JAKARTA-Guna menjaga lingkungan dari sampah barang – barang elektronik, Sekjend Asosiasi Pedagang Komputer Layak Pakai Nasional (Apkomlapan) Ramdansyah, menghimbau masyarakat tidak lagi membuang sampah peralatan elektronik yang sudah tidak terpakai, seperti ke sungai atau dengan cara membakarnya.
Hal itu ditegaskan Ramdansyah dalam acara zona edukasi bisnis yang digelar oleh sebuah stasiun radio di Jakarta yang bertemakan “Teknologi dan Lingkungan” pada Rabu (23/3) malam.
“Tetapi yang saya lihat hari ini ada nggak kesadaran kita punya hp rusak kemudian komputer kita rusak, kemudian tv kita rusak atau perangkat elektronik lainnya kita rusak, itu dibuang kemana sih. Apakah itu kemudian ditaruh diloak saja, atau kemudian kadang – kadang kalau sudah kita bongkar semua kita timbun begitu saja, di rumah kita ada pekarangan kita buang begitu saja. Apalagi kalau sudah dekat kali, dekat got kita lempar. Kalau itu yang kita lakukan berarti kita bukan manusia modern,”ujarnya.
Ia mencontohkan dampak negatif jika hal itu dilakukan, Seperti kejadian di negara India dan juga Amerika, ketika ditimbun barang-barang komponen bekas dan peralatan elektronik keras yang ditimbun di dalam tanah tersebut menyebabkan hewan ternak disekitar terkena dampak dan kemudian terpapar kepada manusia.
“Di India, semua hardware – hardware yang kemudian sudah tidak terpakai itu ada yang ditimbun, tetapi ada juga yang masih bisa dimanfaatkan logam-logamnya itu dibakar kemudian jadi industri kecil. Akhirnya banyak yang terpapar asma, banyak juga yang terpapar penyakit tidak menular tetapi berdampak pada kesehatan tubuh dan menyebabkan kematian,”
“Kalaupun barang bekas tersebut dijual kepada pengepul, hal yang sama terjadi mereka kemudian membakar dan asapnya kemana – mana dan kemudian itu menyebabkan orang kena kanker. Begitupula jika dibuang ke sungai yang jelas akan merusak dan membahayakan lingkungan. Kejadian itu masih banyak ditemukan di Jakarta dan didaerah, itu berbahaya sekali,”terang Ramdansyah.
Padahal lanjut Ramdan, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah hal itu terjadi, dengan menggunakan pendekatan partisipatif.
Ramdan mencontohkan, seperti kami di Harco Mangga Dua misalkan menggunakan perangkat – perangkat bekas kita beli dari lelang atau memperpanjang masa umur komputer. Kalau komputer itu rusak, ada bagian – bagian komponen lain yang masih bisa digunakan seperti memory cardnya atau hardisk atau motherboardnya.
“Itu untuk jadi extend, jadi durasi untuk dia seharusnya cuma setahun dua tahun, kemudian kita extend dan kemudian itu jadi berfungsi lagi. Kadang – kadang itu dijual kembali dengan harga murah, itu namanya rekondisi yang bisa dijual untuk kemudian dimanfaatkan,”
“Kalau di Jepang itu punya yang namanya Green label. Ketika beli laptop ada green laptop, ketika sudah rusak tidak dipergunakan lagi tinggal taruh ditempatkan sampahnya. Kan ada tempat sampah di banyak negara itu tidak hanya tiga sampah, tapi yang berbentuk elektronik juga ada. Mereka yang punya pabrik, wajib mengambil sampah tersebut dan membuangnya ke tempat pembuangan akhir mereka. Nah ini yang banyak terjadi di negara maju karena apa terkait dengan lingkungan itu harus diperhatikan,”tuturnya.
Namun begitu menurut Ramdansyah, hal itu semua balik lagi pada manusianya,
Kalau manusia cerdas menggunakan teknologi dia juga akan cerdas untuk menjaga lingkungannya.