Berita  

Lelaki yang Menampar Presiden Emmanuel Macron Dijatuhi Vonis Penjara 4 Bulan

lelaki-yang-menampar-presiden-emmanuel-macron-dijatuhi-vonis-penjara-4-bulan

Lelaki yang menampar Presiden Prancis Emmanuel Macron saat menyambangi warga di tengah kunjungan kerja sudah langsung dijatuhi hukuman. Dalam sidang yang berlangsung amat cepat pada Kamis (10/6), majelis hakim memberinya hukuman empat bulan penjara.

Pelaku, bernama Damien Tarel, berusia 28 tahun. Dia mengaku tidak merencanakan bakal menampar Macron, dan tidak merasa menyesal sudah melakukannya. Saat diinterogasi polisi, Tarel mengklaim dirinya adalah patriot Prancis dan meyakini ideologi sayap kanan. Hakim sekaligus menjatuhkan vonis lain, yakni mencabut hak politik Tarel serta melarangnya memiliki atau membeli senjata hingga 5 tahun ke depan.


Dalam persidangan, Tarel menjelaskan alasannya secara spontan menampar sang presiden. “Macron mewakili semua alasan kenapa Prancis sekarang semakin mundur sebagai sebuah negara,” kata Tarel, seperti dikutip kantor berita Associated Press. “Saya ingin menantang dia duel satu lawan satu, tapi saya tidak yakin dia berani meladeninya.”

Insiden penamparan ini terjadi di tengah kunjungan kerja Macron ke Tain L’Hermitage, wilayah setara kabupaten di tenggara Prancis. Saat mendekati kerumunan, Macron tertuju pada sosok Tarel, mengira lelaki itu hendak mengulurkan tangan untuk salaman. Ternyata Tarel malah meneriakkan slogan pro-monarki lalu menampar pipi kiri sang presiden.

Dalam hitungan detik, Macron diamankan oleh paspampres, sementara Tarel dibekuk belasan aparat yang berjaga di lokasi. Selain Tarel, polisi sempat menahan pula satu lelaki lain yang kenal dengan pelaku dan dikira turut merencanakan penamparan tersebut. Pada akhirnya, hanya Tarel yang disidang.

Aparat langsung menggeledah kediaman Tarel beberapa jam usai kejadian. Di kamarnya, polisi menemukan beberapa jenis senjata dan buku manifesto Adolf Hitler Mein Kampf.

Penamparan ini terjadi hanya setahun menjelang jadwal pemilu presiden Prancis. Popularitas Macron naik turun selama tiga tahun terakhir. Jubir presiden Prancis mengklaim insiden tersebut tidak akan mengubah protokol dan rencana Macron menyambangi warga di masa mendatang.