Liputan4.Com,Jeneponto_ Pasca kasus anak penderita gizi buruk dan radang paru meninggal dunia hari kamis kemarin, kepala desa Turatea timur kecamatan Tamalatea Jeneponto intens monitoring warganya yang masuk daftar gizi rendah,jum’at 16/09/22.
Tidak ingin kecolongan lagi, Nuraeni Kanang Kepala Desa (kades) Turtim lakukan pantauan ketat terhadap anak yang rentang kekurangan gizi di wilayah desanya, hasilnya pun mengejutkan banyak pihak.
Salah satu anak usia kurang lebih 3 tahun bernama Siti Nuraira yang juga anak Piatu di duga menderita stunting dan gizi buruk sejak usianya beberapa bulan namun luput dari pendampingan tim kesehatan . Ira sapaan sang anak terlihat kurus dan pendek (kerdil) tidak seperti anak seusianya.
Siti Nuraira yang kini di rawat oleh bibi dan dan kakaknya Serli tampak pasrah dengan kondisi adiknya, dengan kondisi ekonomi kelurga yang pas-pasan juga harus penuhi kebutuhan medis sang adik termasuk kebutuhan sehari-hari seperti susu dan popok.
Dihadapan kepala Desanya, Serli mengungkap bahwa adiknya sejak sakit-sakitan jarang dipantau oleh tim kesehatan secara berkala, nanti puskesmas Embo aktif barulah mendapat kunjungan aktif oleh tim gizi, ia menuturkan selama ini hanya menerima bantuan dari pemerintah desa namun masalah kesehatan keluarganya harus berjuang sendiri, bahkan ia berkisah pernah mengantar sang adik berobat ke kab. Takalar menggunakan sepeda motor dikarenakan ambulance yang ada di RSU Lanto Daeng Pasewang tidak gratis.
“Pernah saya bonceng motor adekku waktu di rujuk ke RSUP Wahidin Sudirohusodo makassar berobat tapi adekku pingsang di perjalanan wilayah kabupaten takalar dan terpaksa saya larikan ke RSU H.Padjonga Dg Ngalle di rawat selama 2 hari ,” ungkapnya sedih.
Di tempat yang sama Kades Nuraeni Kanang yang di dampingi Pegiat Sosial Hasan Anwar berjanji akan mengawal Siti Nuraira sampai tertangani dengan baik oleh pihak gugus tugas kabupaten layak anak (KLA). Kemudian Hasan Anwar yang juga ketua Lembaga Pemberantas Korupsi (LPK) Sulsel ini mengaku miris dengan kondisi sosial khususnya pemenuhan hak anak dalam bidang kesehatan.
“Saya rasa ini tidak masuk akal jika ada anak dengan kondisi seperti ini namun tidak tersentuh pendampingan tim KLA, kita tahu bahwa anggaran tiap klaster cukup besar, lalu apa hasilnya?,” ucapnya geram.
Hasan Anwar menjelaskan lebih jauh bahwa prevalensi monitoring gizi yang terbentuk selama ini kurang maksimal dalam bekerja, atau bahkan bisa jadi tidak bekerja, jika ini benar tentunya dapat bermuara pada indikasi korupsi.
“Gugus tugas KLA ini dibentuk sejak tahun 2018 lalu, dan pada tahun 2022 ini kita meraih predikat pratama kabupaten layak anak, lalu darimana indikator capaian tersebut? Sedangkan kasus gizi buruk per 3 bulan ini telah meninggal dunia dua orang anak penderita,” tutupnya.
Berita dengan Judul: Lagi Anak Usia 3 Tahun Menderita Stunting Dan Gizi Buruk Di Tamalatea Jeneponto pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com. oleh Reporter : Basir Hasgas