Berita  

Istri Pemimpin Sekte Dituduh Siapkan Anak-Anak untuk Dilecehkan Suaminy

istri-pemimpin-sekte-dituduh-siapkan-anak-anak-untuk-dilecehkan-suaminy

Pemimpin “sekte”, sebagaimana digambarkan polisi, dituduh membantu suami melecehkan anak-anak perempuan secara seksual. Dia melakukan modus grooming dengan cara mendekati korban, lalu “mempersiapkan” mereka hingga tak berdaya.

Jan Hamilton dan mendiang suaminya, Ken Dyers, mendirikan organisasi pengembangan diri Kenja Communications pada 1982. Grup ini awalnya dipimpin Dyers, sebelum akhirnya diambil alih oleh sang istri pada 2007. Dyers mengakhiri hidup usai tersandung skandal.


Menurut situs resmi, Kenja “bertujuan meningkatkan pemahaman spiritual manusia dan hubungan kita dengan jiwa manusia, bersama dengan pelatihan dasar-dasar komunikasi yang efektif — waktu, ruang dan energi.” Namun, sejak grup itu didirikan, tuduhan demi tuduhan tak henti-hentinya dihembuskan kepada anggota — terutama Dyers yang sepanjang hidupnya dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap tujuh anak perempuan dengan dalih membersihkan energi negatif dari diri mereka.

Dyers akan diadili atas 22 dakwaan terkait serangan terhadap dua perempuan di bawah umur pada 2007. Saat itu, dia dilaporkan ke polisi untuk ketiga kalinya, yang pada akhirnya mendorong pihak berwajib untuk meminta wawancara dengan pemimpin Kenja. Akan tetapi, dia bunuh diri tak lama setelah itu. Posisinya sebagai ketua pun digantikan Hamilton, yang gagal menggugat Kepolisian New South Wales atas kematian suami.

Tuduhan terus berlanjut bahkan setelah Dyers meninggal. Sejumlah klaim menyebut anggota lain menyaksikan perbuatan tercela mantan pemimpin. Dan kini, berdasarkan laporan The Age dan Sydney Morning Herald, muncul dugaan Hamilton bertanggung jawab mempertemukan Dyers dengan para korban dalam sesi privat.

Kepada surat kabar, mantan eksekutif perbankan Michelle Ring menceritakan dirinya yang masih remaja diperkosa Dyers selama sesi privat. Dia juga memberi tahu komite senat pada Senin siang waktu setempat, Hamilton meng-grooming dan melecehkannya secara emosional.

“[Nyonya Hamilton] mengantar saya dengan mobil VW putihnya untuk menemui Ken [Dyers],” tutur Ring. “Dia membawa saya masuk ke sebuah ruangan, lalu menggiring saya keluar setelah suaminya selesai, atau menahan saya di sana sampai anak perempuan lain datang untuk bergabung. Dia memberi permen antiseptik setiap habis bertemu Ken supaya saya tidak kena infeksi mulut. Banyak yang punya cerita serupa.”

VICE World News menghubungi Kenja, tapi hanya menerima tautan berisi surat pernyataan di situs resmi.

“Jan Hamilton membantah semua pernyataan palsu yang sengaja dibuat oleh Michelle Ring di Parlemen Federal untuk memfitnah dan mencemarkan nama baik,” demikian bunyi pernyataannya. “Tuduhan-tuduhan itu dibuat di Parlemen dan karenanya diberikan hak istimewa parlemen. Kami sepenuhnya menyangkal semua tuduhan Nona Ring. Tuduhan itu tak berdasar dan menurunkan martabat.”

Melalui pernyataan tersebut, pihak Hamilton lebih lanjut menuduh Ring sengaja “mengampanyekan agenda bohong untuk kepentingan pribadi” dan mengklaim tuduhan terkait anggota lain mengetahui dugaan pelecehan seksual “tak berdasar” dan “menodai sifat baik orang”.

Dalam pernyataan sebelumnya, grup itu juga menuduh The Age dan Sydney Morning Herald telah “melanjutkan perburuan terhadap Kenja untuk memaksa kami bergabung dengan National Redress Scheme [Skema Ganti Rugi Nasional].” Didirikan pada 2018, organisasi ini memungkinkan penyintas kekerasan seksual untuk meminta ganti rugi dan menuntut permintaan maaf dan/atau bantuan psikologi atas kekerasan seksual yang mereka hadapi saat masih kanak-kanak.

Tahun lalu, Kenja masuk ke dalam daftar organisasi yang tidak menandatangani kesepakatan Skema. Sebagai tanggapan, mereka mengeluarkan pernyataan yang menegaskan tidak pernah terjadi pelecehan seksual terhadap anak-anak di organisasinya. “Meski memahami keharusan penting di balik Skema Ganti Rugi Nasional, kami merasa tidak perlu bergabung karena klaim yang dilayangkan kepada kami tak pernah terjadi. Oleh karena itu, Kenja tidak bersedia dibujuk atau diancam untuk bergabung dengan Skema.”

Dengan demikian, Ring tidak dapat menggugat Kenja di bawah Skema. Menurut The Age, Ring berujar keterlibatan orang dewasa yang masih bergabung dengan Kenja bisa dimanfaatkan untuk memaksa organisasi menandatangani skema. Karena itulah dia menyebutkan nama Hamilton dalam pengajuannya kepada komite senat.

“Orang-orang dewasa di Kenja tahu apa yang terjadi dan tidak pernah diselidiki, sama seperti Jan Hamilton yang tidak pernah diselidiki karena tanggung jawab perawatannya baru sekarang dipermasalahkan,” dia memberi tahu komite. “Saya pikir ada kerentanan di sana karena Jan bisa tetap bergabung dalam organisasi berkat dukungan pengikut setianya.”

Kenja juga menjadi subjek beberapa kontroversi lainnya. Pada 1993, Stephen Bruce Mutch, mantan politikus, akademisi dan anggota Dewan Legislatif New South Wales, menggambarkan Dyers sebagai “penipu yang menyerupai [pendiri Scientology] L. Ron Hubbard” (Faktanya, Dyers di-DO dari Scientology) dan melabeli aktivitas Kenja sebagai “praktik perekrutan yang menipu, eksploitasi fisik dan keuangan dan pelecehan anggota sekte, penghindaran pajak dan penyalahgunaan pseudo-hipnosis dan teknik memengaruhi pikiran lainnya.”

Setahun kemudian, seorang perempuan melaporkan Mutch ke polisi karena telah melecehkannya saat masih anak-anak pada 1978. Tuduhan itu langsung dibantah Mutch. Perempuan itu kemudian mengaku bergabung dengan Kenja. Melalui pernyataan resmi, mantan pacarnya memberi tahu Sydney Morning Herald, tuduhan itu “sepenuhnya tanpa substansi” dan sengaja dibuat atas perintah Dyers dan Hamilton. Ibunya juga menyatakan klaim itu palsu.

“Tuduhan itu sangat merugikan saya dan memengaruhi karier saya,” kata Mutch kala itu. “Tapi saya bersimpati pada [perempuan] yang membuatnya karena dia telah dicuci otak. Saya bersyukur telah mengangkat kekhawatiran tentang Kenja. Itu salah satu hal paling membanggakan sepanjang karier saya.”

Kenja berbasis di Sydney, Melbourne dan Canberra. Hamilton telah berulang kali menegaskan mereka bukan sekte.

“Faktanya, Kenja kebalikan dari sekte — yang secara definisi menghilangkan penentuan nasib sendiri,” bunyi keterangan di situs web perusahaan. “Pelatihan Kenja melihat penentuan nasib sendiri sebagai unsur terpenting dalam pengembangan diri.”

Follow Gavin Butler di Twitter.