Berita  

Joki Ujian Online Makin Marak Selama Pandemi, Berikut Pengakuan Pelakunya

joki-ujian-online-makin-marak-selama-pandemi,-berikut-pengakuan-pelakunya

Pandemi Covid-19 telah merombak sistem pendidikan secara signifikan. Banyak sekolah dan kampus di seluruh dunia yang memberlakukan kelas online agar aktivitas belajar tidak terganggu di tengah pembatasan sosial. Akibatnya, pelaksanaan ujian semester maupun sidang skripsi terpaksa digelar secara jarak jauh.

Meski guru dan dosen biasanya mewajibkan peserta didik menyalakan kamera, mereka tidak bisa memastikan apakah murid benar-benar jujur selama mengerjakan soal. Mereka mungkin diam-diam menggunakan jasa orang lain untuk menyelesaikan ujian. Dengan bayaran yang cukup terjangkau, pelajar bisa dapat nilai bagus dan tidak perlu mengulang mata kuliah.


Hans, 23 tahun, memanfaatkan pembelajaran jarak jauh untuk menambah uang jajan. Mahasiswa jurusan matematika ini siap membantu para mahasiswa yang tidak mau ribet memikirkan ujian kuliah. Dia telah menjalani profesi joki ujian online selama pandemi. Begitu pula halnya dengan Jürgen, mahasiswa ilmu komputer berusia 26. Keduanya merahasiakan nama asli untuk melindungi privasi.

Setelah sepakat dengan tarif yang ditawarkan, mahasiswa akan memberi informasi supaya joki bisa mengakses akun universitas mereka. Dari situ, joki tugas seperti Jürgen dan Hans mengerjakan soal-soal ujian sampai tuntas. Apabila mahasiswa wajib mengaktifkan kamera, maka jawabannya akan dikirim melalui aplikasi pesan instan seperti WhatsApp.

Orang-orang yang menawarkan jasa semacam ini merajalela di dunia maya. Namun, walaupun lembaga pendidikan telah mengetahui keberadaan joki tugas, belum banyak upaya yang dilakukan untuk menertibkan mereka. Dan selama tidak ada hukuman yang nyata, pelajar akan selalu punya cara untuk menyontek.

VICE ngobrol bareng Jürgen dan Hans untuk mengetahui lebih dalam cara kerja mereka, dan apa saja yang mereka berdua lakukan agar tidak ketahuan.

VICE: Kalian bersedia mengerjakan ujian orang lain. Memangnya kalian berdua jenius, ya?

Hans: Kami hanya memahami dengan baik mata kuliah kami masing-masing.

Jürgen: Sudah sekitar 4-5 tahun saya bekerja sebagai tutor di sebuah universitas. Saya mengawasi kelompok belajar dan memeriksa jawaban ujian. Saking banyaknya soal ujian dan tugas yang kamu periksa, semakin mudah bagimu untuk lolos ujian.

Dari mana kalian mendapatkan ide untuk menjadi joki ujian?

Jürgen: Seorang teman meminta bantuan saya mengerjakan ujian matematikanya. Kami membahas soalnya bareng-bareng sambil ngopi. Ada juga teman kos yang membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugas. Saya dan Hans langsung menawarkan diri.

Dan dia bersedia membayar?

Jürgen: Dia segera mentransfer 40 Euro (Rp639 ribu).

Hans: Dia lalu menanyakan kesediaan kami untuk membantunya lagi dengan bayaran lebih.

Bukankah ini artinya kalian lebih berisiko dituntut?

Jürgen: Selama ini, tidak ada aturan tertulis yang melarang seseorang mengerjakan tugas orang lain, begitu juga sebaliknya. Bahkan skripsi dan tesis pun ada jokinya. Risiko yang ditanggung pemakai jasa justru lebih besar. Kalau kami pribadi, sih, memang tidak tertarik menawarkan jasa secara terbuka.

Bagaimana caranya kalian melindungi diri?

Jürgen: Kami menggunakan alamat email anonim dan nomor ponsel tidak dikenal. Kami juga tidak menggunakan akun PayPal pribadi.

Hans: Tidak mudah untuk melacak keberadaan kami. Kalau memang polisi ingin menghukum kami, mereka harus mengeluarkan surat perintah penggeledahan kepada pemakai jasa. Saya tak yakin mereka mau repot-repot melakukan itu.

Apakah pelanggan sangat berhati-hati saat memakai jasa kalian?

Hans: Kebanyakan dari mereka tidak peduli sama sekali dan menyepelekan risikonya. Bahkan ada yang memberi kami akses ke akun universitasnya. Dia memberi tahu alamat email, kata sandi, nomor matrikulasi, dll. Ada juga yang membayar pakai akun PayPal pribadi.

Dari mana kalian menemukan pelanggan?

Hans: Cukup buka eBay. Di sana, kamu akan menemukan ratusan orang yang membutuhkan jasa joki tugas. Kami yang menghubungi mereka duluan.

Berapa besar keuntungan yang kalian dapat dari jasa ini?

Hans: Kami mulai menawarkan jasa tahun lalu. Tarif kami 100 Euro (hampir Rp1,6 juta) per jam.

Jürgen: Sejauh ini, saya telah menghasilkan kurang lebih 6.000 Euro (Rp95,8 juta).

Ujian apa yang paling menguntungkan?

Jürgen: Kami sering menjadi joki tulis mahasiswa yang berkuliah di universitas ilmu terapan. Itu biasanya yang paling mudah.

Mahasiswa jurusan apa yang paling sering memakai jasa kalian?

Hans: Kebanyakan dari jurusan bisnis, ekonomi dan statistika.

Adakah mahasiswa yang berulang kali menggunakan jasa kalian?

Jürgen: Seorang mahasiswa mulai menggunakan jasa kami semester lalu, dan kemudian meminta bantuan kami untuk semua mata kuliah yang bisa kami kerjakan. Begitu dia menyadari bisa lolos ujian tanpa perlu capek belajar, dia menghubungi kami lagi semester ini.

Itu artinya orang berduit bisa dengan mudahnya membeli gelar.

Hans: Betul sekali. Hanya orang berkantong tebal yang bisa melakukan ini.

Jürgen: Dan tampaknya kebanyakan dari mereka mengambil jurusan ekonomi.

Ini seharusnya menjadi perhatian bagi perguruan tinggi. Adakah upaya dari pihak kampus untuk mengakhiri praktik joki tugas?

Jürgen: Salah satu universitas di Jerman Barat telah menyebarkan brosur yang memperingatkan risiko pakai joki tugas sebelum ujian dilaksanakan. Menurut selebaran, pihak kampus tahu keberadaan joki tugas dan takkan menoleransi tindakan curang ini. Mahasiswa yang kedapatan menggunakan jasa joki akan dihukum. Tapi ini hanya berfungsi sebagai pencegah.

Jadi belum ada tindakan pencegahan yang nyata?

Hans: Ada kalanya mahasiswa harus menyalakan kamera. Tapi jika itu terjadi, kami bisa membantu mereka mengerjakan ujian lewat WhatsApp. Takkan ada yang tahu kalau kami mengirim jawaban ke ponsel mereka. Lagi pula, mahasiswa juga bisa saling berbagi jawaban lewat grup chat.

Lantas bagaimana nasib kalian jika kampus dibuka kembali?

Hans: Saya pribadi tidak peduli. Saya tidak butuh uangnya, dan bisa mencari pekerjaan yang lebih baik setelah lulus kuliah nanti.

Jürgen: Mungkin ada bagusnya [jika kampus dibuka kembali]. Kami membantu orang mendapat gelar yang tak pantas mereka peroleh.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Germany.