja, mereka ingin mengembangkan jaringan tabung yang memungkinkan perjalanan antarkota dalam hitungan menit, pod yang terjalin mulus bergabung dan bersimpangan dengan kecepatan yang melebihi pesawat dalam keamanan yang sempurna dan bebas karbon.
Namun, studi kelayakan HyperloopTT, organisasi Hyperloop besar yang berupaya mewujudkan perjalanan super cepat menjadi kenyataan, mengekspos fakta yang lebih nyata. Butuh waktu empat hingga lima mil untuk mengaktifkan rem darurat. Waktu kedatangan kereta bukan dalam hitungan detik seperti yang diiklankan, melainkan setiap 6-10 menit sekali selama jam sibuk, atau setiap setengah jam sekali untuk pod yang masing-masing mengangkut selusin atau dua penumpang. Itu berarti janji mengangkut ribuan penumpang per jam akan terbukti mustahil dicapai. Pod juga akan berhenti untuk transit, tidak sesuai dengan janji perjalanan langsung.
Ini bukan batasan teknologi. Batasan tersebut berasal dari prinsip hukum fisika terkait ruang dan waktu, yang tak pernah berubah selama berabad-abad. Namun, HyperloopTT tetap optimis. “Kami berkomitmen membangun sistem adaptif berkelanjutan yang dapat mengangkut penumpang dan kargo,” tegas Andres De Leon selaku CEO HyperloopTT saat dihubungi Motherboard. “Minat dunia terhadap hyperloop semakin kuat. Kami optimis akan ada kemajuan dan pertumbuhan berkelanjutan bagi HyperloopTT di tahun 2022 ini.”
Tentu saja minat terhadap hyperloop tetap tinggi. Ini tidak ada bedanya seperti yang sudah-sudah dengan sistem tabung pneumatik. Menariknya, era tabung pneumatik semacam ini selalu bertepatan dengan ketegangan sosial global, dari ledakan kapitalisme industri pada abad ke-19, masa-masa robber baron (pengusaha terlibat dalam praktik tidak etis), kekacauan AS selama 1960-1970an hingga segala permasalahan yang terjadi dewasa ini. Tapi yah… harus diakui, perjalanan jauh yang memakan waktu relatif singkat kedengarannya memang sangat menarik, sekalipun mustahil diwujudkan.