Liputan4.com. – Palembang – Ditemui di kediamannya awak media bersilaturahmi dengan seorang tokoh masyarakat Musi Banyuasin (MUBA) A. Rivai atau lebih dikenal dengan Panggilan Kuyung Kritis di rumah yang terletak di bilangan jalan Demang Lebar Daun Palembang, selasa (23/11/21).
Kuyung Kritis adalah sosok seorang yang peduli akan kampung halamannya yang terletak di Desa Rantau Kroya kecamatan Lais, menyikapi atas kejadian banjir yang terjadi didesa Petaling (masih masuk dalam kecamatan Lais) yang viral di media TV nasional maupun lokal Kuyung Kritis memberikan tanggapannya atas pemberitaan tersebut.
Banjir yang terjadi didesa Petaling dan sekitarnya itu sudah terbiasa terjadi karena desa tersebut berada di bantaran sungai Musi, sehingga masyarakat didesa Petaling sudah terbiasa dengan kejadian tersebut apabila musim penghujan tiba. Saya lahir dan besar di desa Rantau Kroya tahu betul akan keadaan disana, warga masyarakat di desa yang terdampak banjir sudah menyiapkan apa apa dimana apabila banyu (air) datang seperti rumah warga disana panggung dengan ketinggian yang sudah disesuaikan air datang, setiap warga juga sudah menyiapkan perahu atau ketek (perahu kecil bermesin) untuk mereka tetap beraktifitas”, ujarnya.
Di pemberitaan diberitakan bahwa desa Petaling dan sekitarnya atas kejadian banjir tersebut merupakan suatu bencana alam sehingga pemberitaan tersebut menjadi viral, sehingga kuyung kritis angkat bicara terkait status bencana alam yang disematkan di desa Petaling dan sekitarnya.
Bencana alam yang mana kejadian ini tiap tahun terjadi warga masyarakat juga tidak dirugikan mereka sudah terbiasa, kalau bencana alam itu adalah apabila kejadian belum pernah terjadi itu baru bencana alam. Dan yang menjadi perhatian saya adanya pembagian sembako dan bantuan lainnya akibat banjir tersebut perlu dipertanyakan bantuan tersebut berasal dari mana dananya”, katanya.
Salah satu warga yang tinggal di bantaran sungai Musi juga tepatnya di desa Lumpatan 1 (satu) Didiansyah seorang ketua salah satu LSM, ikut memberikan tanggapannya mengatakan, benar kata kuyung kritis tadi itu bukan bencana alam itu sudah terbiasa terjadi tiap tahun, jadi masalah itu bantuan yang digelontorkan oleh pemkab Musi Banyuasin itu berasal dari mana apakah APBD, CSR apa dana pihak ketiga kita minta kejelasannya”, tuturnya.
Untuk diketahui dari penuturan kuyung kritis air datang perlahan lahan sehingga ketinggian yang terjadi dari 1 meter hingga 2 meter bahkan lebih dan akan surut dalam waktu dua bulan bahkan sampai tiga bulan lamanya
Lama surutnya bisa makan waktu dua bulan bahkan lebih” pungkasnya.
Berita dengan Judul: Kuyung Kritis : Tidak Tepat Dikatakan Bencana Alam Yang Terjadi di Desa Petaling pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com oleh Reporter : Irwanto