Serangan drone yang melukai dua polisi Meksiko menunjukkan betapa berpengaruhnya kartel narkoba di negara itu. Mereka menggunakan persenjataan lengkap dalam perebutan wilayah yang brutal di negara bagian barat Michoacan.
Melansir laporan media, Kartel Generasi Baru Jalisco (CJNG) melancarkan serangan drone ke markas polisi setempat awal pekan ini, tapi belum diketahui kelompok kriminal mana yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Narasumber VICE World News yang terlibat dengan CJNG di wilayah Aguililla menegaskan bukan kelompoknya yang melakukan itu. Dia menuduh saingannya sengaja menggunakan drone untuk “mengacaukan alun-alun” dan menarik perhatian polisi.
Walaupun ini bukan kali pertama anggota kartel melengkapi drone dengan bahan peledak, baru kali senjata udaranya menimbulkan korban luka.
Serangan tersebut terjadi di dekat kota Aguililla, jalan masuk strategis ke Tierra Caliente alias tempat budidaya opium yang sudah lama diperebutkan sindikat kejahatan terorganisir. Berbagai kelompok menginginkan wilayah itu untuk mengontrol rute peredaran narkoba dan operasi pemerasan. Tempat tersebut juga merupakan tanah kelahiran pemimpin CJNG, Nemesio Oseguera alias “El Mencho”.
Konflik wilayah telah meningkat selama empat bulan terakhir. CJNG berusaha merebut kendali daerah dari geng kriminal di sana. El Mencho digadang-gadang tertarik membangun kartelnya sendiri di kampung halaman.
Menteri Pertahanan Meksiko Luis Cresencio Sandoval González berujar, serangan drone terhadap kepolisian kota El Aguaje “tidak mengkhawatirkan sama sekali karena tidak seefektif yang mereka inginkan”. Menurutnya, drone tidak dapat mengangkut bahan peledak dalam jumlah yang mengkhawatirkan. González mengatakan, satu orang telah ditangkap.
Namun, Romain Le Cour dari lembaga riset Noria Mexico and Central America Program menganggap pemerintah menyepelekan serangan tersebut. “[Pernyataan tentara] berkaitan dengan wacana politik. Saya rasa Kementerian Pertahanan tidak dapat mengungkapkan bahwa mereka kewalahan akibat [serangan tersebut],” tutur peneliti yang telah menyelidiki dinamika kekuasaan di Tierra Caliente Michoacan.
Le Cour mengungkapkan, konflik senjatanya dipelopori dua geng terkemuka di Tierra Caliente yakni federasi geng lokal Carteles Unidos (United Cartels) dan CJNG. Selain untuk memantau wilayah kekuasaan, kedua kelompok memanfaatkan drone sebagai senjata yang dapat dikendalikan dari jarak jauh. Narasumber dari CJNG mengklaim United Cartels terlibat dalam serangan drone sebelumnya yang terjadi di dekat kota Tepalcatepec dan di wilayah pesisir negara bagian tersebut.
“Konfliknya sangat mengkhawatirkan karena [kelompok kejahatan terorganisir] sudah semakin inovatif dalam melakukan kekerasan,” ujar Le Cour.
Entah dari mana CJNG mendapatkan drone tersebut, tapi kartel ini suka memesan perlengkapan senjata dari Amerika Serikat secara online. Mereka bahkan membelinya melalui Ebay. Mereka membeli drone yang dijual bebas, lalu memodifikasinya sebagai senjata dengan memasang alat peledak.
Empat insiden yang terjadi sebelumnya melibatkan drone yang dilengkapi alat peledak improvisasi (IED). Laporan Small Wars Journal mengaitkan tiga dari empat serangan tersebut dengan CJNG.
Laporan menunjukkan, pasukan keamanan menyita senjata drone pada dua peristiwa sebelumnya. Serangan selanjutnya yang mengincar pejabat negara berhasil digagalkan, begitu juga dengan serangan yang ditujukan kepada Carteles Unidos. Tak ada satu pun dari serangan ini yang menyebabkan korban luka, setidaknya sampai insiden kelima terjadi.
“Kami mungkin akan mencapai titik kritis di mana sistem ini menjadi dilembagakan dalam operasi CJNG,” terang penulis dalam artikel terbaru mereka.
CJNG terkenal akan kekuatan militernya. Pada Juli 2020, video yang beredar di internet mempertontonkan sejumlah lelaki bertopeng berdiri di sekitar lusinan tank buatan sendiri dan truk sambil mengangkat senjata. Mereka melancarkan serangan terhadap pasukan keamanan dengan daya tembak mereka.
Pada 2015, helikopter tentara Meksiko jatuh tertembak peluncur granat roket milik CJNG. Insiden tersebut menelan 15 jiwa. Pada 2016, geng sekutu CJNG menjatuhkan helikopter kepolisian Michoacan dengan senapan Barrett kaliber .50 — salah satu senjata yang paling sering disita militer Meksiko. Lima orang tewas dalam peristiwa itu.
Namun, Le Cour melihat unjuk kekuatan baru-baru ini tampaknya dimaksudkan untuk menekan polisi agar memberikan kebebasan kepada CJNG untuk beroperasi di wilayahnya. Pemilu paruh waktu yang dijadwalkan pada 6 Juni menambah intensitas kekerasan. Kartel ingin memegang kendali atas otoritas sipil setempat.
Le Cour mengutarakan, pihak berwajib lokal dan federal di Tierra Caliente bersikap “pasif, terlibat atau bersekongkol” dalam konflik. Kadang-kadang kelompok kriminal memaksa pihak berwajib untuk mendukung mereka dengan menyerang markas besar.
Perang telah berkecamuk di Tierra Caliente sejak Desember 2006, ketika mantan Presiden Felipe Calderón melancarkan perang narkoba di Meksiko. Dia mengerahkan ribuan tentara ke negara bagian asalnya, Michoacan, untuk memberangus kartel yang berkuasa.
Amerika Serikat mengucurkan dana hingga miliaran dolar guna mendukung upaya pemerintah Meksiko. Namun, senjata kelas militer yang dibeli dari pasar legal AS diselundupkan untuk mempersenjatai kartel Meksiko.
Kasus pembunuhan di Meksiko telah naik lebih dari tiga kali lipat sejak 2006, dengan total 34.515 kasus pada 2020 — menjadikannya tahun paling kejam kedua dalam sejarah Meksiko. Michoacan menyumbang hampir tujuh persen dari seluruh kasus homicide pada 2020. Jumlahnya terus meningkat tahun ini.