Kalau sekadar bicara popularitas, posisi primbon saat dibandingkan zodiak jelas timpang. Primbon adalah ilmu praktis yang bersumber dari sejumlah kitab klasik Jawa-Islam, berisi ramalan hingga rumus menentukan hari penting hingga tafsir mimpi. Khalayaknya terasa agak segmented, mengingat ilmu ini berasal dari tradisi masyarakat Jawa.
Kerap dicap klenik seiring dengan cap serupa pada kepercayaan Kejawen, stigma tersebut didukung pula oleh citra di media. Misalnya kayak yang ditampilkan iklan layanan SMS premium REG (spasi) PRIMBON yang berkeliaran beberapa tahun lalu. Lengkap dengan pembawa acara memakai blangkon yang mengaku bisa meramal peruntungan.
Stigma lain tentang primbon adalah penghayatnya kebanyakan orang Jawa yang udah tua. Biasanya di tiap daerah di Jawa Tengah atau Jawa Timur, pasti ada ahli primbon yang udah sepuh untuk jadi jujukan orang bertanya. Yang masih populer banget, ahli ini didatangi ketika ada keluarga Jawa yang mau mengadakan acara pernikahan.
Situasi astrologi, setidaknya di Indonesia, beberapa tahun terakhir amat berkebalikan dari primbon. Ia adalah diskusi menarik hampir di setiap tongkrongan anak muda. Hampir setiap media massa yang menyasar ceruk remaja punya rubrik horoskop yang meramal peruntungan keuangan, karier, hingga percintaan selama seminggu atau sebulan ke depan.
Eksposur besar ini bikin kita percaya bahwa Cancer dan Virgo itu cocok sahabatan, atau Capricorn emang dari sononya perfeksionis. Tidak usah mengelak, tentu ada saat kita mempertimbangkan masukan zodiak di majalah tersebut dengan satu atau lain cara. Lalu, seperti apa profil seorang “pakar” astrologi di masa sekarang? Ternyata didominasi anak muda, dan rata-rata berasal dari kelas sosial menengah ke atas.
Padahal, kalau dilihat-lihat, mereka adalah sisi berbeda dari koin yang sama. Primbon dan zodiak, dengan caranya masing-masing, diklaim merupakan pengamatan kultural sekaligus rumusan pola dari berbagai kejadian selama ratusan tahun lamanya. Kedua ilmu ini juga meyakinkan kita bahwa kejadian alam sangat memengaruhi watak manusia.
VICE berinisiatif mempertemukan secara virtual pemercaya zodiak dengan pemercaya primbon untuk mengupas lebih dalam seberapa sama dan berbedanya kedua kepercayaan ini. Ada Mahayu Kusuma Dewi, lulusan Sastra Jawa UGM yang semasa kuliah kerap dieksploitasi teman-temannya untuk membuka stan meramal ala primbon di setiap acara kampus.
Mahayu ngobrol sama Ajeng Putri Lenggogeni, pencinta zodiak akut yang merasa Kota Jakarta adalah Cancer, sehingga siapa pun yang di tinggal di sana akan lebih emosional dan meledak-ledak.
Berikut ringkasan perbincangan mereka:
Ajeng: Hi Mahayu, boleh diceritain gimana pengalaman pertama ketemu primbon?
Mahayu: Keluargaku itu Kejawen banget. Jadi, aku pertama kali kenal primbon di rumah Eyang. Waktu itu aku kelas 3 SD. Pas pulang sekolah, aku menemukan buku yang tebal, lusuh-lusuh, dan menarik, judulnya Primbon Mujarobat Kubro. Isinya kayak rapalan, seperti mantra gitu, berdasarkan Al-Qur’an yang bisa ditulis di kertas terus kita bawa ke mana-mana.
Lalu ada juga Primbon Katuranggan, itu [salah satu contoh] isinya [adalah] cara melihat perempuan dari bentuk hidungnya, bentuk bibirnya, dan cara jalannya. Itu semua ada artinya buat orang Jawa. Akhirnya dari situ ketemu primbon yang ngomongin perjodohan. Dari situ aku tertarik dan menyelami.
Ajeng: Kamu percaya?
Mahayu: Iya, mungkin karena ketertarikan tadi dan kebiasaan yang dibawa keluarga. Kamu sendiri kenapa percaya zodiak?
Ajeng: Aku percaya karena Mama aku tuh percaya banget. Beliau emang tipe yang percaya hal-hal kayak gitu. Selain zodiak, juga feng shui. Pas aku TK, mamaku tuh sering ngomong ke aku, “Duh, kamu tuh Cancer banget,” tanpa aku paham maksudnya. Seiring berjalan waktu dan semua informasi serba-mudah diakses, aku mulai kepo-kepo soal zodiak pas kuliah tingkat akhir, sekitar 2014-2015. Dari situ, aku mulai ngeliat orang based on zodiac.
Mahayu: Kamu percaya soal ramalan Zodiak di majalah-majalah itu?
Ajeng: Nah, aku sebenarnya enggak pernah percaya zodiak itu untuk ramalan masa depan. Kalau buat aku pribadi, aku menggunakan zodiak untuk hidup sehari-hari, just to know people, kenapa orang ini punya sifat begini. Lama-lama, zodiak jadi cara berpikirku kenal sama orang, nge-judge orang, bahkan sampai cari pacar. Aku sampai kalau kenal orang, kucek dulu zodiaknya.
Aku juga ngeliat kota atau negara pakai zodiak. Misalnya, Jakarta nih Cancer, jadi meledak-ledak dan emosional banget kalau di kota ini. Kalau Bandung itu Libra, jadi menenangkan dan charming. Kalau negara, Indonesia tuh Leo, makanya dia self-centric banget, don’t give a fuck about others opinion gitu. Di primbon ada yang gitu?
Mahayu: Ada, zodiaknya orang Jawa namanya mangsa. Ini semua tuh ilmu titen, kalau orang Jawa bilang. Orang jaman dulu selalu memperhatikan bagaimana orang yang lahir di bulan tertentu maka punya sifat tertentu pula. Jadi, ini adalah kumpulan dari banyaknya data yang saat itu mereka dapat, lalu dijadikan tulisan.
Ajeng: Kebetulan aku orang Jawa dan mau menikah. Kan di primbon itu kalau enggak salah ada perhitungan tanggal baik. Sebenarnya, ada caranya enggak sih? Atau, harus ada orang khusus yang ngitung?
Mahayu: Kalau mau ngitung sendiri, situs primbon.com itu sudah cukup akurat lho. Dulu pas aku nikah, aku ketemu ahli di Museum Radya Pustaka, Solo untuk dicarikan tanggal baik. Hasilnya ternyata mirip-mirip sama hitungan primbon.com. Cuma kalau sama ahli langsung, jadi lebih jelas dan lebih detail gitu karena bisa nanya-nanya. Biasanya caranya tanggal lahirmu [biasa disebut weton] dan calon suami dijadikan satu, lalu akan muncul lima hari baik untuk menikah.
Ajeng: Di primbon ada pantangan soal jodoh enggak?
Mahayu: Ada. Aku tahu dari almarhum papaku. Kata beliau, paling pantang kalau ketemu jodoh yang jaraknya 3, 6, dan 9. Katanya, kalau ada unsur ketiga angka itu, pernikahan kita punya dua kemungkinan, antara menjadi kaya namun enggak bahagia, atau bahagia tapi enggak kaya. Makanya aku suka ngitung setiap kali deket sama cowok. Kalau jaraknya 6 tahun, wah enggak jadi. Hahaha.
Pernah almarhum Papa tahu pacarku jaraknya 3 tahun, dia langsung menolak gitu. Aku dijelasin bahwa nanti hidupku gini-gini-gini kalau dilanjutin.
Sebenarnya, wetonku sama suami itu enggak cocok [untuk menikah]. Katanya bakal berantem terus. Tapi, ada pantangan [biar selamat], yaitu jangan makan rebung, padahal aku suka banget makan rebung, tapi aku relakan deh. Aku jadiin ini gimana caranya biar kita enggak berantem terus, pedoman untuk mengantisipasi masalah.
Di Primbon tuh kan detail banget ya, sampai ke bentuk fisik dan cara jalan. Kalau zodiak sebenarnya sedetail itu enggak?
Ajeng: Sebenarnya selain sun sign dan moon sign [posisi bulan dan matahari saat kita lahir yang menentukan zodiak kita apa], kalau di zodiak sendiri ada yang namanya rising sign. Itu impresi pertama orang ngeliat kita. Jadi bisa sun sign-nya Virgo tapi rising sign kamu Scorpio. Misalnya aku, aku tuh Cancer tapi rising sign-ku Scorpio. Jadi, orang ngeliat aku pertama kali biasanya terkesan jutek dan galak kayak Scorpio.
Selain rising sign, zodiak yang melekat di satu orang itu ada juga Mercure sign alias gimana kita bersikap di lingkungan kerja atau akademik, Venus sign itu soal percintaan, Mars sign itu jenis orang yang kita sukai, atau Jupiter sign itu sifat kita ketika dalam tekanan. Tiap orang ada juga elemen alamnya, misalkan earth dominant itu biasanya orangnya tahu apa yang dia lakukan sampai akar-akarnya. Atau, kalau air dominant itu mudah bersosialisasi dan berkomunikasi.
Mahayu: Pernah salah enggak menebak orang dari zodiak?
Ajeng: Salah tuh pernah, biasanya karena baru kenal banget. Ya kalau belum ngobrol kan yang keliatan rising sign-nya ya. Tapi, biasanya kalau udah kenal tuh aku bisa nebak di antara dua pilihan, biasanya bener.
Mahayu: Apa salah kaprah paling umum soal zodiak?
Ajeng: Aku tuh sempat bikin podcast dan beberapa kali ngebahas ramai-ramai soal salah kaprah Zodiak di Clubhouse. Aku pengen banget mengedukasi ke orang-orang kalau zodiak itu enggak cuma satu sign kayak sun signs [yang ditentukan dari hari lahir] doang, karena ya enggak menjustifikasi sifat orang seutuhnya. Kan ada mercury sign dan lain-lain itu.
Ajeng: Kalau salah kaprah paling umum soal primbon ada?
Mahayu: Duh, zaman kuliah sampai sekarang, temenku tuh kalau dekat sama cowok itu tanya ke aku loh. “Cowok ini gimana ya?” Lah, emangnya aku dukun.
Ajeng: Itu tipikal banget sih. Sebenarnya kan kita tahu orang itu [dari zodiak atau primbon] ya bukan cuma buat tahu sifat dia, tapi lebih ke kayak bagaimana bersikap di sekeliling dia kan.
Mahayu: Betul, sratenan kalau kata orang Jawa. Artinya jadi bisa lebih ngerti cara memperlakukan orang. Tapi ya, aku tuh ngerasa perlakuan orang tentang zodiak sama primbon itu beda, meski esensinya banyak yang mirip. Ketika orang ngomong zodiak itu terdengar logis dan bisa dijelaskan. Sementara kalau primbon itu langsung kena stigma klenik duluan.
Ajeng: Itu karena bungkusnya enggak sih? Orang Indonesia kan rada-rada Americanized, hahaha…. Mereka kayak lebih suka pop culture yang dari luar gitu. Oh ya, sama perzodiakan ini kan umum diketahui karena infonya mudah diakses. Rasanya kalau primbon itu informasinya terbatas gitu. Coba bayangin ada orang ngomongin sifat orang lain begitu-begini karena dia lahir Selasa Pon, respons orang jadi kayak “apaan sih.”
Ajeng: Eh tapi aku penasaran, beneran primbon itu diajarin cara membaca firasat juga? Kamu pernah ngalamin?
Mahayu: Iya, itu kejadian ke aku.
Setahun sebelum papaku meninggal, burung gagak selalu bunyi karena ngelewatin rumah, padahal sebelumnya enggak pernah. Mereka lewat tiap hari, enggak pernah bolong, bisa sampai jam 1 dan jam 2 dini hari. Kemudian selang empat bulan, sebelah rumahku ada yang pacarnya meninggal, terus mamaku [yang juga pemercaya primbon] mikirnya mungkin gagak itu nyamperin rumah sebelah.
Tapi, setelah kejadian itu kok gagaknya masih bunyi terus, sampai akhirnya papaku divonis kanker stadium empat. Yang jadi masalah, gagaknya ini cuma lewat, enggak bertengger depan rumah. Padahal kalau mereka bertengger, di primbon ada kegiatan tolak balanya dengan cara mengusir gagaknya pergi. Pas papa udah enggak ada, gagak-gagak ini sama sekali enggak pernah lewat.
Contoh lain, di primbon juga dibahas kalau kuping kita berdenging itu biasanya kita mau dapat rezeki. Bahkan, di primbon ada detail jamnya. Misal, kalau kuping kanan atau kiri gitu, aku lupa, kalau dengingnya jam 7 sampai 8 malam biasanya kita mau diajak makan-makan gitu, dan itu di aku benar-benar terjadi, aku juga heran.
Ajeng: Aku tuh lahir Selasa, dan adikku lahir Sabtu. Katanya, Selasa sama Sabtu itu hari sial, terus kalau ada orang meninggal hari Selasa atau Sabtu itu biasanya “ngajak orang” ya?
Mahayu: Yang aku pelajari, kalau orang meninggal hari Sabtu itu memang suka “ngajak”, makanya ada tolak balanya, yaitu mecah genteng. Kalau Selasa sendiri emang terkenal angker. Orang kan tahunya yang angker itu malam Jumat Kliwon, padahal sebenarnya Selasa Kliwon. Setahuku, Selasa sama Sabtu enggak ada masalah [soal hari Sial]. Malah yang terlahir Sabtu Kliwon itu katanya bakal terlahir kaya raya.
Mahayu: OOT dikit tapi ini aku penasaran, kenapa ya banyak presiden Indonesia yang Gemini?
Ajeng: Hahaha. iya betul banget. Aku juga sering tuh lihat zodiaknya para publik figur. Misalnya, Ahok dan Bu Risma itu zodiaknya menjelaskan sifat mereka yang suka marah-marah.
Kalau ngomongin presiden dengan Gemini, mungkin karena Gemini itu jago ngomong. Gemini dan Libra, mereka bisa ngambil hati orang lain, mendapatkan pengikut atau fans. Mereka bisa menenangkan hati orang-orang gitu karena jago banget ngomong, kayak Sukarno dan Soeharto gitu.
Kalau Bapak yang sekarang ini sebenarnya antara Gemini dan Cancer, jadi ada beberapa sifat yang kayak… hmmm, ya tahu lah, tapi ngeri kalau dibahas hahaha….
Yang bisa aku bilang, Sandiaga Uno itu Cancer banget, Bu Risma [Tri Rismaharini] itu Scorpio banget. [Donald] Trump sendiri Gemini karena dia juga jago ngomong, gimmick menjanjikan. Emang jadinya banyak cewek sakit hati sama cowok Gemini, mulut manis banyak janji sih, hahaha….
Mahayu: Cowok-cowok juga banyak sakit hati sama cewek Gemini. Hahaha….
(Untuk mengakhiri sesi ngobrol, saya meminta Ajeng dan Mahayu membaca perangai dan peruntungan saya menurut primbon dan zodiak dengan memberi tahu hari, tanggal, dan jam saya lahir. Itung-itung sebagai pegangan, siapa tahu saya sebenarnya berbakat menjadi rockstar.)
Mahayu: Kamu rajin bekerja, tapi agak naif. Karena lahir di Rabu Pahing, biasanya orangnya keras, pendiriannya teguh, jadi susah diomongin, mau hal baik atau buruk. Yang enggak bagus, kamu bisa keras karena gengsi aja gitu. Kamu mengutamakan harga diri, kesucian. Kamu disiplin tapi enggak suka menonjolkan diri. Cocoknya pekerjaan di bidang komunikasi atau wartawan. Wah pas banget ya!
Terus, katanya umur 29 keuanganmu stabil sehingga tidak kekurangan
(Goks, satu tahun lagi! Saya siap menyambut kekayaan.)
Ajeng: Rising sign kamu Capricorn, menandakan kamu pekerja keras, banyak mikir kerjaan. Benar kata Mahayu, pendiriannya teguh.
Sun sign dan moon sign kamu Virgo, you are really too hard on yourself. Get a rest, deh hahaha…. Kamu keras kepala, enggak mau minta maaf, idealis banget sama apa pun yang kamu pegang, misalnya cara hidup dan visi hidup.
Mercure sign kamu Libra. Di kantor atau kampus, kamu disukai banyak orang soalnya easy going.
Venus sign kamu Leo, tandanya kamu keras dan sedikit narsis sama pasangan, merasa harus diperhatikan. “Aku kurangnya apa ya? Kayaknya aku udah keren banget,” kira-kira begitu cara pikir kamu. Ya kamu maunya diurusin like a Leo aja gitu.
Mars sign kamu Libra, menandakan kamu suka sama orang yang visually pleasing. Kamu suka sama orang yang cakep dan mementingkan estetika dari pasangan.
Terakhir, Jupiter sign kamu Libra. Kalau dalam tekanan, kamu suka bingung dan gelisah sendiri.