Hector ‘Tata’ Saavedra mengumpulkan rekan-rekannya sesama petani, sembari memberi instruksi. Sore itu, saat tim VICE News berkunjung, dia dan belasan petani alpukat lain bersiap melakukan patroli rutin di puluhan hektar ladang mereka sembari menenteng senjata api.
Barangkali sulit bagi orang awam membayangkan macam apa risiko bercocok tanam alpukat, kok sampai petaninya perlu mempersenjatai diri. Nyatanya di Meksiko pemandangan ini makin lazim setahun terakhir, gara-gara kartel narkoba yang berusaha mencaplok bisnis ekspor alpukat ke kawasan Amerika Utara.
Alpukat adalah tanaman unggulan di Negara Bagian Michoácan. Permintaan alpukat terus meningkat di berbagai pasar internasional, khususnya dari Amerika Serikat, membuat petani setempat ketiban rezeki nomplok satu dekade terakhir. Nilai ekspor rata-rata per tahun mencapai US$3 miliar. Warga lokal bahkan menjuluki buah itu sebagai “emas hijau”.
Lezatnya hasil ekspor alpukat rupanya dianggap menggiurkan bagi kartel narkoba. Beberapa organisasi kriminal lantas ingin melakukan diversifikasi usaha, tak cuma mengandalkan produksi sabu-sabu, kokain, atau fentanyl.
Dua kartel level nasional yang terpantau rutin mencaplok dan menjarah lahan alpukat petani di Michoácan adalah kubu Jalisco dan Los Viagras. Kartel setempat yang tak kalah berpengaruh, Knights Templar, juga disebut-sebut ikut merecoki petani alpukat.
Saavedra sendiri memilih angkat senjata setelah kebunnya pada 2013 disantroni anggota Kartel Knights Templar. Dia menilai polisi lokal tak bisa diandalkan, sehingga bersama rekan-rekan petani di desanya, mereka pilih mempersenjatai diri.
“Sebelum bisa membeli senapan, kami melawan balik anggota kartel yang menjarah kebun pakai benda apapun. Mulai dari golok, tongkat kayu, sampai melempari mereka pakai batu,” Saavedra. “Sekarang, selain senjata kami melakukan pemblokiran total ke desa kami. Hanya ada satu jalan masuk, dan tak ada warga yang bisa keluar atau masuk tanpa terpantau.”
Sejak 2019 kartel mulai menyadari kalau petani tak lagi bisa digertak. Di tahun itu, beberapa anggota kartel Jalisco adu tembak dengan patroli Saavedra selama nyaris satu jam. Beberapa bulan terakhir, taktik patroli ini disebut warga efektif, karena penjarahan alpukat berkurang. Namun, tetap ada kekhawatiran bila kartel di masa depan kembali bertindak nekat.
Menurut Virgilio Augustín, salah satu petani alpukat di Michoácan, meningkatnya pasar ekspor buah itu merupakan berkah sekaligus kutukan. Dia berharap pemerintah Meksiko serius melindungi petani sepertinya yang sebetulnya sudah pusing menjaga keberlanjutan panen alpukat tanpa direcoki kartel.
“Bisa dibilang, bercocok tanam alpukat di negara ini benar-benar membuat kami menyabung nyawa,” kata Augustín.
Simak dokumenter VICE mengenai perang petani alpukat vs kartel di tautan awal artikel ini