Seorang lelaki yang diidentifikasi sebagai mantan polisi, melakukan penembakan sekaligus pembunuhan massal terburuk dalam sejarah Thailand pada 6 Oktober 2022. Tindakan pelaku, yang menyasar sebuah taman kanak-kanak dan PAUD di Kota Nong Bua Lamphu, kawasan utara Thailand, menewaskan sedikitnya 31 orang. Mayoritas korban masih balita.
Pelaku kabur dan bunuh diri sebelum berhasil ditangkap polisi. Motifnya melakukan kejahatan keji tersebut hingga artikel ini dilansir masih diselidiki. Insiden penembakan massal di Nong Bua ini menewaskan lebih banyak orang dibanding insiden serupa di mall Korat, yang tercatat sebagai penembakan massal paling fatal sepanjang sejarah Negeri Gajah Putih.
Lokasi penembakan PAUD ini dekat dengan perbatasan Laos, dan wilayah tersebut selama ini tingkat kejahatannya rendah. Pelaku dilaporkan menembak lima staf PAUD, termasuk guru TK yang sedang hamil, sebelum memaksa masuk ruang istirahat anak-anak. Menurut media lokal Thailand, pada saat kejadian anak-anak di PAUD tersebut sedang tidur siang. Sebagian bocah tersebut meninggal karena diserang pelaku menggunakan pisau.
Jumlah korban tewas sangat mungkin bertambah. Sejauh ini yang sudah teridentifikasi adalah 23 anak meninggal, dua guru, dan satu personel kepolisian merujuk laporan Associated Press. Kabar lain menyebut korban tewas sudah mencapai 34 orang, termasuk bocah yang masih berusia dua tahun.
Di linimasa pengguna medsos Thailand, beredar video-video rekaman lokasi TKP setelah penembakan dan pembunuhan massal tersebut. Nampak pecahan kaca dan ceceran darah di kawasan PAUD, yang membuat syok banyak orang.
Berdasar laporan media lokal, pelaku adalah mantan polisi yang bermasalah selama berdinas. Dia dipecat dengan tidak hormat karena mengonsumsi narkoba. Namun belum jelas apakah pemecatan itu terkait dengan tindakan kejinya menyerang PAUD.
Dilaporkan bahwa setelah melakukan tindakan keji di PAUD, pelaku pulang ke rumahnya mengendarai mobil, membunuh istri dan anaknya sendiri, kemudian bunuh diri.
Rumah Sakit Umum Nong Bua Lamphu, hingga artikel ini dilansir, masih mengumumkan kebutuhan donasi darah untuk korban serangan PAUD yang dalam kondisi kritis. Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha mengaku sangat terpukul dan sedih atas tragedi penembakan massal PAUD ini.
“Saya turut berduka untuk keluarga korban yang terdampak peristiwa memilukan ini,” ujar Prayut lewat keterangan tertulis.
Thailand mengizinkan warga memiliki senjata api untuk tujuan bela diri dan berburu. Namun pasar senjata ilegal terpantau cukup tinggi. Belum jelas apakah pelaku menyimpan pistol semasa masih aktif jadi polisi atau membelinya dari pasar ilegal. Di Asia Tenggara cuma Filipina yang mencatatkan angka kematian akibat senjata api lebih banyak dibanding Thailand.
Tragedi di Nong Bua Lamphu segera mengingatkan masyarakat Thailand atas insiden serupa pada Februari 2020. Kala itu seorang tentara aktif bernama Jakrapanth Thomma, menembaki pengunjung mal di Kota Nakhon Ratchasima. Thomma bahkan menyiarkan proses awal penembakan tersebut, yang pada akhirnya menewaskan 29 orang, serta melukai 58 lainnya. Setelah dua hari bertahan dari kepungan polisi di dalam mal, Thomma bunuh diri.
Artikel ini masih akan dimutakhirkan seiring adanya perkembangan terbaru.
Follow Koh Ewe di Twitter dan Instagram
Follow Alastair McCready di Twitter