Pemerintah Israel mengumumkan telah menyetujui gencatan senjata setelah terjadi komunikasi dengan petinggi Hamas, selaku partai penguasa sebagian wilayah Palestina. Dengan demikian, serbuan rudal ke Jalur Gaza berakhir untuk sementara, setelah terjadi 11 hari terakhir.
Gencatan senjata berlaku efektif mulai Jumat, 21 Mei 2021, mulai pukul 02.00 waktu setempat. Mesir adalah fasilitator utama perjanjian kedua pihak, seperti dilaporkan oleh berbagai media. Dihubungi terpisah oleh the New York Times, salah satu petinggi Hamas di Qatar membenarkan bahwa pihaknya bersedia menggelar gencatan senjata dengan Israel.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, sejak awal pekan ini sudah mengingatkan PM Israel Benjamin Netanyahu untuk mencari solusi agar konflik tidak berlarut-larut. Amerika tidak berkomunikasi dengan Hamas, karena Gedung Putih melabeli Hamas sebagai organisasi teroris. Alhasil, pendekatan pada Hamas dijalankan oleh Mesir.
Konflik 11 hari terakhir berlangsung tidak seimbang, karena Hamas hanya bisa menembakkan roket ke wilayah perbatasan Israel, sementara pesawat tempur Negeri Zionis menjatuhkan rudal ke berbagai bangunan sipil di Jalur Gaza.
Menurut keterangan Otoritas Kesehatan di Gaza, akibat konflik ini sebanyak 232 warga Palestina, mayoritas warga sipil dan anak, tewas. Sementara lebih dari 1.900 orang cedera. Konflik kedua negara berubah menjadi kontak senjata sejak 10 Mei lalu. Sementara dari sisi Israel, 12 warga sipil tewas, dan ratusan lain cedera akibat serangan roket dari Gaza. Hamas diperkirakan menembakkan 4.000 roket ke wilayah Israel sejak konflik dimulai.
Meski gencatan senjata tercapai, namun Israel mengancam Hamas bahwa mereka akan kembali menyerang bila pihak Palestina tidak menaati poin-poin dalam perjanjian. “Realitas di lapangan akan ditentukan oleh situasi yang kami hadapi,” demikian keterangan resmi jubir Netanyahu.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE News