Di hadapan tamu undangan, pengusaha Meksiko dengan bangga menyatakan dirinya hendak menciptakan perubahan bagi ribuan anak yang membutuhkan. Dia memamerkan sebuah lukisan, lalu dengan enteng membakarnya. Lukisan itu diyakini ciptaan Frida Kahlo, seniman Meksiko yang namanya telah diakui dunia.
Para tamu bersorak-sorai menyaksikan lukisan hangus dijilat api, sebuah momentum yang menandakan karya seni itu telah berubah menjadi 10.000 keping NFT, atau token yang tidak dapat ditukar.
Aksi bakar lukisan sontak membuat geger kalangan pencinta seni di seluruh dunia. Sementara itu, di dalam negeri, pengusaha bernama Martin Mobarak terancam diproses hukum apabila lukisannya terbukti karya asli pelukis yang tutup usia 68 tahun lalu. Klaim Mobarak bahwa hasil penjualan NFT akan disumbangkan ke badan amal tak berhasil memadamkan amarah publik.
Namun, ahli sejarah dan pakar seni memperingatkan belum ada yang bisa memastikan itu benar-benar lukisan asli Frida. Harga lukisannya pun menjadi bahan perdebatan. Mobarak mengaku dia membelinya seharga 10 juta Dolar (Rp152 miliar), sedangkan pakar menyebut harga aslinya tidak setinggi itu.
“Saya merasa ada yang aneh,” tutur Mary-Anne Martin, art dealer terkenal dari Amerika Latin yang mengurus penjualannya. Menurut Martin, lukisan itu baru dua kali terjual pada 2004 dan 2013—pembeli pertamanya sebuah yayasan, dan pembeli kedua seorang kolektor. Dia memastikan Mobarak bukan kolektor yang membeli lukisan tersebut. Martin bahkan baru mendengar namanya setelah video Mobarak viral di internet.
Berjudul Fantasmones Siniestros (Iblis Jahat), lukisan tinta dan cat air yang berukuran 9×6 inci itu menggambarkan hantu bermata besar yang ketempelan ikan, sapu, bebek, burung dan beberapa makhluk menyeramkan lainnya. Tulisan “Ini dia iblis jahat” terpampang besar di bagian atas kertas. Frida menggambarnya di buku harian.
Menurut pengakuan Mobarak kepada VICE World News, ia membeli lukisan dari seorang kolektor pada 2015. Akan tetapi, sejak lukisan itu menjadi miliknya, dia tak pernah sekali pun mengeluarkannya dari brankas. Mobarak baru memamerkan koleksinya pada hari lukisan itu dibakar, ketika dia mengadakan pesta di Miami. Dengan disaksikan 200 tamu yang berkumpul di tepi kolam renang, Mobarak membuka bingkai dan meletakkan lukisan di atas gelas martini sebelum dibakar.
“Orang mengira saya merusak lukisannya, padahal tidak,” tukasnya. “Justru dengan cara ini, saya memamerkannya ke seluruh dunia. Semua orang bisa melihat lukisannya. Tindakan ini jauh lebih baik daripada cuma dikoleksi secara pribadi.”
Satu NFT bergambar Fantasmones Siniestros dijual seharga 3 Ethereum (ETH), setara Rp61 juta. Jadi apabila keseluruhan NFT-nya ludes terjual, Mobarak akan meraup nyaris Rp611 miliar.
Para pemegang NFT akan menerima gambar beresolusi tinggi, salinan sertifikat lukisan dan “GIF dan loop film pendek yang dapat diproyeksikan ke bingkai foto digital dan tembok,” demikian bunyi keterangan di situs yang merayakan “transisi” lukisan Frida ke Metaverse.
NFT itu juga menyertakan bukti keaslian lukisan yang ditandatangani oleh art dealer Andrés Siegel di Meksiko pada 30 Juli, tepat sebelum lukisannya dibakar. Siegel yakin lukisan itu benar-benar diciptakan langsung oleh Frida. Menurut Mobarak, Fantasmones Siniestros miliknya disimpan di sebuah perusahaan swasta setelah diperiksa Siegel. Lukisan baru kembali ke tangannya saat hendak dibakar. VICE World News telah menghubungi Siegel, tapi tidak mendengar jawaban darinya.
Masalahnya, menurut spesialis seni Amerika Latin James Oles, lukisan Frida kerap dipalsukan, sehingga tidak ada jaminan sertifikat yang menyertainya benar-benar membuktikan lukisan itu asli. Menentukan keaslian suatu lukisan semakin sulit jika bukan berasal dari rumah lelang terkemuka. Oles menegaskan dirinya belum melihat langsung lukisan yang dibakar Mobarak, jadi dia tidak dapat menentukan lukisannya asli atau tidak.
Seiring meningkatnya ketertarikan seniman merambah dunia seni digital, aksi pengrusakan karya seni demi NFT semakin banyak terjadi. Tahun lalu, seniman Inggris Damien Hirst menjual 10.000 lukisan, yang masing-masing memiliki versi NFT-nya sendiri. Para pembeli diberi waktu setahun untuk memikirkan ingin koleksi lukisan fisik atau versi NFT-nya. Belum lama ini, Hirst mengumumkan rencananya membakar sebanyak 4.581 lukisan fisik karena pemilik memilih koleksi NFT saja.
Kolektif BurntBanksy juga membakar karya asli seniman tersohor Banksy dan mengubah formatnya jadi NFT. Namun, Paul Dylan-Ennis, profesor yang mendalami mata uang kripto di University College Dublin, mengatakan, tindakan mereka terinspirasi oleh karya Banksy yang rusak dengan sendirinya setelah laku terjual.
Mobarak berjanji akan menyumbangkan sebagian keuntungannya ke badan amal yang fokus membantu perempuan korban KDRT dan anak-anak penyandang autisme. Menurut pengakuannya, dia juga akan menyumbangkannya ke sejumlah lembaga seni terkemuka di Meksiko, termasuk museum Frida Kahlo. Institut Seni Rupa dan Sastra Nasional Meksiko telah menegaskan, Selasa (27/9) waktu setempat, pihaknya takkan menerima uang sepeser pun dari Mobarak. Institut itu juga tengah menyelidiki keaslian lukisan.
“Di Meksiko, penghancuran monumen artistik yang disengaja termasuk tindak kejahatan,” demikian bunyi keterangan pers Institut Seni Rupa dan Sastra Nasional Meksiko.
Dikenal sebagai istri seniman mural Diego Rivera, nama Frida Kahlo baru naik daun setelah ia meninggal pada usia 47. Karya-karyanya yang bernilai jutaan dolar begitu diminati dan telah menginspirasi berbagai produk pakaian. Tahun lalu, potret diri Frida “Diego y yo” terjual seharga US$34,9 juta (Rp532 miliar) di rumah lelang Sotheby’s, menjadikannya lukisan termahal yang diciptakan seniman Amerika Latin.