Berita  

Jelang KTT G20, Aktivis Perubahan Iklim Diiintimidasi dan Dilarang Kampanye di Bali

Masyarakat Indonesia terkenal akan keramahannya, apalagi saat kedatangan tamu. Ruang tamu akan dibersihkan dengan maksimal, meski tamu tidak perlu tahu bagaimana sebenarnya kondisi ruang keluarga, kamar tidur, sampai gudang belakang.

Semangat macam ini yang tercermin dalam persiapan menyambut tamu para pemimpin negara dalam Konferensi Tingkat Tinggi G20. Pertemuan yang puncaknya berlangsung di Bali pada 15-16 November 2022 ini hendak dipastikan pemerintah berlangsung tanpa insiden, khususnya yang bisa mempermalukan citra pemerintah.


Salah satu dampaknya dirasakan tim pesepeda dari lembaga Greenpeace Indonesia yang mengampanyekan ‘Chasing the Shadow’, mengusung isu agar negara peduli pada perubahan iklim. Mereka mengaku mengalami intimidasi kelompok sipil maupun aparat. Dalam perjalanan dari Jakarta menuju Bali, tim pesepeda Greenpeace rutin mendapat gangguan.

Di Semarang, Jawa Tengah, tujuh polisi mendatangi anggota Greenpeace yang kala itu sedang siaran di sebuah stasiun radio. Polisi menanyakan perihal rencana aksi di Simpang Lima, yang mana tidak ada rencana dari Greenpeace untuk menggelarnya. Mereka justru akan menggelar pameran foto, diskusi, dan pertunjukan musik di Kota Lama.

Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, mengatakan selama perjalanan di Demak dan Rembang, orang-orang dengan seragam Korps Bhayangkara dan militer juga seringkali terlihat. Ekskalasi gangguan semakin meningkat saat melanjutkan perjalan ke arah Surabaya. Muncul pengintaian pada serta indikasi pengerusakan kendaraan milik anggota Greenpeace.

Puncaknya, saat berada di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, sekelompok ormas menghadang anggota Greenpeace. Anggota ormas ini melarang Greenpeace melanjutkan perjalanan ke Bali. “Ancaman jika kami melanjutkan perjalanan disampaikan secara terang-terangan, baik secara lisan maupun penggebosan ban kendaraan,” kata Leonard saat dikonfirmasi CNN Indonesia.

Tidak hanya itu, salah satu anggota diminta membuat surat pernyataan tidak melanjutkan perjalanan ke Bali, serta tidak kampanye terkait perubahan iklim di Bali sepanjang acara G20.

Leonard menganggap hal ini sebagai tindakan yang menciderai prinsip demokrasi dan kebebasan berpendapat. Padahal selama ini kampanye Greenpeace menerapkan prinsip antikekerasan. Kegiatan bersepeda dari Jakarta ke Bali ini juga diklaim sebagai promosi solusi krisis iklim.

Tidak hanya Greenpeace, serangkaian G20 yang juga tersebar di beberapa kota juga berdampak pada kegiatan masyarakat. Di Jakarta misalnya, aksi ‘bersih-bersih’ menyasar pedagang kaki lima dan gelandangan di sekitar Masjid Istiqlal. Pihak yang terjaring akan dikembalikan ke daerah asal masing-masing.

“Penataan wilayah ini tentu berkaitan dengan KTT G20 karena kita ingin melihat wajah Jakarta seperti apa adanya, nyaman, aman dan tertib digunakan oleh pengguna fasilitas umum termasuk trotoar,” kata Sekretaris Kota Administrasi Jakarta Pusat, Iqbal Akbarudin, dikutip dari Tempo.

Perintah pada aparat, untuk mengerahkan segala cara mengamankan KTT G20 datang langsung dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

“Pengamanan ini sekali lagi at all cost harus aman. Saya minta Panglima TNI dan Kapolri, tidak ada celah kita membuat kesalahan. Saya minta sebagai seniormu, yang saya sudah pensiun, saya tidak ingin kita tidak mampu mengamankan pekerjaan besar ini,” kata Luhut saat menghadiri gelar pasukan TNI-Polri di Bali.

Pemerintah Provinsi Bali turut membatasi kegiatan masyarakat di daerah yang utamanya menjadi pusat penyelenggara: mencakup Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, dan Denpasar Selatan.

Selama 12-17 November 2022, kegiatan sekolah daring dan perkantoran menerapkan Work From Home. Beberapa jalur lalu lintas juga dibatasi. Turis asing pun mulai diperingatkan imigrasi Bali agar tidak berbuat ulah pada saat momen KTT, dengan ancaman deportasi bagi yang melanggar.

Pemerintah Bali turut meminta penundaan kegiatan adat dan membatasi pelibatan massa dalam kegiatan keagamaan, seperti tercantum dalam surat edaran Gubernur I Wayan Koster.

“Demikian surat edaran ini diberlakukan agar dilaksanakan dengan tertib, disiplin, serta penuh rasa tanggung jawab, sebagai itikad dan tekad bersama demi suksesnya penyelenggaraan Presidensi G20,” kata Gubernur Bali, Wayan Koster, seperti dikutip dari Merdeka.com.