Pertumbuhan ekonomi Inggris yang melambat atau stagnan, diikuti dengan kenaikan harga yang terus terjadi, telah memaksa orang menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan tak sedikit yang nekat mengutil sembako di pasar swalayan supaya bisa makan.
Berdasarkan laporannya Juli lalu, Badan Statistik Nasional Inggris mencatat peningkatan aksi mengutil sebesar 21 persen dalam 12 bulan terakhir hingga Maret 2022. Barang-barang yang digondol umumnya berupa makanan, susu atau popok sekali pakai. Tindakan ini tampaknya menjadi jalan terakhir bagi mereka yang kelimpungan dihajar inflasi, khususnya ketika bank makanan tak mampu memenuhi permintaan yang membludak.
Di Inggris, orang yang kedapatan tidak membayar barang belanjaannya akan dikenakan sanksi, dilarang datang ke toko itu lagi, atau paling berat hukuman penjara. Tapi akhir-akhir ini, ada kasus pengunjung supermarket lolos dari pemeriksaan karena satpam sengaja menutup mata. Mereka sadar hidup sedang susah, jadi tak perlulah menambah kesengsaraan orang-orang itu.
Mike* bekerja untuk perusahaan yang menyediakan layanan keamanan terbesar di negara itu. Dia ditugaskan menjaga keamanan di pasar swalayan, dan cukup sering menyaksikan pengunjung mengambil makanan diam-diam. Namun, Mike bertingkah seolah-olah tidak ada yang terjadi. “Saya enggan menangkap atau melaporkan mereka ke polisi karena saya tahu kebutuhan rumah semakin tinggi,” ungkapnya. “Dari sembako, listrik sampai sewa kontrakan, semuanya serba naik. Saya enggak mau orang-orang kelaparan.”
“Anak mereka butuh makan. Saya tak tega menghentikan pengunjung yang diam-diam memasukkan barang ke tas, atau tidak membayar beberapa barang belanjaannya. Buat apa orang mencuri susu formula kalau tidak kepepet?” Mike melanjutkan.
Menurut lelaki itu, polisi cenderung sibuk di akhir pekan, sehingga lebih gampang meloloskan pengutil. “Saya yakin tak ada orang mencuri makanan karena memang suka mencuri,” imbuhnya.
Nick sependapat dengan Mike. “Orang bisa nekat kalau keadaannya terdesak. Saya selalu sedih melihat orang mencuri barang yang jelas-jelas buat anak mereka. […] Saya akan diam saja kalau barang yang diambil untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum.”
Carl, mantan satpam yang kini menyediakan jasa keamanannya sendiri, membeberkan tak semudah itu menangkap pengutil. Ada kalanya tugas ini berbahaya bagi satpam yang gajinya tidak seberapa. “Sudah terjadi pengutil menyerang atau melukai satpam yang menghentikannya,” tuturnya. “Bahkan ada satpam yang ditusuk saat melaksanakan tugas.”
“Lagi pula, kami tidak dapat mengejar mereka demi keselamatan.”
Saat ditanya ganjaran bagi satpam yang ketahuan membiarkan pengutil lolos, Carl menyebut manajer toko akan langsung memecat mereka. “Tapi masalahnya, sulit sekali untuk menindak mereka… Saya sendiri cuma bisa menangis ngeliat biaya hidup sehari-hari, jadi saya mengerti betapa susahnya hidup orang-orang di musim dingin ini,” katanya.
Tim mengiakan ucapan Carl, lalu menambahkan tidak gampang membuktikan apakah satpam sedang berpura-pura atau memang tidak sadar ada pengutil, terutama jika pelaku baru sekali datang ke supermarket. “Gimana caranya membedakan pengutil dan orang belanja biasa kalau banyak yang melakukannya? Akhir-akhir ini, orang tidak membayar satu dua barang yang mereka beli untuk mengurangi pengeluaran. Saya tidak bisa menyalahkan mereka. Teman saya juga ada yang begitu,” satpam supermarket memberi tahu VICE.
Sejumlah pasar swalayan di Wales telah meluncurkan skema baru dalam upaya menekan praktik pengutilan. Alih-alih melaporkan mereka ke polisi, pengutil akan diarahkan ke bank makanan dan lembaga amal terdekat.
Carl ragu upayanya akan berhasil. Tak ada alasan untuk mencuri sembako kalau bank makanan bisa menyediakan seluruh kebutuhan warga. “Saya rasa skema ini dibuat untuk meringankan tugas kami, tapi kenyataannya tidak seperti itu. Lorong makanan bayi dan alkohol paling rawan pengutil, jadi skemanya tidak akan mengurangi angkanya. Memangnya bank makanan selalu punya stok makanan bayi? Tentu tidak. Tak ada juga yang mau memberikan minuman keras kepada peminum berat.”
Program yang dijalankan pemerintah, seperti skema dan pemberian insentif, sudah terbukti tidak mampu membantu perekonomian warga. Pada saat biaya sewa meroket dan klaim tunjangan menyentuh titik terendah dalam 40 tahun terakhir (sedangkan Inggris menghadapi inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir), bantuan dari bank makanan dan badan amal tidak akan menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh berlakunya kebijakan penghematan selama lebih dari satu dekade.
“Kita ini ibarat bidak catur. Kita semua menghadapi krisis,” ujar Mike. “Mau kamu pengutil atau satpam, semuanya dirugikan dalam situasi ini.”