INFAKTA.COM,TAPANULI SELATAN (SUMUT)
– Jumlah anak menderita stunting (gangguan pertumbuhan) di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) saat ini terus mengalami penurunan. Jumlahnya tinggal 139 anak.
“Alhamdulillah, bulan (April) ini jauh menurun tinggal 139 anak dibanding akhir tahun 2022 tercatat 293 anak,” Abdul Latif Lubis, SE MM Satgas Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Tapsel,” (18/4/2023).
Menurunnya angka stunting sebesar 47 persen (dari 293 menjadi 139 Balita) berkat keseriusan dan kerja keras semua pihak (17 OPD). Seluruh Puskesmas dan Pos Yandu di kabupaten itu juga dilibatkan.
Bupati Tapsel Dolly P.Pasaribu selaku pembina TPPS kompak bersama Ketua TP PKK Ny Rosalina Dolly Pasaribu, unsur pemkab, PKK kecamatan hingga desa pro aktif.
“Lebih dari itu Bupati Tapsel Dolly terus meminta laporan perkembangan stunting hari per hari. Termasuk berbagai program yang di kerjakan,” jelas Latif.
Di samping upaya lain melakukan pendataan ulang keluarga berisiko stunting dengan memverifikasi dan validasi pendataan keluarga atau PK21.
Kemudian, langkah lainnya memberikan pemahaman agar orang tua asuh mendukung penuh program penurunan prevalensi stunting yang melibatkan pemangku kepentingan.
“Sesuai harapan Bupati Tapanuli Selatan dan elemen masyarakat lain agar bagaimana penderita stunting terus menurun hingga pada akhirnya zero (nol) stunting,” katanya.
Perbedaan gizi buruk dan stunting
Berikut penjelasan Satgas TPPS Tapsel Abdul Latif Lubis terkait perbedaan antara anak menderita gizi buruk dengan anak menderita stunting.
Anak dengan gizi buruk, katanya, biasanya memiliki ciri-ciri kulit yang kering, lemak di bawah kulit berkurang, otot mengecil, dan kemungkinan perut anak membuncit.
Sedang stunting adalah melambat-nya pertumbuhan pada anak akibat kurangnya asupan gizi. Stunting juga menjadi penyebab tinggi badan anak terhambat. Atau lebih rendah banding anak seusia-nya.
Pemerintah sendiri juga menetapkan sasaran spesifik pencegahan stunting bagi remaja, calon pasangan usia subur/calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu dengan anak usia 0-59 bulan.
“Indonesia sendiri indikator umum yang digunakan untuk mengukur stunting pada anak adalah dengan menggunakan tinggi badan menurut usia , ” tutupnya. (Paisal)