Pada 12 Juli 2022, penggemar manga, khususnya genre shonen, akhirnya bisa kembali membaca lanjutan Chainsaw Man karya Tatsuki Fujimoto. Manga tentang pemuda pemburu iblis yang termotivasi bekerja karena ingin memegang tetek perempuan itu, sangat dinanti-nanti part 2-nya oleh banyak pembaca majalah digital JUMP+.
Sekilas premisnya sangat tidak dewasa (pahlawan mana coba yang ambisinya sekadar ingin memegang tetek?), dan sepanjang part 1, banyak sekali bertebaran adegan sadis. Manga ini jelas tidak untuk semua jenis pembaca. Namun, di balik sadisme atau plot kekanak-kanakan, tersimpan cerita menyentuh mengenai esensi kasih sayang, ikatan keluarga, kesehatan mental, hingga kritik atas upaya negara mengendalikan hidup semua orang.
Tokoh utama Chainsaw Man bernama Denji, bocah remaja yang tidak pernah sekolah, karena dua orang tuanya meninggal saat dia masih ingusan. Tragisnya lagi, mendiang ayahnya meninggal utang besar kepada mafia, yang lanjut menagihnya ke Denji. Sebagai yatim piatu, dia terpaksa menyambung hidup dengan cara memburu iblis (di setting cerita Chainsaw Man, iblis alias devil, adalah mahluk yang biasa muncul di ruang publik. Ada yang jahat, banyak juga yang lemah atau malah bisa jadi peliharaan). Untuk membasmi iblis yang mengganggu ketertiban, Denji dibantu iblis anjing berbentuk gergaji yang dia namai Pochita.
Sejak awal cerita, pembaca akan menyadari bahwa Denji bukan tokoh utama khas genre Shonen. Dia tidak memiliki atau ingin berteman, dia remaja yang nyaris tak mengenyam pendidikan, buta huruf, miskin absolut, dan cita-citanya tidak besar seperti menjadi raja bajak laut atau hokage. Harapan paling muluk Denji hanyalah ingin makan roti tawar dengan selai serta merasakan pacaran.
Nasib buruk membuat Denji meregang nyawa di tangan mafia yang menjeratnya dalam kubangan utang. Di titik itu, Pochita menawarkan kontrak pada Denji: tetap hidup dan capai semua cita-cita yang sebenarnya tidak muluk itu (khususnya soal pacaran dan memegang tetek).
Denji terlahir kembali menjadi Chainsaw Man, manusia separuh iblis yang bisa mengubah kepala, tangan, serta kakinya menjadi gergaji mesin yang sangat tajam. Berbekal tubuh barunya, Denji menjalani hidup yang baru sebagai pegawai Biro Keamanan Publik, di bawah naungan pemerintah Jepang. Kehidupan sebagai ASN itu mempertemukan Denji dengan Makima, salah satu tokoh terbaik shonen dalam kurun 10 tahun terakhir. Denji naksir Makima, perempuan pertama yang memperlakukannya seperti manusia normal. Cintanya pada Makima membuat Denji berkenalan dengan sosok yang bisa dia sebut teman, sekaligus berurusan dengan banyak iblis berbahaya, Yakuza, hingga pemerintah negara lain.
Menceritakan plotnya lebih lanjut tentu masuk kategori spoiler. Tapi intinya, ini jenis manga yang tidak bisa kalian tebak arah ceritanya. Lupakan pakem-pakem shonen yang biasa kalian baca. Fujimoto, yang sering disebut-sebut sebagai salah satu bakat muda terbaik di penerbit JUMP, sanggup membuat kalian kehilangan kata-kata karena tiap babnya rutin membawa kejutan baru.
Satu aspek yang paling menarik dari Chainsaw Man adalah gaya gambar Tatsuki Fujimoto. Garis-garis yang dia goreskan cenderung kasar, kadang seperti belum selesai dipoles. Namun karakter ilustrasi itu justru cocok untuk berbagai adegan kekerasan sadis yang menghiasi manga ini. Mangaka berusia 28 tahun itu juga piawai menggambarkan cara manusia bergerak, serta emosi dari guratan wajah. Satu hal yang perlu digarisbawahi: Fujimoto adalah penggemar film kelas berat. Selama membaca Chainsaw Man, kalian mungkin akan menemukan referensi adegan film tertentu, mulai dari The Raid sampai Sharknado.
Hal lain yang membuat karya Fujimoto terasa lebih segar dibanding mangaka lain segenerasinya, adalah caranya menghidupkan imajinasi tentang neraka serta dunia iblis. Manga tentang pemburu iblis sudah banyak tayang di Shonen JUMP atau Shonen Magazine. Namun Chainsaw Man berusaha mengakali plot klise tersebut, dengan menjelaskan bahwa iblis hadir dari ketakutan manusia pada ide atau benda tertentu.
Itu sebabnya ada iblis yang lemah (berapa banyak coba orang yang takut sama tomat?), ada juga iblis yang amat kuat. Desain iblis-iblis dengan kekuatan menakjubkan dalam manga Chainsaw Man jelas tidak mengikuti pakem manga shonen kebanyakan. Contohnya adalah iblis kegelapan. Sepanjang bab yang menampilkan Denji dkk berhadapan dengan iblis kegelapan, pembaca manga bisa merasakan bahwa musuh tersebut tidak berasal dari dunia yang fana, yang kita tinggali. Dari konsep gambarnya yang absurdis bahkan psikoanalitis, pembaca bisa memahami kenapa manusia sejak masa purba takut pada gelap.
Oh, ada satu hal yang lupa disebutkan. Chainsaw Man, terlepas dari adegan kekerasannya, sangat lucu. Nasib sial tokoh bernama Kobeni dan mobilnya, termasuk lelucon terbaik yang ikonik dari manga ini.
Hanya saja, pokok utama komik ini ternyata adalah upayanya merenungi makna hidup serta kemanusiaan. Karena itu, pembaca mungkin akan merasa depresif, tapi tidak kehilangan optimisme. Denji tumbuh bersama pembaca. Dia remaja buta huruf yang awalnya tidak mengenal dunia. Namun lambat laun, dia akan mempelajari (lewat insiden traumatis) betapa pentingnya ikatan keluarga, serta kenapa kita sepatutnya selalu menghargai hidup.
Hal lain yang patut dipuji dari Chainsaw Man adalah keberaniannya sebagai manga shonen menyinggung situasi politik global. Di dunia penuh iblis rekaan Fujimoto, salah satu iblis terkuat adalah iblis pistol (gun devil). Kemunculan iblis pistol akan menjadi salah satu plot utama manga ini, tak hanya melibatkan pemerintah Jepang, namun juga Amerika Serikat. Plot soal gun devil akan menunjukkan bahwa Fujimoto cerkas mengkritik ideologi tiap negara, yang demokratis sekalipun, yang tak segan menggunakan kekerasan dan mengontrol kebebasan sipil dengan dalih melindungi “stabilitas”.
Chainsaw Man terakhir kali terbit pada Desember 2020, mengakhiri babak pertamanya yang diberi tajuk “Biro Keamanan Publik”. Part 2 yang belum lama terbit selanjutnya akan menyajikan kisah Denji memulai hidupnya sebagai pelajar.
Komunitas penggemar manga serta anime juga memprediksi popularitas Chainsaw Man bakal melesat drastis ketika adaptasi animenya tayang akhir tahun ini. Studio Mappa, yang memproduksi Jujutsu Kaisen dan Attack on Titan, menggarap adaptasi Chainsaw Man. Mutu animasinya tidak perlu lagi dipertanyakan.
Dengan adanya part 2 ini, kalian yang mungkin baru sebatas mendengar soal popularitas Chainsaw Man bisa mengejar ketertinggalan. Yakinlah, kalian tidak akan menyesal, selama tahan melihat adegan-adegan kekerasan. Kalian akan merasakan patah hati, kesedihan, tapi juga meyakini bahwa hidup memang layak dipertaruhkan.