Perang Dingin sepanjang dekade 1960-an sampai akhir 1980-an, sempat membuat jutaan penduduk negara di Blok Timur, yang menjadi sekutu Uni Soviet, tak bisa menikmati produk budaya pop Barat. Nonton film Hollywood saja bisa terlarang, karena dianggap mendukung kapitalisme.
Meski begitu, nyatanya tradisi membuat game masih hidup, bahkan berkembang cukup pesat di kawasan yang dikuasai rezim Komunis. Setelah Tembok Berlin runtuh, dan Uni Soviet bubar, pengarsip game menemukan banyak desainer game independen dari Polandia, Slovakia, Estonia, Republik Ceko, dan masih banyak lagi lainnya.
Arsip game-game independen itu sekarang telah dikumpulkan dan diterjemahkan ke bahasa Inggris. Sehingga, siapapun bisa merasakan secuil pengalaman desainer game yang hidup di masa Uni Soviet. Salah satu game paling unik dari masa ini, adalah sebuah petualangan berbasis teks, di mana gamer memainkan karakter tentara Soviet yang harus memburu Rambo.
Inisiatif pengarsipan game-game yang dibuat semasa era Uni Soviet ini datang dari Museum Desain Slovakia. Sepanjang dekade 1980-an, makin banyak anak muda di negara-negara sekutu Soviet yang mengimpor sembunyi-sembunyi berbagai film atau musik Barat. Dua film Hollywood yang kerap diedarkan lewat VHS bajakan adalah Indiana Jones dan Rambo. Tak heran bila dua film itu menginspirasi banyak programmer otodidak di Slovakia, Ceko, atau Polandia, membuat game yang terinspirasi dari cerita filmnya.
Seiring dengan masuknya film dan musik selundupan, penduduk kota-kota besar di negara Blok Timur juga mendapat pasokan komputer, salah satunya ZX Spectrum buatan Inggris. Komputer ini yang sering menjadi sarana anak muda di Slovakia dan Ceko belajar pemograman. Ceko menjadi salah satu pusat pembajakan software komputer di Blok Timur sepanjang dekade 80’an.
“Di tiap-tiap negara Blok Timur, anak muda akhirnya membuat perkumpulan komputer, julukannya Svazarm, untuk saling bertukar software atau modul belajar. Budaya game juga bermula dari komunitas macam itu. Mereka saling mengedarkan kaset game kopian, baik game dari Barat, maupun game buatan programer lokal,” seperti dikutip dari kata pengantar pameran game lawas Museum Desain Slovakia.
Menurut Stanislav Hrda, salah satu programer kawakan Slovakia yang sempat membuat game sendiri, budaya game berkembang secara alami di kalangan anak muda. Sebab, programer dewasa biasanya bekerja untuk lembaga pemerintah, sehingga mereka tidak sempat menikmati waktu luang main game atau mengembangkannya sendiri.
“Tidak ada toko yang menjual video game, sehingga anak muda yang punya akses ke komputer berusaha membuat gamenya sendiri. Problemnya kemudian, semua ini cuma jadi hobi. Tidak ada keuntungan materi saat saya dan teman-teman bikin game,” ujar Hrda.
Karena keterbatasan teknologi dan pengetahuan, mayoritas game yang dibuat komunitas penggemar komputer di kawasan Blok Timur akhirnya berupa petualangan berbasis teks. Sedikit sekali programmer belia yang menguasai cara membuat game visual.
“Game berbasis teks cenderung lebih mudah dibuat, karena komputer yang bisa diakses anak muda kala itu hanya bisa menopang program basic 8-bit. Spek komputer yang kami dapatkan di Blok Timur sangat ringkih,” kata Hrda. “Dengan segala keterbatasan itu, imajinasi berperan lebih penting. Saya ingat, ada ratusan game muncul sepanjang dekade 1980-an dari kawan-kawan di Ceko. Mereka membuat alternatif rekaan merespons film, komik, atau serial TV barat yang mereka konsumsi sembunyi-sembunyi.”
Salah satu game independen yang paling populer bagi anak muda Blok Timur bertajuk Šatochín. Dalam game ini, kita memainkan sosok pasuka elit militer Soviet yang harus memburu John Rambo, ikon film laga Amerika Serikat. Seperti lazimnya game dari masa itu, sepanjang permainan kita akan lebih sering melihat teks. Nyaris tidak ada gerakan visual seperti game sezaman dari Jepang atau Amerika.
“Walau sederhana, game Šatochín itu susah sekali dimainkan,” kata Hrda. “Game itu genrenya role play, dengan berbagai kemungkinan jalan cerita. Sekali saja salah langkah, pemain bakal mati. Jadi saya ingat, misal sekali kita bisa mengalahkan Rambo, sebelumnya kita pasti mati 10 kali.”
Game jadi sangat populer bagi anak muda Blok Timur, karena para petinggi rezim komunis cenderung mengabaikan produk teknologi tersebut. Rezim Soviet lebih fokus menyensor buku atau film Barat, dan tidak sadar pada potensi game untuk populer. “Akhirnya, lewat komunitas game itulah kami pelan-pelan bisa membayangkan masa depan terlepas dari jeratan komunisme,” kata Hrda.
Kalian bisa menjajal beberapa game dari erat itu yang sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris lewat tautan berikut. Untuk memainkannya, kalian bisa menggunakan Fuse emulator.