JAKARTA, Liputan4.com | “Jadi ketika rapat kita sampaikan bahwa laporan rapat umum pemegang saham kita bahwa ditahun 2021 memang dampak covid 19 memang luar biasa klaim-klaim covid luar biasa terutama berkaitan dengan lembaga keuangan asuransi.
Nah itu yang kita lakukan artinya bagaimana meinvestigasi dari awal. Contohlah, kalau memang reksa klimis sudah tinggi kita dengan baik-baik ok kita selesaikan kita tidak perpanjang tapi persoalannya bisa selesai itu sudah kita lakukan.
Itulah mengapa asuransi kita cukup selamat ditahun 2021ini kita masih bisa berjalan dengan baik itu yang kita lakukan. Ditahun 2022 tetap masih ada dampak dari sisa-sisa 2021 tetap masih ada tapi kita bisa maintaince”. Hal ini diutarakan Direktur Utama PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk Basuki Agus SE AAIJ AMRP kepada Luputan4.com usai acara Publik Expose Rapat Umum Pemegang Saham di Jakarta, Jumat (22/7).
Menurut Basuki Agus, jadi begini ada semacam kebijakan baru bukan dari pemerintah dari back up reasuransi terhadap industri keuangan terutama yang berkaitan dengan JK (Jasa Keuangan) itu memang ada beberapa hal.
Sambungnya, itulah makanya kita memang cukup membatasi sekarang ini. Artinya tidak terlalu ekspansiflah ketika kita melakukan eskpan pasar dilembaga pembiayaan bank koperasi dan macam-macam karena memang back upnya memang sekarang membatasi hal-hal demikian, tuturnya.
Lanjutnya lagi kata Direktur Utama PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk ini, sebetulnya kalau dari sisi rasio orang berasuransi kan masih kecil. Indonesia itu yang paling dominan asuransi, asuransi umum. Asuransi yang food and food setengah dipaksa kamu ikut ini harus ikut ini kira-kira gitu.
Tapi yang secara sukarela saya rasa perusahaan saya masih kecil. Padahal mereka butuh, butuh asuransi mungkin kita polanya bagaimana menciptakan produk untuk menengah kebawah tapi tidak mengandung resiko yang ada semacam buyer beli asuransi tapi kesannya investasi.
Contoh, orang beli produk unit kesannya beli produk investasi padahal tetap dominannya tetap resiko dan kita menghindari itu makanya kita tidak paksakan produknya tetap tradisional koornya resiko kalau belum ada savingnya clear tidak ada hitungan-hitungan yang lebih baik dan itu ternyata tetap diminati oleh masyarakat, ucap Basuki Agus.
Basuki Agus menjelaskan kembali, pasarnya Tetap masih middle low masih tetap karena memang pasar yang besar masih middle low kalau middle up kaya udah berdarah-darah. Maksudnya berdarah-darah itu pesaingannya sudah banyak sementara yang berasuransi yang middle up sedikit.
Justru yang banyak masih tetap dimiddle low hanya kita combaint bahwa yang diminati masyarakat sekarang produknya asuransi kesehatan sama proteksi murni resiko saja mungkin preminya nggak besar mungkin mau dicari jumlah yang besar jumlahnya bukan nilainya yang tinggi tapi jumlah orangnya.
Artinya gini, dalam kehidupan sekarang ini asuransi itu sesuatu yang keniscayaan prosesnya ini yang harus diedukasi kepada mereka karena orang sekarang masuk rumah sakit pasti butuh asuransi meskipun ngomongnya bpjs kesehatan sebetulnya asuransi juga, ungkapnya.
Tambah Basuki Agus, ketika orang meninggal keluarga yang ditinggalkan bagaimana bisa survife kan butuh sesuatu nggak mungkin akan meminta tetangganya atau mungkin gini simpelnya gini ketika kita berhubungan dengan lembaga keuangan harus ada asuransinya.
Contoh, ketika nggak ada asuransinya keluarganya ditinggalkan kan menanggung utang atas meninggalnya tulang punggung keluarga mungkin kalau mesti saya sering menyolatkan ketika mau menyolatkan jenazah kan suka ditanya nih siapa yang punya kaitan hutang piutang dengan jenazah ini selalu ada.
Selalu ada ok saya pak berapa hutangnya limaratus ribu seratus ribu tigaratus ribu wajar toh. Ok, nanti siapa yang akan menanggung pasti ahli waris nanti hubungi saya supaya disholatkan. Pertanyaannya misalnya kalau hutangnya sampai ratusan juta miliaran siapa.
Misalnya, ditanya siapa yang punya hutang saya pak berapa hutangnya satu miliar dengan apa dengan bank ini ada nggak keluarga yang ngomong saya yang bpjs kesehatan sebetulnya asuransi juga, ungkapnya.
Tambah Basuki Agus, ketika orang meninggal keluarga yang ditinggalkan bagaimana bisa survife kan butuh sesuatu nggak mungkin akan meminta tetangganya atau mungkin gini simpelnya gini ketika kita berhubungan dengan lembaga keuangan harus ada asuransinya.
Contoh, ketika nggak ada asuransinya keluarganya ditinggalkan kan menanggung utang atas meninggalnya tulang punggung keluarga mungkin kalau mesti saya sering menyolatkan ketika mau menyolatkan jenazah kan suka ditanya nih siapa yang punya kaitan hutang piutang dengan jenazah ini selalu ada.
Selalu ada ok saya pak berapa hutangnya limaratus ribu seratus ribu tigaratus ribu wajar toh. Ok, nanti siapa yang akan menanggung pasti ahli waris nanti hubungi saya supaya disholatkan. Pertanyaannya misalnya kalau hutangnya sampai ratusan juta miliaran siapa.
Misalnya, ditanya siapa yang punya hutang saya pak berapa hutangnya satu miliar dengan apa dengan bank ini ada nggak keluarga yang ngomong saya yang Misalnya, ditanya siapa yang punya hutang saya pak berapa hutangnya satu miliar dengan apa dengan bank ini ada nggak keluarga yang ngomong saya yang tanggungjawab pasti tidak ada, paparnya.
Disitulah sebetulnya fungsi asuransi kata Basuki Agus. Lanjutnya lagi, disitu sebetulnya bagaimana pertama kewajiban menyolatkan jalan yang kedua meringankan beban keluarga karena mungkin orang diera modern sekarang saya pikir nggak ada yang punya kewajiban terhadap lembaga keuangan katanya malah ada tertibkan.
Artinya ada ada proses nah kalau ada apa-apa dengan dia siapa yang akan menanggung kalau bukan asuransi. Bagaimana merencanakan keuangan terhadap keluarga supaya mungkin yang tadinya sudah aman tidak turun lagi yang tadinya punya harta tidak habis hartanya, kata Basuki Agus.
Ditegaskan Basuki Agus, kepada masyarakat sudah saatnya sekarang memikirkan bagaimana asuransi. Kalau orang sudah bisa bayar untuk makan untuk pendidikan setelah itu untuk asuransi.
Jadi kalau pola hidup edukasi masyarakat setelah bisa memberikan makan untuk keluarga terus untuk pendidikan setelah itu harus asuransi jangan investasi dulu harus asuransi dulu karena boleh jadi kalau kita kemampuan finansial masih terbatas nilai investasi itu belum cukup untuk mengganti keluar. Jadi kalau ada apa-apa terhadap penanggungjawab keluarga karena kosnya masih kecil, terangnya.
(Frans Doli)
Berita dengan Judul: Jangan Investasi Dulu Harus Asuransi Dulu pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com. oleh Reporter : Fredi Andi Baso