Jauh sebelum kehadiran layanan streaming musik, kompilasi lagu telah menemani hari-hari kita. Hanya saja formatnya masih berupa CD mixtape atau daftar lagu pilihan yang diputar melalui MP3 player.
Sekarang kita bisa menikmati musik dengan mudah melalui platform-platform seperti Spotify, Apple Music dan YouTube. Ada miliaran playlist yang tersedia untuk segala kesempatan. Kamu ingin tahu rasanya terkurung di gedung bekas gereja selama invasi zombie? Bisa. Atau kamu tertarik mendengar lagu-lagu yang menyebutkan selai kacang dalam liriknya? Playlist ini khusus untukmu.
Namun tentunya, setiap orang punya selera musiknya masing-masing. Ada kalanya kita kurang sreg dengan lagu-lagu yang dipilihkan pencipta playlist, atau vibe yang ingin disampaikan melalui playlist belum cukup menggambarkan suasana hati kita saat mendengarkannya. Itulah sebabnya orang sering membuat sendiri playlist sesuai kebutuhan, baik itu genre, mood maupun tema tertentu. Apakah kamu ingin menciptakan suatu vibe (misalnya seperti energik, santai atau sensual) yang tidak membosankan jika dinikmati untuk waktu lama? Ataukah kamu tertarik mengajak pendengar mengarungi lautan emosi yang terkurasi dengan baik?
Kami ngobrol bareng tiga orang yang ahli di bidangnya, dan meminta mereka membagi rahasia menyusun playlist asyik anti skip.
Semua bisa jadi inspirasi playlist
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, kamu dapat mengekspresikan apa pun yang kamu inginkan lewat playlist—perasaan, momen spesial, kebiasaan sehari-hari atau genre. Selama kamu merasa lagunya cocok dijadikan playlist, kamu bebas untuk membuatnya.
“Sebagian besar playlist saya dibuat berdasarkan suasana hati, atau saat saya merasa lagu-lagunya pas untuk disatukan [menjadi sebuah playlist],” ungkap Carlos West, co-founder label rekaman Neon Records di Sydney, Australia, yang bekerja sampingan sebagai DJ.
West memiliki lebih dari 200 playlist di akun Spotify dan Apple Music miliknya. Ada playlist pengantar tidur, teman nyimeng, buat olahraga hingga lagu latar ‘ena-ena’. Dia juga membuat playlist sesuai genre, seperti Afro-Electronica, Latin, Classic Dance dan Jazz.
Sementara itu, desainer grafis Anya Benedicto memikirkan vibe seperti apa yang ingin diciptakan dalam pilihan lagunya. Playlist-nya yang paling terkenal merupakan kumpulan lagu house klasik dari akhir 90-an hingga awal 2000-an.
“Playlist saya bisa tentang perasaan, atau bahkan memberi kesan seolah-olah saya tokoh utama dalam film,” terang perempuan yang tinggal di Manila. Dengan kata lain, setiap daftar lagu yang disusun Benedicto punya tema atau konsep untuk segala mood dan situasi.
Temukan lagu baru setiap hari
Ada puluhan juta musik yang tersedia di dunia ini, sedangkan Spotify sendiri merilis sekitar 60.000 lagu baru setiap harinya. Pilihan yang beragam memang mempermudah kita menemukan lagu yang pas untuk playlist, tapi proses pencariannya itu yang tidak gampang.
Sebagian orang menganggap lagu baru keren jika banyak yang menyukainya, padahal kenyataannya tak selalu begitu. Abdel Aziz, DJ dan produser musik di Manila, menyebut bagus tidaknya playlist bukan ditentukan dari popularitas lagu di dalamnya. Yang mesti kamu perhatikan adalah lirik dan melodinya mampu membuat pendengar terhanyut hingga lagu terakhir. Dengan demikian, kamu harus rajin-rajin menggali perpustakaan musik dunia yang terus berkembang. Aplikasi seperti Shazam, atau bahkan fitur radio dan Release Radar Spotify sangat berguna untuk hal ini.
Siapkan playlist “cadangan”
Terkadang kamu butuh waktu untuk menentukan lagunya lebih cocok dimasukkan ke playlist yang mana. West biasanya akan membuat daftar lagu khusus dan mendengarkannya berulang kali hingga ia mendapat ide tema yang sesuai.
“Setiap ada lagu yang saya sukai, saya pasti akan memasukkannya ke playlist ‘At The Moment’ yang saya dengarkan setiap hari. Jika saya benar-benar menyukai lagunya, saya baru menambahkannya ke daftar putar permanen yang sesuai dengan suaranya,” terang West.
Pertimbangkan playlist-nya bisa di-shuffle atau tidak
Aziz selalu memastikan playlist ciptaannya mampu membangkitkan permainan emosi yang menarik. Karena itulah dia menyusun lagu sesuai urutan, dan tidak pernah memutarnya dalam mode shuffle.
“Tiga lagu pertama menjadi bagian paling penting karena menentukan tone playlist,” tuturnya. Aziz lebih lanjut mengatakan, playlist-nya cenderung dimulai dengan lagu-lagu bertempo lambat.
Di sisi lain, West tidak terlalu mementingkan urutan lagu. Dia juga suka nge-shuffle playlist buatannya.
“Sebagian besar lagu dalam playlist diurutkan berdasarkan tanggal lagu itu ditambahkan. Lagu paling baru selalu ada di atas. Dengan begini, orang yang mengikuti playlist saya akan tahu daftar lagunya sering diperbarui,” kata West.
Perkara playlist-nya kudu diputar secara berurutan, atau bisa di-shuffle, tentunya tergantung pada konsep yang hendak kamu wujudkan. Bagi Benedicto, playlist yang ditujukan untuk memeriahkan suasana pesta wajib memperhatikan flow dan transisi musiknya. Akan tetapi, Benedicto juga punya playlist yang bisa dimainkan secara acak tanpa merusak suasana. Itu karena lagu-lagunya memiliki ketukan dan ritme yang konsisten.
Utak-atik playlist sampai puas
West mengaku selalu merapikan playlist-nya.
“Sesekali saya mengecek playlist dan memikirkan apakah bisa lebih ringkas, tepat sasaran, atau lagunya sudah basi,” ujarnya. Bagi West, playlist yang sempurna “all killer, no filler”, yang berarti semua lagunya melengkapi satu sama lain dan memenuhi esensi playlist. Jangan sampai mood, gaya dan energi keseluruhan playlist tidak konsisten.
Follow Romano Santos di Instagram.