Musik senantiasa hadir menemani setiap momen dalam hidup manusia. Jenis musik yang dipilih pun biasanya tergantung pada perasaan kita ketika mendengarkannya. Lagu-lagu galau yang menyayat hati enaknya diputar tatkala dirundung kesedihan, sedangkan lagu romantis bisa bikin kita terbawa suasana saat hati sedang berbunga-bunga.
Jadi kalau kamu nge-gep teman tiada henti dengerin “Autumn”-nya NIKI di Spotify, mungkin itu pertanda doi belum bisa move on dari mantannya yang berengsek.
Baru-baru ini, terungkap fakta bahwa musik favorit seseorang dapat menggambarkan “attachment style”, atau cara mereka menjalin hubungan dengan orang lain. Itu artinya musik tidak hanya mewakili isi hati orang, melainkan juga mengungkap pola relasi mereka.
Dalam konteks psikologi, teori keterikatan digunakan untuk mempelajari dinamika hubungan manusia. Teori ini mengusulkan, ikatan batin yang terbentuk antara anak dan orang tua selama masa pertumbuhan mereka akan memengaruhi cara mereka membangun hubungan dengan orang lain di masa depan, terutama dalam urusan percintaan.
Ada empat jenis attachment style yang dimiliki manusia. Orang dengan gaya keterikatan “secure” cenderung mampu menjalin hubungan yang dilandasi rasa saling percaya. Mereka juga lebih terbuka dan jujur soal perasaannya. Orang yang “anxious” biasanya takut ditolak atau ditinggalkan, sehingga mereka gampang cemburu dan butuh kepastian bahwa perasaannya terbalas.
Lalu ada gaya “avoidant”, yang membuat orang sulit menjalin hubungan intim karena mereka tak mampu berbagi perasaan. Orang-orang seperti ini sering kali tidak mudah percaya dan lebih suka hidup mandiri. Jenis terakhir adalah “anxious-avoidant” yang tidak menunjukkan gaya keterikatan jelas. Orang yang memiliki gaya ini terkadang kebingungan dengan dirinya sendiri.
Dalam studi yang terbit di jurnal Personal Relationships, para peneliti Universitas Toronto meminta 570 orang menyebutkan lagu favorit mereka dan menceritakan pengalamannya berhubungan dengan orang lain. Setelah itu, peneliti mempelajari lirik lagu untuk mencari tahu pola relasi mereka. Hasil analisis peneliti, yang melibatkan lebih dari 7.000 lagu, menunjukkan, orang cenderung menyukai lagu yang liriknya sesuai dengan gaya keterikatan mereka.
Menurut studi, orang yang gaya keterikatannya “secure” menyukai lagu-lagu, seperti “I Got You Babe” ciptaan Sonny & Cher, “At Last” Etta James, dan “I Love You”-nya Plain White T’s.
Orang dengan gaya “anxious” sering mendengarkan lagu-lagu, seperti “Wrecking Ball”Miley Cyrus, “Hotline Bling”-nya Drake, dan “Every Breath You Take”ciptaan The Police.
Sementara itu, orang yang sering menghindar dari hubungan intim biasanya suka lagu-lagu, seperti “No Scrubs” TLC, “Take A Bow” Rihanna, dan “The Hills” The Weeknd.
Lagu-lagu macam “I’m Not The Only One”-nya Sam Smith, “I Can’t Make You Love Me” ciptaan Bonnie Raitt, dan “Rolling in the Deep” Adele sering diputar oleh mereka-mereka yang memiliki gaya keterikatan terakhir.
Para peneliti juga mendalami lirik 800 lagu yang pernah masuk Billboard sepanjang 1946-2015. Mereka menemukan semakin ke sini, semakin banyak lagu yang menunjukkan gaya keterikatan “avoidant”. Seperti yang dijelaskan dalam studi, menjamurnya lagu galau semacam ini “mencerminkan tren peningkatan keterlepasan sosial”.
“Lirik lagu populer sejalan dengan tren sosiologis pemutusan hubungan sosial—orang lebih memilih hidup mandiri daripada berbagi dengan orang lain, yang akhirnya mereka merasa terisolasi,” terang peneliti Ravin Alaei.
Musik memang bisa membantu seseorang memahami emosi mereka. Tapi menurut penelitian ini, orang bisa semakin menenggelamkan diri dalam perasaan gara-gara musik yang didengar.
Orang anxious mungkin merasa “relate” dengan penggalan lirik “These days, all I do is / Wonder if you’re bendin’ over backwards for someone else / Wonder if you’re rollin’ up a Backwoods for someone else / Doing things I taught you, gettin’ nasty for someone else” dari “Hotline Bling”-nya Drake. Namun, jika mereka terlalu menghayati liriknya, bisa-bisa mereka jadi semakin takut memulai hubungan.
Alaei mengatakan, pendengar perlu menyadari betapa lagu bisa sangat memengaruhi perasaan dan cara berpikir. “Kamu bisa mendengarkan lagu yang mencerminkan perasaan sebanyak beberapa kali. Lalu kamu bisa menentukan apakah lagunya membantu atau malah memperkuat perilaku destruktif dalam diri. Pada titik tertentu, kamu mungkin merasa lebih produktif saat mendengarkan lagu-lagu yang memberi rasa aman.”
Untuk penelitian selanjutnya, Alaei dan rekan-rekan tertarik menggali pengaruh lirik lagu “relatable” terhadap kemampuan seseorang menjalin hubungan.
Follow Romano Santos di Instagram.