Berita  

Kasus Pengemis dengan Rekening Ratusan Juta di Bank Ternyata Sering Ditemukan

kasus-pengemis-dengan-rekening-ratusan-juta-di-bank-ternyata-sering-ditemukan

Apa pun pekerjaannya, kalau diseriusi tentu akan menghasilkan juga.

Tengoklah Luthfi Hariono, pengemis di Kota Gorontalo yang jadi perhatian publik setelah ketahuan punya uang hampir setengah miliar. Rekening Bank Sulut Gorontalo (SulutGo) atas namanya punya saldo Rp302 juta, sedangkan rekening Bank Mandiri miliknya berisi Rp94 juta. Ia bahkan sempat menarik uang Rp120 juta pada 10 Mei dan Rp150 juta pada 2 Juni tahun ini. Paradoks antara pekerjaan dan penghasilan ini berbuah pemanggilan oleh kepolisian setempat.


Setelah dipanggil, sang pengemis jutawan mengakui rekening itu memang miliknya, berasal dari hasil mengemis selama puluhan tahun. Namun, nominal itu juga ada kontribusi hasil keringatnya bekerja di rumah makan dan toko. Gimana dia bisa punya uang sebanyak itu dari mengemis? Pemeriksaan polisi mengungkap aktivitas mengemis Luthfi lebih cocok disebut minta sumbangan.

Berbekal proposal hasil karya cipta sendiri, Luthfi berkeliling dari rumah ke rumah ataupun pusat kegiatan masyarakat seperti warung makan. Polisi tidak membuka bagaimana bentuk proposal Luthfi, mungkin biar enggak ditiru warga iseng lain.

Menurut cerita polisi, Luthfi mengakui caranya minta sumbangan emang kerap disertai pemaksaan, sehingga aparat meminta Luthfi berhenti melakukannya. “Dari hasil klarifikasi, yang bersangkutan telah membuat pernyataan bahwa tidak akan lagi meminta-minta dengan menggunakan proposal atau semacamnya,” kata Kapolsek Kota Timur Ipda Imanuel Ivan Bagus Pratama Thaaba kepada GoPos.

Kenyataan bahwa ada banyak pengemis di Indonesia lebih makmur daripada lulusan universitas mentereng memang harus diterima, karena begitulah adanya. Pada 2020 lalu misalnya, petugas Satpol PP Kabupaten Aceh Tenggara mengamankan dua pengemis, Dona dan Doni, saat patroli. Saat dimandikan di sungai, kedua pengemis kakak-beradik ini ketahuan membawa uang tunai lebih dari Rp5 juta.

Satpol PP lantas mengantar keduanya ke bank dengan maksud mulia: membuat uang lebih aman tersimpan dibanding dibawa berkeliaran. Ternyata, Dona dan Doni sudah memahami itu karena ketika rekening mereka dicek, petugas menemui tabungan mencapai Rp130 juta. 

“Uang sebanyak itu dikumpulkan pengemis abang-adik puluhan tahun, mulai dari penyedia jasa becak barang hingga akhirnya menjadi mengemis keliling Kota Kutacane,” kata Kepala Satpol PP Aceh Tenggara Rahmad Fadli dilansir Serambinews. “Saya kira tabungan Rp135 juta memang hasil mengemis abang-adik hingga kini sudah mencapai puluhan tahun.”



Tapi, cerita paling epic terkait fenomena ini kami sematkan kepada Epon, perempuan berusia 50 tahun asal Kota Tasikmalaya.

Pada 2018, Epon terjaring razia Satpol PP karena kedapatan mengemis. Aparat lantas kaget ketika mendapati Epon membawa uang tunai Rp43 juta dan perhiasan emasnya. Saat ditanya, Epon mengaku dapat Rp300 ribu per hari dari hasil mengemis.

Petugas Satpol PP lantas mengantar Epon kembali ke rumahnya, hanya untuk mendapati Epon tinggal di rumah yang sangat layak huni. “Rumahnya bagus dan permanen. Jadi, dinilai tidak elok kalau dia mengemis. Menurut saya, mentalnya sudah di situ [mengemis], jadi meskipun punya uang banyak tetap mengemis,” kata Kasi Ketertiban Umum Satpol PP Tasikmalaya Hendih Junaedi kepada JPNN

Klimaksnya, Epon justru menawarkan amplop kepada petugas Satpol PP yang mengantarnya pulang sebagai ucapan terima kasih. Masih dalam suasana bingung dalam mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi, petugas menolak. “Gila saja kalau kita terima amplop itu,” tutup Hendih.

Cerita nyata tentang pengemis jutawan ini memaksa kami menutup tulisan dengan anekdot klasik bertema pengemis.

Pada suatu hari, seorang pengemis yang biasa mangkal di depan kampus Universitas Indonesia diajak berbincang oleh wartawan. Saat ditanya, sang pengemis mengaku hidup berkecukupan karena mendapatkan penghasilan yang lumayan dari hasil mengemis. “Saya punya dua anak, satu di Universitas Gadjah Mada dan satu di Institut Teknologi Bandung,” ujar sang pengemis. Si wartawan yang terkagum-kagum mendengar kisah inspiratif ini, lantas bertanya, “jurusan apa?”

Sang pengemis menjawab mantap, “Mengemis juga.”