Personel kepolisian Selandia Baru menembak mati seorang lelaki yang melakukan penusukan berantai di Kota Auckland pada Jumat, 3 September 2021, sore waktu setempat. Aparat menyebut pelaku sudah masuk pemantauan mereka sejak lima tahun terakhir, karena punya pandangan ekstrem dan bersimpati pada ideologi Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) di Internet.
Namun, pemantauan itu ternyata gagal mencegah lelaki kelahiran Sri Lanka tersebut melakukan aksi teror. Beberapa menit sebelum insiden, pelaku masuk ke supermarket, dan ternyata di sana dia membeli pisau. Benda tajam itu yang kemudian dia pakai menusuk orang-orang di luar supermarket, seperti dilansir kantor berita Reuters.
Seorang petugas polisi yang berjaga di sekitar lokasi segera menembak mati lelaki itu, 60 detik setelah dia beraksi. Akibat penusukan tersebut, enam orang luka, tiga di antaranya masih dalam kondisi kritis.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern segera menggelar jumpa pers setelah insiden itu. Dia menyebut pelaku adalah imigran asal Sri Lanka yang pindah ke Selandia Baru pada 2011.
“Insiden yang terjadi hari ini sangat keji dan layak kita kecam,” kata Ardern. “Pelaku adalah seorang ekstremis yang sengaja menyerang warga tak berdosa di Selandia Baru. Ini adalah pandangan individu, tidak terkait agama tertentu. Pelaku adalah satu-satunya pihak yang harus bertanggung jawab atas tragedi tersebut.”
Selama lima tahun terakhir, polisi sebetulnya sudah memantau gerak-gerik lelaki imigran itu setiap hari. Dia di beberapa forum Internet mengungkapkan dukungan terbuka pada ISIS. Di hari kejadian, aparat mengetahui bila pelaku berjalan menuju supermarket, namun mengira dia hanya akan berbelanja.
PM Ardern menyatakan, insiden ini tidak bisa dibebankan pada aparat keamanan. Sebab, tidak ada indikasi sama sekali dia akan melakukan serangan dengan cara membeli pisau di supermarket.
“Menurut saya, lembaga keamanan di Selandia Baru sudah melakukan segala cara yang memungkinkan untuk melindungi warga sipil dari pelaku selama ini,” kata Ardern. “Sayangnya, karena belum ada pasal pidana yang dia langgar, aparat tidak bisa menempatkannya di penjara, tempat yang lebih layak baginya.”
Sejauh ini, tidak ada indikasi bila pelaku beraksi dibantu oleh jaringan tertentu atau individu lain.
Serangan ini menyerupai insiden serupa di Kota Dunedin, Selandia Baru, pada Mei 2021. Kala itu, seorang lelaki menusuk empat orang di supermarket. Namun, dalam penusukan berantai Dunedin, aparat menyimpulkan pelaku mengalami problem kejiwaan dan tidak dipengaruhi ideologi tertentu.
Follow Gavin di Twitter.