Berita  

Kaban BPBD NTT Himbau Masyarakat NTT Waspada La-Nina dan Risiko Bencana Hidrometeorolog

kaban-bpbd-ntt-himbau-masyarakat-ntt-waspada-la-nina-dan-risiko-bencana-hidrometeorolog

KUPANG, LIPUTAN4.COM – Menanggapi Siaran Pers BMKG Pusat (18/10/2021) terkait peringatan dini terhadap La-Nina dan Peningkatan Risiko Bencana Hidrometeorologi di hampir seluruh wilayah Indonesia dan tanpa kecuali NTT diakhir Tahun 2021, Kepala Badan (Kaban) BPBD NTT, Ambrosius Kodo mengingatkan sekaligus menghimbau masyarakat NTT untuk tidak lengah dan selalu waspada terhadap cuaca yang terus berubah diakhir-akhir ini.

Kepada awak media liputan4.com, Selasa (20/10/2021), Kaban BPBD NTT, Ambrosius Kodo menerangkan bahwa bencana hidrometeorologi terjadi diakibatkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin.


“Bencana hidrometeorologi itu sebuah bencana yang diakibatkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin”. Ungkap Kaban Ambros.

Kaban BPBD NTT Himbau Masyarakat NTT Waspada La-Nina dan Risiko Bencana Hidrometeorolog
Kaban Bpbd Ntt, Ambrosius Kodo

Menurut Ambros, NTT termasuk dalam wilayah rawan bencana hidrometeorologi baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Hal ini dapat dilihat ketika sering terjadinya bencana banjir, tanah longsor, angin kencang serta terjadinya kekeringan. Maka selaku Kaban BPBD NTT, Ia mengingatkan sejak dini agar seluruh masyarakat NTT tetap waspada dan tidak boleh lengah dengan kondisi cuaca. Himbau Ambros Kodo.

Lanjutnya, Jika terjadi hujan lebat dengan waktu yang panjang, maka warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai dan di lereng yang cukup miring segera mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman.

Ambros menambahkan, penting masyarakat harus waspada dan mengindahkan atas himbauan oleh BMKG pusat maupun daerah, apalagi masyarakat yang tempat tinggalnya berada di daerah-daerah yang berpotensi terdampak bencana. Karena berdasarkan data membuktikan bahwa bukan BPBD yang menyelamatkan nyawa yang terkena dampak, tetapi diri sendiri dan masyarakat sekitar.

“Jika kita merujuk pada data korban bencana, menunjukan bahwa lebih dari 90% warga yang selamat dari bencana itu karena ditolong oleh dirinya sendiri atau komunitas dimana dia berada. Maka penting masyarakat mengindahkan himbauan dini dari BMKG” Harap Ambrosius.

Kepala BPBD NTT, Ambrosius Kodo juga menghimbau kepada BPBD Kabupaten/Kota di NTT, agar memperhatikan peringatan dini cuaca yang diterbitkan oleh BMKG dan selanjutnya memastikan peringatan dini tersebut tersampaikan ke warga masyarakat di wilayah-wilayah yang rawan banjir dan longsor, Tegasnya.

 

Peringatan Dini BMKG Pusat

BMKG: WASPADA LA-NINA DAN PENINGKATAN RISIKO BENCANA HIDROMETEOROLOGI

Jakarta (18 Oktober 2021) – Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan Peringatan Dini untuk WASPADA datangnya La-Nina menjelang akhir tahun ini. Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur,  menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021. Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan kita harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah – sedang,  setidaknya hingga Februari 2022.

Didasarkan pada kejadian La Nina tahun 2020 lalu, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari terutama di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan, maka La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 – 70% di atas normalnya. Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.

Dwikorita juga mengingatkan agar Pemerintah Daerah, masyarakat dan semua pihak terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi terdampak La-Nina, agar bersiap segera untuk melakukan langkah pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana Hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang atau puting beliung ataupun terjadinya badai tropis.

Sementara itu Deputi Klimatologi Urip Haryoko menambahkan, berdasarkan hasil pengamatan data dari jejaring stasiun pengamatan hujan BMKG di seluruh wilayah Indonesia hingga Dasarian I (sepuluh hari pertama) Oktober 2021, menunjukkan hasil monitoring perkembangan musim hujan tahun 2021/2022 bahwa 19,3% wilayah zona musim di Indonesia telah memasuki musim hujan. Beberapa zona musim Indonesia yang telah mengalami musim hujan tersebut meliputi wilayah Aceh bagian  tengah, Sumatera Utara, sebagian besar Riau, Sumatera Barat, Jambi, sebagian besar Sumatera Selatan, Lampung bagian barat, Banten bagian timur, Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah bagian barat, sebagian kecil Jawa Timur bagian selatan, sebagian Bali, Kalimantan Utara, sebagian besar Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan bagian selatan dan timur, Kalimantan tengah bagian timur, Pulau Taliabu dan Pulau Seram bagian selatan.

Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan prediksi prakiraan awal musim hujan 2021/2022 BMKG sebagaimana disampaikan sebelumnya oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring di bulan Agustus (26/8/2021) yang lalu  bahwa awal musim hujan di wilayah Indonesia, akan maju lebih dini mulai Oktober.

BMKG juga telah memprakirakan bahwa sebagian wilayah Indonesia yang akan memasuki periode Musim Hujan mulai Oktober ini, meliputi wilayah Aceh bagian timur, Riau bagian tenggara, Jambi bagian barat, Sumatera Selatan bagian tenggara, Bangka Belitung, Banten bagian barat, Jawa Barat bagian tengah, Jawa Tengah bagian barat dan tengah, sebagian DI Yogyakarta dan sebagian kecil Jawa Timur, Kalimantan Tengah bagian timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

Sedangkan beberapa wilayah Indonesia lainnya, akan memasuki musim hujan pada bulan November hingga Desember 2021 secara bertahap dalam waktu yang tidak bersamaan. Secara umum, sampai dengan bulan November 2021 nanti diprakirakan 87.7% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Kemudian pada akhir bulan Desember 2021, BMKG memprakirakan 96.8% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan.

Perlu dicermati juga bulan Oktober ini bagi beberapa wilayah  di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan merupakan wilayah yang sedang mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan. Pada periode peralihan musim ini, perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrim yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, angin kencang meskipun periodenya singkat tapi sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi. Kewaspadaan dalam menghadapi musim hujan ini selain wilayah-wilayah yang langganan atau berpotensi banjir dan longsor, lebih waspada lagi pada periode puncak musim hujan yang diprediksi akan dominan terjadi bulan Januari dan Februari 2022.

Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi dan diharapkan terus memantau perkembangan iklim dan cuaca terkini, BMKG membuka layanan informasi cuaca dan iklim 24 jam, yaitu melalui:

https://www.bmkg.go.id;

https://iklim.bmkg.go.id;

follow media sosial @infoBMKG;

aplikasi iOS dan android “Info BMKG”;

atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

 

Berita dengan Judul: Kaban BPBD NTT Himbau Masyarakat NTT Waspada La-Nina dan Risiko Bencana Hidrometeorolog pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com oleh Reporter : ris