Juru bicara pemerintahan Korea Utara merilis rangkaian foto sang diktator, Kim Jong-un yang nampak sumringah berkat keberhasilan uji coba peluru kendali (rudal) balistik lintas benua terbaru. Uji coba serupa terakhir kali dilakukan Korut pada 2017, yang segera memicu kecaman internasional. Tindakan sembrono negara paling tertutup sedunia itu memperburuk politik kawasan, karena seakan sengaja memancing amarah Amerika Serikat dan sekutunya di wilayah Asia Timur. Kondisi global sendiri masih tidak menentu, akibat berlarut-larutnya konflik antara Rusia dengan Ukraina.
Peluncuran rudal balistik itu berlangsung pada Kamis, 24 Maret 2022, siang waktu setempat. Rezim Kim Jong-un sengaja mengabaikan perjanjian yang mereka buat dengan mantan Presiden AS Donald Trump pada 2018, untuk tidak lagi mengembangkan senjata pemusnah massal. Peluncuran rudal ini juga menandai tak gentarnya Korut pada sanksi berlapis PBB.
“Pemimpin agung Kim memandu langsung para teknisi dalam peluncuran rudal tersebut,” demikian pernyataan kantor berita resmi Korut, KCNA, yang dirilis 25 Maret 2022.
Rudal balistik ini, dinamai Hwasong-17, memiliki daya jelajah lebih dari 6.100 kilometer dan bisa dipasangi hulu ledak nuklir. Artinya, Hwasong bisa menjangkau wilayah pantai Barat Amerika Serikat jika pecah konflik antara kedua negara. Dalam uji coba terbaru, Korut hanya menembakkan rudal tersebut ke wilayah perairan antara Korsel dan Jepang.
“Militer Korea Utara saya jamin selalu siap untuk mencegah ambisi imperialis Amerika Serikat yang berbahaya,” demikian ujar Kim Jong-un, sebagaimana dikutip KCNA.
Gedung Putih segera mengecam tindakan Korut kembali latihan menembakkan rudal balistik. “Ini tindakan nekat yang otomatis melanggar resolusi PBB 2017,” demikian merujuk pernyataan tertulis pemerintah AS.
Meski 2022 baru berjalan kurang dari tiga bulan, Pyongyang telah menggelar 11 kali uji coba peluncuran rudal yang bisa dipersenjatai nuklir. Uji coba kemarin yang melibatkan rudal paling berbahaya. Akibat provokasi Korut ini, pangkalan militer AS di Korea Selatan kini dalam status siaga.
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, turut mengecam tindakan Kim Jong-un yang membanggakan uji coba misil lintas benua tersebut. “Tindakan rezim Korut sangat sembrono dan tidak bisa diterima,” tandas Kishida.
Jepang, Korsel, dan Amerika Serikat dilaporkan akan segera menggelar pembicaraan, untuk merumuskan kebijakan merespons provokasi Korut.