Sepanjang Februari 2022, VICE menggandakan semua hal tentang K-Pop dan musik Korea, menampilkan artikel dan video tentang musik, fandom, dan selebriti.
Berkarung-karung beras kerap ditemukan di depan gedung konser grup K-Pop.
“Dulu, [pendiri LISANATIONS] tidak terlalu paham alasan penggemar menyumbangkan beras. Namun, donasi semacam ini sangat populer. Itulah sebabnya mereka menargetkan untuk berdonasi beras,” tutur admin LISANATIONS, fanbase internasional yang didedikasikan untuk anggota BLACKPINK Lisa. Dia tidak menyebutkan namanya untuk menjaga kerahasiaan fanbase.
Beras ini nantinya disumbangkan ke berbagai lembaga amal di Korea Selatan. Pada 2019, LISANATIONS membuat target mengumpulkan 327 kilogram beras untuk merayakan ulang tahun Lisa pada 27 Maret.
Semua penggemar yang berbicara kepada VICE berasal dari sejumlah negara di Asia. Meski pernah menggalang donasi beras, mereka tak menyadari asal-usulnya. Bagi mereka, ini hanyalah salah satu cara memberi dukungan kepada idola.
“Entah bagaimana atau sejak kapan donasi ini menjadi bagian dari budaya idola K-Pop,” ujar Alex Rivera, admin klub penggemar Lee Junho PH dan 2PM Philippines. “Jika idola menerima karangan beras, itu semacam menandakan kalau mereka populer.”
CedarBough Saeji mendalami ilmu dan kajian tentang Korea di Universitas Nasional Pusan. Menurutnya, penggemar dan bintang K-Pop memanfaatkan donasi beras sebagai kesempatan untuk membangun reputasi.
“Penggemar K-Pop mendapat reputasi buruk dari media Korea di awal 2000-an,” katanya kepada VICE, merujuk pada “sasaeng” alias penggemar fanatik.
“Sasaeng” memiliki kebiasaan menguntit idola ke mana saja mereka pergi tanpa mengindahkan privasi mereka sama sekali. Penggemar semacam ini dibutakan khayalan bahwa mereka bisa menjalin hubungan yang lebih dekat dengan musisi favorit mereka. Sasaeng masih merajalela di kalangan penggemar K-Pop dan sangat membebani idola. Ini jelas merusak nama baik penggemar K-Pop, yang mengklaim sangat menghargai idola.
Di sisi lain, muncul rumor soal anggota grup K-Pop membuang hadiah yang mereka terima dari penggemar. Hal ini diduga masih sering terjadi selama beberapa tahun terakhir.
“Kamu mulai mendengar kabar orang menemukan kantong penuh hadiah di tempat pembuangan sampah dekat asrama idola,” dia melanjutkan. “Pastinya ini melukai perasaan penggemar.”
Menurutnya, dari situlah ide kegiatan amal—dan donasi beras—muncul.
Musisi K-Pop dikenal terlibat aktif dalam proyek amal, seperti menyalurkan sumbangan kepada komunitas yang terpinggirkan dan berkolaborasi dengan lembaga amal. Selain meningkatkan reputasi, mereka juga menginspirasi para penggemar untuk melakukan hal serupa.
“Ada narasi tentang penggemar sebagai masalah sosial dan idola kebanjiran hadiah yang tidak mereka butuhkan,” tutur Saeji. “Meminta penggemar menyalurkan dan mengumpulkan uang mereka untuk hal-hal yang lebih berguna menjadi solusi terbaik mengatasi ini.”
“Kamu juga bisa memberikan donasi atas nama idola atau grup… Kamu bisa meningkatkan reputasi penggemar dan idola.”
Saeji mengutarakan donasi beras pertama kali diselenggarakan oleh penggemar lama yang ingin membersihkan cap negatif yang disematkan kepada fandom K-Pop. Mereka berusaha menunjukkan keberadaannya juga bisa membawa efek positif di masyarakat.
Yang membuat kami penasaran, kenapa harus beras?
Beberapa penggemar beranggapan, nasi termasuk makanan pokok orang Asia. Karena alasan inilah LISANATIONS menggalang dana untuk membeli beras dan menyumbangkannya atas nama penyanyi kesukaan mereka.
“Setidaknya untuk bangsa Asia, nasi melambangkan kemakmuran, kekayaan dan keberuntungan,” kata mereka. “Kami lebih memikirkan makna simbolisnya ketimbang tujuan amalnya.”
Makna simbolis ini mungkin diperkuat di Korea Selatan, yang memiliki sejarah pahit dengan makanan pokok tersebut.
“Nasi memiliki makna yang lebih dalam di budaya Korea,” ungkap Saeji, mengutip kelangkaan beras yang cukup lama melanda Korea, yang membuatnya sangat dihargai rakyat Korea.
Tak hanya itu saja, beras juga membedakan status seseorang dalam hierarki keluarga. Nasi putih dengan kualitas unggul hanya disajikan untuk anggota keluarga yang lebih tua dan dihormati, sedangkan anggota lain memakan nasi berkualitas rendah yang dicampur dengan biji-bijian lainnya.
Akibat latar belakang sejarah-budaya inilah politik beras berduri muncul ke permukaan.
Sebagai bagian dari aturan liberalisasinya, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mendesak Korsel untuk mengimpor beras dari negara lain, seperti Tiongkok dan Amerika Serikat, mulai tahun 1990-an. Ini kabar buruk bagi petani beras Korea. Mereka harus bersaing dengan produk beras impor yang harganya jauh lebih murah.
Petani Korsel melancarkan aksi besar-besaran memprotes kebijakan impor beras sepanjang 2000-an. Tak jarang unjuk rasanya berakhir ricuh dan menelan korban jiwa. Berbagai bentuk penolakan ini menarik dukungan terhadap beras lokal, salah satunya berasal dari penggemar K-Pop.
“Ini cara yang luar biasa untuk mendukung petani lokal, memberikan makna yang lebih dalam bagi makanan pokok Korea. Kamu bisa sekalian meningkatkan reputasi idola,” terang Saeji.
Sejak dibatasinya pergelaran konser dan acara-acara berskala besar lainnya selama pandemi, penggemar tak lagi seaktif dulu berdonasi beras. Mereka kini beralih ke penggalangan dana internasional.
“Saya rasa semakin bertambah banyaknya orang yang menyukai K-Pop, sifat proyek amalnya pun berkembang ke skala yang lebih besar, jadi tidak hanya fokus di Korea saja,” kata admin LISANATIONS.
Meskipun begitu, penggemar K-Pop tampaknya takkan berhenti berdonasi beras.
Perusahaan hiburan yang mengelola grup K-Pop memberlakukan aturan yang sangat ketat seputar pemberian hadiah, sehingga donasi beras tetap menjadi andalan penggemar untuk mendukung idola mereka. Ditambah lagi, fanbase wajib menerima persetujuan dari agensi sebelum melakukan penggalangan dana.
Rivera mengatakan, berhubung penggemar dilarang memberi hadiah ke bintang K-Pop, barang-barang resmi seperti karangan beras, makanan yang telah ditentukan dan truk kopi menjadi pilihan terbaik bagi mereka.
“Kami biasanya memilih karangan beras karena harganya paling terjangkau,” ungkap Rivera. “Tapi kalau ada anggaran lebih, kami pasti akan memilih makanan yang bisa disantap langsung oleh idola.”
Tak dipungkiri lagi penggemar K-Pop sangat royal kepada musisi favorit. Mereka siap menguras dompet dan tabungan demi mengumpulkan photocard edisi terbatas dan merch mahal, serta menonton konser di luar negeri. Aktif dalam kegiatan amal menjadi salah satu cara mereka untuk menggambarkan fandom sebagai kekuatan yang positif.
“Begitu kamu menjadi bagian dari komunitas, kamu akan menyadari betapa menakjubkannya para penggemar. Mereka bersedia menyumbangkan uang untuk hal-hal penting,” tutur admin LISANATIONS. “Karena ironisnya, K-Pop sangat konsumerisme dan kapitalistik.”
“Selain mendukung Lisa, kami juga ingin menjaga nama baiknya karena dia telah menginspirasi kami.”
Follow Koh Ewe di Twitter dan Instagram.