Dukungan dari orang terdekat, sekecil apa pun itu, sangatlah berarti ketika seseorang sedang kehilangan semangat hidup. Kasih sayang dan perhatian yang tulus dapat menolong mereka bangkit dari depresi. Tapi tak bisa dipungkiri, secara praktiknya susah-susah gampang. Kalau sampai salah langkah sedikit, kita berisiko memperparah kondisi mereka.
Setiap orang juga memiliki ujiannya masing-masing, dan mereka menyikapinya secara berbeda-beda pula. Oleh karena itu, bantuan yang kita berikan untuk seseorang belum tentu efektif untuk orang lain. Namun, kamu tak perlu khawatir. Masih ada cara menunjukkan kepedulian pada mereka yang membutuhkannya.
Pertama-tama, kamu perlu tahu terlebih dahulu perbedaan antara depresi dan suasana hati buruk. “Ada saat-saat suasana hati kita begitu jelek,” terang Carola Moretti, psikolog klinis di Milan. “Perasaan buruk ini bisa muncul karena peristiwa traumatis — misalnya ditolak atau putus cinta. Tapi kadang-kadang, kita sendiri tak tahu kenapa bisa sedih.”
Orang depresi biasanya mengalami gejala-gejala seperti kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai, mudah lelah dan tidak bertenaga secara berkepanjangan. Mereka cenderung tidak selera makan, pola tidurnya kacau, dan menarik diri dari lingkungan sosial.
Segera hampiri sahabat atau saudara jika mereka memperlihatkan tanda-tanda tersebut. Meski kamu mungkin merasa tidak enak untuk menanyakan kondisinya, kamu perlu melakukan hal itu supaya mereka sadar mereka tidak sendirian. “Tegaskan kepada mereka, bahwa mereka tak perlu melaluinya sendirian,” kata Moretti. “Jika mereka berpikiran depresinya disebabkan oleh diri sendiri, yakinkan bahwa mereka keliru.” Kamu bisa memberi tahu mereka, depresi dapat terjadi karena ada perubahan kimiawi di otak. Itulah sebabnya depresi tidak boleh dibiarkan begitu saja.
Cara terbaik mengatasi depresi yaitu berkonsultasi langsung pada ahlinya, tapi masalahnya tak semua orang siap pergi ke psikolog atau psikiater. Di sinilah kehadiranmu dibutuhkan. Kamu bisa membantu mencarikan dokter yang tepat, mengantarnya ke klinik, atau bahkan menemaninya saat mereka mulai menjalani terapi. Yang terpenting, jangan paksa mereka melakukannya kalau mereka belum siap.
Menemukan terapis yang tepat bukanlah perkara mudah, dan prosesnya bisa sangat panjang. Berilah mereka motivasi supaya tidak patah semangat. Akan tetapi, kamu perlu berhati-hati saat mendukungnya secara verbal.
Kata-kata penyemangat bisa membantu mereka yang melalui episode depresif, atau saat mereka mulai menunjukkan gejala depresi. Namun, lain halnya jika mereka mengalami gangguan suasana hati. Ucapanmu bisa menjadi senjata bagi mereka. “Orang depresi mungkin akan menyalahkan diri, seperti ‘Orang tua sayang sama saya, teman-teman dan pasangan saya juga hebat. Tapi kenapa saya tidak bahagia,’” Moretti melanjutkan.
Jangan pernah berkomentar seperti “Banyakin senyum”, “Kamu harusnya bersyukur. Di luar sana ada yang lebih menderita dari kamu” atau “Perbanyak ibadah”. Kamu akan terkesan menyepelekan masalah yang sedang mereka hadapi. Alih-alih meringankan beban mentalnya, kamu justru memperburuk perasaan mereka.
Orang depresi sering kali kesusahan untuk meminta bantuan atau menceritakan masalahnya kepada orang lain. Jika kamu memang niat membantu mereka, kamu harus menunjukkannya melalui tindakan. Perkataan macam “ngomong aja kalau butuh bantuan” yang tidak dibarengi aksi nyata takkan ada artinya. Maka dari itu, kamu harus rutin mengecek keadaan mereka, siap menjadi pendengar ketika mereka mau bercerita, dan selalu meyakinkan mereka bahwa kamu tidak akan meninggalkannya sendirian. Kamu bahkan bisa melakukan hal-hal kecil untuk meringankan beban mereka, seperti menggantikannya belanja bahan makanan saat mereka sedang tidak sanggup keluar rumah. Moretti mengatakan, sebatas menemani mereka di rumah, meski tidak untuk melakukan apa-apa, juga dapat membantunya melalui masa-masa sulit.
Di samping terapi, Moretti menganjurkan kamu untuk mengajak mereka menjalani gaya hidup sehat. “Olahraga bisa menjernihkan pikiran, walaupun cuma sebentar,” tuturnya. “Lebih bagus lagi kalau dibarengi pola makan sehat.”
Memang, tidak mudah meyakinkan orang depresi untuk melakukan hal-hal di atas. Tapi percayalah, kegigihanmu bisa menjadi penyemangat mereka menjalani proses penyembuhan.
Jangan anggap remeh masalahnya jika kerabatmu mulai menyinggung soal bunuh diri. Mereka mau membicarakannya sudah merupakan suatu kemajuan, karena itu berarti mereka percaya kamu akan membantunya.
Seandainya mereka tidak pernah mengungkitnya, tapi kamu memperhatikan mereka memiliki keinginan untuk bunuh diri, maka tak ada salahnya untuk langsung bertanya kepada mereka. Kamu bisa memulainya dengan bertanya seperti: “Apakah kamu terpikir untuk bunuh diri?”, “Kenapa kamu memikirkan kematian?” atau “Apakah kamu benar-benar ingin melakukannya?”. Berbagai penelitian telah menunjukkan, membicarakannya secara terang-terangan dapat mengurangi risiko seseorang mengikuti keinginan bunuh diri. Segera cari bantuan jika mereka terpikir untuk mengakhiri hidup.
Penting juga bagimu untuk tidak terkecoh oleh perubahan suasana hati mereka. Pasalnya, tak jarang orang depresi ingin bunuh diri begitu perasaan mereka membaik. “Sering kali, orang yang sedang terpuruk tak sanggup mewujudkan keinginan mereka, terutama untuk bunuh diri, karena setiap tindakan diperlukan tenaga dan pertimbangan yang besar,” Moretti menjelaskan.
Orang depresi lebih cenderung ingin bunuh diri pada saat mereka menjalani proses pemulihan. Suasana hati mereka mungkin meningkat, tapi keputusasaan yang mereka rasakan belum hilang.
Memberi dukungan kepada orang depresi sudah pasti akan menguras tenaga dan emosi. Ada saat-saat kamu merasa gagal menjadi teman atau saudara yang baik ketika kondisi mereka tak kunjung membaik, atau segala cara yang telah kamu lakukan tidak mengubah keadaan. Juga ada kemungkinan mereka mengucapkan kata-kata yang menyakiti perasaanmu, meski sebenarnya mereka tidak bermaksud mengatakan itu.
Itulah sebabnya kamu perlu menyayangi diri sendiri. Pastikan kamu siap lahir batin sebelum memberi dukungan, karena kamu tidak akan bisa membantu mereka jika kamu sendiri sedang tidak baik-baik saja. Kamu bukan orang egois kalau membutuhkan ruang untuk diri sendiri. Dengan memahami batasan pribadi, kamu dapat membantu mereka merasa lebih baik.
Follow Vincenzo Ligresti di Instagram.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE Italy.