Kate Wang sontak menjadi perempuan terkaya di Tiongkok usai bisnis vape miliknya melantai di Bursa Saham New York pada Januari 2021. Kekayaannya saat itu mencapai US$9 miliar, setara Rp129 triliun. Namun, kekayaan bersih Wang kini bersisa $500 juta (Rp7,18 triliun) saja. Saham perusahaan RLX Technology ambruk beberapa bulan kemudian akibat pengawasan ketat regulator tembakau di negaranya.
Wang termasuk 87 pengusaha Tiongkok yang didepak dari daftar miliarder Forbes untuk 2022. Posisi industri teknologi negara tersebut semakin terancam kebijakan otoriter Beijing, yang mengakibatkan para miliarder mengalami kerugian besar-besaran selama setahun terakhir. Menurut indeks tahunan yang dirilis pada 6 April 2022, total kekayaan mereka anjlok sebesar US$500 miliar (Rp7,18 kuadriliun). Dari total US$2,5 triliun (Rp36 kuadriliun) menjadi US$1,96 triliun saja (Rp28 kuadriliun).
Delapan dari 10 orang terkaya yang kehilangan hartanya berasal dari Tiongkok. Dua pengusaha di antaranya bergerak di sektor pendidikan.
Tahun lalu, Zhang Bangxin memiliki harta sebesar $13,3 miliar (Rp191 triliun) berkat perusahaan TAL Education yang menawarkan bimbingan belajar. Sekarang, kekayaannya anjlok 94 persen menjadi $890 juta (Rp12,7 triliun). Saingannya, Larry Xiangdong Chen selaku pendiri GSX Techedu, mengalami kerugian $15 miliar (Rp215 triliun) dalam kurun enam bulan antara Januari dan Juli tahun lalu. Kekayaannya dilaporkan tinggal $235 juta (Rp3,37 triliun).
Penurunan drastis ini akibat adanya larangan mengikuti les privat di luar jam sekolah yang diberlakukan pemerintah. Jam belajar ekstra ini diyakini dapat membuat anak-anak stres. Sektor paling menguntungkan di negara itu jungkir balik setelah Beijing mengumumkan larangannya pada Juli.
Presiden Xi Jinping telah berulang kali menyatakan niatnya membatasi kekayaan pengusaha Tiongkok yang “berlebihan”. Hal ini dilakukan dengan alasan “meningkatkan kesejahteraan bersama”. Selain sektor pendidikan, raksasa teknologi Tiongkok juga menjadi sasaran penegak hukum. Marketplace Alibaba, misalnya, dikenakan denda $3,7 miliar (Rp53 triliun) pada April tahun lalu lantaran dituduh memonopoli bisnis.
Namun, para pengusaha Tiongkok bukan satu-satunya yang mengalami kerugian tahun ini. Sejumlah miliarder Rusia kehilangan sebagian besar hartanya akibat jatuhnya nilai mata uang Rusia selama 12 terakhir dan sanksi global yang semakin menekan pasca perang Rusia-Ukraina. Total kekayaan miliarder negara tersebut turun dari $584 miliar (Rp8,4 kuadriliun) menjadi $320 miliar (Rp4,6 kuadriliun) dalam setahun.
Enam taipan Rusia mengalami kerugian hingga dua digit. Yang terparah menimpa bos perusahaan baja Alexey Mordashov. Dia rugi $15,9 miliar (Rp228 triliun), dan kini hanya memiliki $13,2 miliar (Rp189 triliun) saja.
Follow Alastair McCready di Twitter.