Pemuda 19 tahun bernama Hasanal Arifin dicengkeram seekor orang utan saat meledek hewan itu demi konten TikTok, Senin (6/6) di Kebun Binatang Kasang Kulim, Kampar, Riau. Dalam video yang viral itu, tampak kaus yang Hasanal ditarik kuat oleh Tinaitu, nama si orang utan yang berada dalam kandang.
Si pemuda goblok jelas kalah tenaga, kakinya bahkan sempat ditangkap orang utan. Hasanal terlepas dari cengkeraman orang utan berkat bantuan seorang pengunjung bonbin lainnya.
Hasanal tak terluka dalam kejadian itu, demikian juga si orang utan. Agak susah dinalar, pemuda itu bukannya merenungkan kebodohannya, ia justru mengunggah video tersebut di TikTok. Jika viral yang ia inginkan, itulah yang ia dapat. Bonus kecaman dari netizen kepada dirinya dan pihak Kebun Binatang Kasang Kulim.
Pihak kebun binatang membela diri bahwa kejadian itu sepenuhnya salah pengunjung. Pengelola Kebun Binatang Kasang Kulim, Desrizal, mengatakan pelaku sengaja menerobos pembatas antara pengunjung dan kandang meski sudah ada papan tanda larangan. Dan bukan cuma itu, pelaku sempat menendang Tinaitu. Halah, pantas orang utannya marah.
“Pengunjung tersebut telah melanggar aturan dengan melompati pagar pembatas dan menendang orang utan,” ujar Desrizal, dilansir Detik. “Dia buat konten tanpa izin, tidak ada izin sama petugas. Untungnya, nggak terluka karena hanya ditarik saja, kondisi orang utan sudah dewasa, usia 15 tahun,” tambahnya lagi.
Tambahan lain dari Desrizal, pelaku disebut melakukan aksinya saat petugas kebun binatang sedang istirahat makan siang. Hmm.
Seperti biasa, kasus semacam ini bisa selesai dengan permintaan maaf ke publik. Masih menurut Desrizal, ketika pihaknya mendatangi rumah pelaku, Hasanal beralasan hanya iseng membuat video lucu dengan orang utan. Pelaku minta maaf dan menghapus video itu dari TikToknya.
“Katanya hanya iseng, tapi kan iseng-iseng membahayakan dirinya, enggak tahu dia,” tambah Desrizal, dilansir Kompas. Orang utan sejatinya adalah hewan pemalu yang menghindari manusia, namun ia dapat menjadi agresif dan menyerang jika merasa terancam.
Apa hal terburuk yang dapat terjadi jika diserang orang utan? Mengingat orang utan adalah hewan yang kuat, yang bisa terjadi mulai dari dicakar dan dibanting hingga digigit dan dicabik-cabik. Ini belum menghitung risiko tertular penyakit mengingat orang utan adalah satwa liar.
Peristiwa ini jelas berbahaya bagi kedua belah pihak, namun rupanya netizen TikTok menganggapnya lucu sehingga pantas ditertawakan. Video parodi ini misalnya, bisa mendulang 4,6 juta likes.
Seperti biasa, kasus viral semacam ini selesai dengan permintaan maaf kepada publik, biasanya memakai sebutan “klarifikasi”. Video minta maaf dari pelaku bisa dilihat di Instagram Kasang Kulim Zoo, tapi kami memperingatkan pengidap darah tinggi sebaiknya enggak usah nonton.
Hasanal Arifin cuma satu dari banyak kreator konten yang tergoda mendulang engagement dari konten satwa liar. Konten seperti ini bahkan memiliki influencer-nya sendiri, sampai-sampai 2020 silam Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup sampai perlu mengimbau agar selebritas tidak mempromosikan untuk memelihara satwa liar.
Catatan Indonesia perkara konten hewan memang menyedihkan. Menurut penelitian lembaga Asia for Animals Coalition tahun lalu, Indonesia ranking satu dalam hal memproduksi video penyiksaan hewan di internet (jumlahnya 1.626 video). Hewan yang disiksa mulai dari anjing dan kucing, berang-berang, kuda dan beruang, hingga satwa langka.
Hasil penelitian itu menyebut daya tarik video penyiksaan hewan berpotensi menaikkan angka perdagangan satwa. “Munculnya ungkapan seperti ‘Aku mau satu ekor’ di kolom komentar dari video-video [berang-berang] berbahasa Inggris, meski tidak secara tegas memperlihatkan niat betulan, mengesankan bahwa video-video tersebut bisa jadi mendorong permintaan diantara para penonton dan pengikut mereka,” tulis dalam laporan, sebagaimana dikutip VICE tahun lalu.
Asia for Animals Coalition mempertanyakan kegagalan YouTube dalam memfilter video semacam itu. Namun, di Indonesia tuntutan serupa jarang disasarkan kepada perusahaan media sosial meski kasus-kasus orang membahayakan diri demi konten terus terjadi.